Kamis, 09 April 2015

Pesawat Airbus Mudah Diretas dan Dikendalikan dari Jauh

Fakta menakutkan tragedi Germanwings karena peretasan.

Pesawat Airbus Mudah Diretas dan Dikendalikan dari Jauh
Pesawat Germanwings ( REUTERS/Ina Fassbender)
 
  CB - Beberapa fakta dari tragedi pesawat Germanwings yang menewaskan 150 orang, pada 24 Maret 2015 lalu, membuat banyak orang terhenyak dan  trauma melakukan perjalanan dengan pesawat.

Apalagi data rekaman suara dari kotak hitam pesawat Airbus A320, memicu dugaan kuat bahwa kopilot Andreas Lubitz sengaja membuat pesawat menabrak gunung, dalam aksi bunuh diri.

Ditengah kekhawatiran banyak penumpang, akan kondisi psikologis pilot pesawat yang ditumpanginya, seorang pakar penerbangan mengeluarkan teori baru, bahwa pesawat Germanwings mungkin telah diretas.

Dilansir Daily Mail, Kamis, 9 April 2015, teori itu disampaikan Matt Andersson dari Indigo Aerospace yang berbasis di Chicago, Amerika Serikat (AS), melalui suratnya pada Financial Times.

Andersson menulis, penyelidik Prancis yakin kecepatan pesawat bertambah sebelum tragedi. "Itu bisa terjadi dari beberapa penyebab, termasuk peretasan untuk mengambilalih kendali sistem navigasi," katanya.

"Ini salah satu alasan mengapa pesawat militer dan kepala negara, biasanya dilengkapi dengan perisai khusus dan upaya proteksi aktif tambahan. Pesawat sipil tidak," tulisnya.

Andersson mengatakan publik harus menunggu penilaian akhir, hingga para penyelidik menyelesaikan penyelidikan dan membuat konklusi yang pasti. "Publik harus menunggu dengan sabar," ucapnya.

Dia menyatakan keraguannya untuk melompat pada kesimpulan, hanya berdasarkan pada temuan awal, merujuk pada rekaman suara ketika pilot berusaha mendobrak pintu kokpit.

Andersson mengatakan, Asosiasi Kokpit Eropa yang mewakili hampir 40.000 pilot profesional, telah bertindak benar mengkritik tindakan prematur penyelidik, untuk membuka rekaman suara kokpit.

Dia bukan satu-satunya pakar penerbangan, yang mengatakan tentang kemungkinan pesawat diretas. Mantan pilot Jay Rollins, Maret lalu, juga mengingatkan bahwa Airbus A320 sangat terkomputerisasi.

"Ada satu kemungkinan yang tidak dipikirkan semua orang," ujar Jay, mengingatkan bahwa tragedi Germanwings bisa menjadi insiden peretasan. Tapi jika dugaan Andersson dan Jay benar, itu akan menjadi fakta yang lebih menakutkan.

Insiden peretasan akan membuat semakin banyak orang yang takut, untuk melakukan perjalanan dengan penerbangan.


Credit  VIVA.co.id

Arab Saudi Larang Kapal Iran ke Yaman


Arab Saudi Larang Kapal Iran ke Yaman
Kapal Arab Saudi berjaga-jaga di Perairan Yaman. (Foto: Reuters)
RIYADH  (CB) – Pemerintah Iran telah mengirim dua kapal menuju Yaman. Namun, Arab Saudi dengan tegas melarang kapal Iran tersebut memasuki Perairan Yaman.
Hal itu disampaikan Juru Bicara Militer Arab Saudi untuk Operasi Anti-Kelompok Houthi di Yaman, Brigadir Jenderal Ahmed Asseri, seperti dikutip Al Arabiya, Kamis (9/4/2015).
Jenderal Asseri mengatakan, kapal-kapal perang Iran hanya berhak berlayar di perairan internasional, bukan ke wilayah teritorial Yaman. Asseri yang berbicara kepada wartawan di Riyadh, Rabu 8 April 2015, merespons kebijakan militer Iran yang telah mengirim dua kapal perang ke Teluk Aden.
Asseri menegaskan, selama misi “Operation Decisive Storm” di Yaman, Koalisi Teluk berhak menanggapi setiap upaya Iran untuk mempersenjatai Kelompok Houthi.
Namun, Iran sendiri berkali-kali membantah bahwa mereka mempersenjatai Kelompok Houthi di Yaman. Iran justru menyerukan dialog damai dan menentang intervensi militer asing di Yaman.
Sebagaimana diketahui, media Pemerintah Iran telah mengonfirmasi Kapal Logistik Bushehr dan Kapal Perusak Alborz telah meninggalkan Kota Pelabuhan Bandar Abbas, Iran Selatan, menuju Perairan Yaman. Komandan Angkatan Laut Iran Laksamana Habibollah Sayyari juga membenarkan pengiriman dua kapal perang itu.
“Armada ke-34 mengirim (dua kapal perang) untuk misi menjamin keamanan jalur pelayaran Iran dan melindungi kepentingan Republik Islam Iran di laut lepas,” kata Sayyari, seperti dikutip Tehran Times, Kamis (9/4/2015).
Meski Iran menentang agresi militer koalisi Teluk di Yaman, Sayyari tidak menjelaskan apakah pengiriman dua kapal perang Iran itu untuk mengintervensi agresi Koalisi Teluk terhadap Houthi di Yaman. Dia hanya menegaskan bahwa misi kapal perang Iran tersebut untuk menjamin kepentingan maritim Iran dari kapal-kapal bajak laut.



Credit  Okezone.com

Jet Tempur TNI AU Atraksi di Langit Jakarta


Jet Tempur TNI AU Atraksi di Langit Jakarta
Jet Tempur TNI AU Atraksi di Langit Jakarta (Foto: Okezone)

JAKARTA  (CB) - Sebanyak 2.140 prajurit dari tujuh batalion dikerahkan untuk melakukan parade dalam perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-49 TNI Angkatan Udara (AU). Parade diawali upacara di Taxyway Echo Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta. Rencananya, acara puncak HUT ke-49 TNI AU mempertontonkan simulasi pembebasan sandera oleh Detasemen Bravo Korpaskhas.
Dipimpin langsung Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Agus Supriatna, upacara dimulai sekira pukul 07.30 WIB. Agus menegaskan bahwa TNI AU siap mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia sembari menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Dilandasi iman, takwa, militan, profesional, dan solid, TNI AU siap menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI serta mendukung terwujudnya poros maritim dunia," jelas Agus, Kamis (9/4/2015).
Pada kegiatan kali ini, prajurit TNI AU juga akan melakukan demo udara berupa penerjunan prajurit Korpaskhas. Lalu ada atraksi terbang bebas enam pesawat CN-295 dari skuadron 2 dan delapan pesawat Hercules C-130 dari skuadron 31.

Selain itu, enam pesawat F-16 Fighting Falcon dari skuadron 3 dan delapan pesawat T-50i Golden Eagle juga akan melakukan terbang bebas di langit Jakarta. Sementara Jupiter Aerobatic Team (JAT) yang beberapa waktu lalu mengalami kecelakaan di Malaysia dijadwalkan turut serta dalam atraksi udara dengan enam pesawat andalannya yakni KT-Wong Be.
"Nanti ada demo udara, ada solo aerobatic oleh pesawat tempur T-50i Golden Eagle," sambung Kepala Dinas Penerangan AU, Marsma TNI Hadi Tjahyanto.



Credit  Okezone.com

Parlemen Pakistan Tolak Gabung Koalisi Teluk


Parlemen Pakistan Tolak Gabung Koalisi Teluk
Menurut Parlemen Pakistan, pemerintah seharusnya tidak ikut campur dalam konflik dalam negeri Yaman. Foto: istimewa
 
 
ISLAMABAD  (CB) - Suara penolakan terhadap kebijakan pemerintah Pakistan yang bergabung dengan koalisi Teluk terus bergema di Parlemen negara tersebut. Menurut Parlemen Pakistan, pemerintah seharusnya tidak ikut campur dalam konflik dalam negeri Yaman.

"Perang di Yaman bukanlah perang kita. Saran kami kepada pemerintah adalah tidak mengirimkan tentara kita ke sana (Yaman)," ucap anggota partai oposisi Pakistan, Shireen Mazari, dalam diskusi mengenai keterlibatan Pakistan di Yaman.

"Sebagai Muslim, kita berkewajiban untuk melawan setiap ancaman terhadap tempat suci kita. Tetapi, sampai saat ini kami tidak melihat ada ancaman seperti itu," imbuhnya, seperti dilansir Reuters pada Rabu (8/4/2015).

Sementara itu, seorang senator dari partai oposisi, Tahir Hussain Mashadi dengan tegas menyebut Arab Saudi adalah negara agresor, yang telah menewaskan banyak warga sipil Yaman. "Sekarang agresor meminta negara berdaulat lain, yakni Pakistan untuk turut menyerang Yaman," ucap Mashadi.

Diskusi ini sendiri sudah berlangsung sejak kemarin, dan diprediksi akan terus berlangsung dalam beberapa hari kedepan. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, dijadwalkan akan ikut dalam diskusi itu sesuai dengan permintaan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif.



Credit  SINDOnews

Agresi Tak Berhenti, Iran Kirim 2 Kapal Perang ke Teluk Yaman



Agresi Tak Berhenti Iran Kirim 2 Kapal Perang ke Teluk Yaman
Iran kirim dua kapal perang ke Teluk Yaman di saat agresi Saudi dan koalisi Teluk belum berhenti. | (AP/Fars)
 
 
TEHERAN   (CB) - Iran mengirim dua kapal perang ke Teluk Aden dan Selat Bab al-Mandab, Yaman. Dua kapal perang dikirim Iran di saat agresi Arab Saudi dan koalisi Teluk terhadap milisi Houthi di Yaman belum berhenti.

Dua kapal perang Iran yang dikirim ke perairan Yaman itu berasal dari Armada ke-34 Angkatan Laut Iran. Pengiriman dua kapal perang berlangsung Rabu waktu Yaman. Pegerakan dua kapal perang itu disiarkan stasiun televisi pemerintah Iran, Press TV.

Kapal logistik Bushehr dan kapal perusak Alborz telah meninggalkan Kota Pelabuhan Bandar Abbas, Iran selatan menuju perairan Yaman. Komandan Angkatan Laut Iran, Laksamana Habibollah Sayyari mengkonfirmasi kebijakan militer Iran itu di sela-sela pengiriman dua kapal perang.

Pengiriman kapal perang Iran ke Teluk Aden secara politik ikut memanaskan konflik di Yaman. Sebab, Iran selama ini memprotes keras agresi Arab Saudi dan koalisi Teluk terhadap Houthi di Yaman. Iran telah menyerukan dialog untuk merampungkan krisis di Yaman.

“Armada ke-34 mengirim (dua kapal perang) untuk misi menjamin keamanan  jalur pelayaran Iran dan melindungi kepentingan Republik Islam Iran di laut lepas,” kata Sayyari, seperti dikutip Tehran Times, Kamis (9/4/2015).

Sayyari menekankan, bahwa misi Angkatan Laut Iran itu tetap menghormati hukum internasional. Dia juga menegaskan, langkah militer Iran itu juga untuk menjamin keamanan maritim Iran dari kapal-kapal bajak laut.

Dalam beberapa tahun terakhir, Angkatan Laut Iran telah telah meningkatkan patroli di perairan internasional untuk melindungi rute laut dan memberikan jaminan keamanan bagi kapal pedagang dan kapal tanker.


Credit  SINDOnews

Kekuatan Siapa di Balik ISIS?


 
Daily Mail Dalam foto yang diunggah sayap media ISIS ke internet ini terlihat kerumunan warga Aleppo tengah menyaksikan film-film eksekusi sejumlah sandera termasuk pilot Jordania Muath al-Kassasbeh.

SANLIURFA,CB — Saat Abu Hamza, mantan pemberontak Suriah, setuju bergabung dengan Negara Islam atau ISIS, ia berasumsi dirinya bakal menjadi bagian dari utopia Islam yang dijanjikan kelompok itu. Utopia tersebut telah memikat para petempur asing dari seluruh dunia untuk bergabung dengan ISIS.

Namun, apa yang terjadi, ia justru menemukan dirinya diawasi seorang amir Irak dan menerima sejumlah perintah dari beberapa orang Irak yang tidak jelas identitasnya. Orang-orang itu masuk dan keluar dari medan perang di Suriah. Ketika tidak sepakat dengan sesama para komandan dalam sebuah pertemuan ISIS tahun lalu, dia langsung ditahan atas perintah seorang pria Irak bertopeng yang hanya duduk diam selama pertemuan itu. Pria bertopeng tersebut hanya mendengar dan membuat catatan.

Abu Hamza, yang saat itu menjadi penguasa ISIS di sebuah komunitas kecil di Suriah, tidak pernah mengetahui identitas sesungguhnya dari orang-orang Irak itu, yang terselubung dengan nama sandi atau karena memang namanya tidak diungkapkan. Namun, semua laki-laki itu merupakan mantan perwira Irak yang pernah bertugas di masa Saddam Hussein, termasuk pria bertopeng itu. Ia pernah bekerja untuk agen intelijen Irak dan kini bekerja untuk badan keamanan bayangan ISIS, kata Hamza, seperti dilaporkan Washington Post, Sabtu (4/4/2015) lalu.

Laporan Hamza, dan orang-orang lain yang tinggal bersama atau berperang melawan ISIS selama dua tahun terakhir, menegaskan peran luas yang dimainkan para mantan anggota tentara Baath Irak dalam sebuah organisasi yang secara tipikal lebih dikaitkan dengan para militan asing flamboyan dan berbagai video mengerikan yang mereka bintangi.

Menurut sejumlah warga Irak, Suriah, dan para analis yang mempelajari ISIS, walau ada ribuan petempur asing yang bergabung, tetap saja hampir semua pemimpin ISIS merupakan mantan perwira Irak, termasuk para anggota komite militer dan keamanannya yang identitasnya tidak jelas tadi, serta sebagian besar para amir dan pangeran.

Washington Post melaporkan, para mantan perwira itu membawa keahlian militer dan sejumlah agenda dari mantan orang-orang Partai Baath ke ISIS. Mereka juga membawa jaringan penyelundupan yang dulu dikembangkan untuk menghindari sanksi pada tahun 1990-an dan yang kini memfasilitasi perdagangan minyak ilegal ISIS.

Di Suriah, para "amir" lokal biasanya dibayangi seorang wakil yang merupakan orang Irak dan membuat keputusan, kata Abu Hamza, yang telah melarikan diri ke Turki pada musim panas lalu setelah kecewa dengan ISIS. Dia menggunakan nama samaran demi keselamatannya.

"Semua pembuat keputusan orang Irak dan sebagian besar dari mereka merupakan mantan perwira Irak. Para perwira Irak menjadi pemimpin dan mereka yang membuat taktik dan rencana pertempuran," katanya seperti dikutip Post. "Namun, orang-orang Irak sendiri tidak bertempur. Mereka menempatkan para petempur asing di garis depan."

Profil umum para jihadis asing sering kali kurang paham dengan akar ISIS dalam sejarah berdarah Irak saat ini.

Hassan Hassan, seorang analis yang berbasis di Dubai dan salah seorang penulis buku berjudul ISIS: Inside the Army of Terror, mengatakan, kekejaman keji rezim Baath Saddam Hussein, pembubaran tentara Irak setelah invasi pimpinan AS tahun 2003, pemberontakan yang terjadi setelah itu, dan marginalisasi kaum Sunni Irak oleh pemerintah yang didominasi Syiah, semuanya saling terkait dengan munculnya ISIS.

"Banyak orang berpikir Negara Islam itu sebagai kelompok teroris dan itu tidak efektif," kata Hassan. "(ISIS) itu memang sebuah kelompok teroris, tetapi kelompok itu lebih dari itu. Kelompok (itu) merupakan pemberontakan yang tumbuh di Irak dan kelompok itu terkait dengan Irak."

Undang-undang penyingkiran orang-orang Baath (de-Baathification) yang diumumkan L Paul Bremer, penguasa Amerika di Irak tahun 2003, sudah lama diidentifikasi sebagai salah satu pemicu munculnya pemberontakan. Dalam sebuah keputusan, sebanyak 400.000 anggota tentara Irak yang telah dikalahkan kemudian dipecat. Tunjangan pensiunnya tidak dibayarkan. Namun, mereka tetap diizinkan untuk memiliki senjata.

Militer AS pada tahun-tahun awal gagal untuk menyadari para perwira Baath yang dibubarkan akhirnya berperan di sejumlah kelompok ekstremis, melebihi para petempur asing yang sering disalahkan sejumlah pejabat Amerika, kata Kolonel Joel Rayburn, dosen senior di National Defense University, yang menjabat sebagai penasihat sejumlah jenderal penting AS di Irak. Rayburn menggambarkan hubungan antara Baath dan ISIS dalam bukunya yang berjudul Iraq After America.

Menurut Rayburn, militer AS selalu tahu bahwa para mantan perwira Baath bergabung dengan kelompok-kelompok pemberontak dan memberikan dukungan taktis bagi cabang Al Qaeda di di Irak, yang menjadi cikal bakal ISIS. Namun, para pejabat Amerika itu tidak mengantisipasi bahwa para mantan perwira tersebut tidak hanya akan menjadi pembantu Al Qaeda. Mereka justru menjadi bagian inti dari kelompok jihad itu.

"Kami mungkin telah mampu menemukan cara-cara untuk mencegah fusi, penyelesaian proses Irakisasi (Iraqization)," kata Rayburn kepada Washington Post. Para mantan perwira itu mungkin tidak dapat dipersatukan lagi, "tetapi pelabelan mereka sebagai tidak relevan merupakan kesalahan."

Di bawah kepemimpinan Abu Bakr al-Baghdadi, yang menyatakan diri sebagai khalifah ISIS, para mantan perwira itu menjadi lebih dari sekadar relevan. Mereka berperan dalam kelahiran kembali kelompok itu dari kekalahan yang dialami para pemberontak dari militer AS.

Reuters Presiden Irak Saddam Hussein, tengah, memimpin rapat gabungan Dewan Komando Revolusi dan komando regional Partai Baath yang berkuasa pada 31 Oktober 1998.
Berciri sama

Sekilas, dogma sekuler Partai Baath Saddam Hussein yang bersifat tirani tampaknya bertentangan dengan interpretasi keras ISIS terhadap hukum Islam yang hendak ditegakkan kelompok itu.

Namun, dua kredo tersebut telah tumpang tindih secara luas dalam beberapa hal, terutama keyakinan mereka pada ketakutan demi mengamankan kepatuhan rakyat yang berada di bawah kekuasaan kelompok itu. Dua dekade lalu, rincian dan bentuk kekejaman dari penyiksaan yang dilakukan Saddam Hussein mendominasi wacana tentang Irak.

Washington Post melaporkan, seperti ISIS, Partai Baath Saddam Hussein juga menganggap dirinya sebagai gerakan transnasional, membentuk cabang-cabang di sejumlah negara di Timur Tengah, dan menjalankan kamp pelatihan bagi relawan asing dari seluruh dunia Arab.

Pada saat pasukan AS menginvansi Irak tahun 2003, Saddam sudah mulai condong ke pendekatan yang lebih religius dalam pemerintahannya. Ia membuat transisi dari ideologi Baath ke ideologi Islam yang agak mustahil bagi beberapa perwira Irak yang kehilangan haknya, kata Ahmed S Hashim, profesor yang sedang meneliti hubungan-hubungan itu di Nanyang Technological University di Singapura.

Dengan peluncuran Kampanye Iman sang diktator itu tahun 1994, ajaran Islam yang keras telah diperkenalkan. Kata-kata "Allahu Akbar" tertulis di bendera Irak. Hukuman amputasi ditetapkan dalam kasus pencurian. Sejumlah mantan perwira Baath mengingat teman-teman yang tiba-tiba berhenti minum, mulai berdoa dan menganut bentuk yang sangat konservatif dari ajaran Islam yang dikenal sebagai Salafisme pada tahun-tahun sebelum invasi AS.

Dalam dua tahun terakhir pemerintahan Saddam Hussein, aksi pemenggalan, terutama menyasar para perempuan terduga pekerja seks komersial dan dilaksanakan oleh satuan elite Fedayeen, menewaskan lebih dari 200 orang, lapor kelompok-kelompok hak asasi manusia ketika itu.

Kebrutalan yang dilakukan ISIS sekarang mengingatkan orang pada pertumpahan darah yang dulu dilakukan Fedayeen, kata Hassan. Sejumlah video propaganda dari era Saddam mencakup sejumlah adegan yang menyerupai yang sekarang disiarkan ISIS, memperlihatkan pelatihan ala Fedayeen, berbaris dalam topeng hitam, berlatih seni pemenggalan dan dalam satu contoh memakan anjing yang masih hidup.

Beberapa orang Baath menjadi rekrutan awal kelompok afiliasi Al Qaeda yang didirikan Abu Musab al-Zarqawi, pejuang Palestina-Jordania, yang dianggap sebagai perintis dari ISIS saat ini, kata Hisham al Hashemi, analis tentang Irak yang memberikan nasihat bagi Pemerintah Irak dan punya kerabat yang bertugas di militer Irak pada masa Saddam. Sejumlah orang Irak lainnya menjadi radikal di Camp Bucca, penjara Amerika di Irak selatan dengan ribuan warga biasa ditahan dan bercampur baur dengan para militan.

Zarqawi menjaga jarak dengan para mantan anggota Baath karena ia tidak memercayai pandangan sekuler mereka. Demikian kata Hasyim.

Menurut sejumlah analis dan mantan perwira, baru di bawah pengawasan pemimpin ISIS saat ini, yaitu Abu Bakr al-Baghdadi, perekrutan para mantan perwira Baath menjadi strategi yang disengaja. Baghdadi awalnya ditugaskan untuk membangun kembali organisasi pemberontak yang sangat lemah itu setelah 2010. Ia lalu memulai kampanye agresif untuk merayu para mantan perwira, menarik para laki-laki yang masih menganggur, atau telah bergabung dengan kelompok-kelompok ekstremis lainnya.

Beberapa dari orang-orang itu telah berperang melawan Al Qaeda setelah berubah haluan dan menyesuaikan diri dengan gerakan Kebangkitan yang didukung Amerika tahun 2007. Ketika tentara AS menarik diri dan Pemerintah Irak meninggalkan para pejuang Kebangkitan, ISIS merupakan satu-satunya pilihan yang masih ada bagi mereka yang merasa dikhianati dan ingin mengubah haluan lagi, kata Brian Fishman, yang meneliti kelompok di Irak untuk West Point’s Combating Terrorism Center dan kini bekerja untuk New America Foundation.

Washinton Post melaporkan, upaya Baghdadi itu tidak terlepas dari babak baru penyingkiran orang-orang Baath (de-Baathification) oleh Perdana Menteri Nouri al-Maliki yang diluncurkan setelah pasukan AS hengkang tahun 2011. Maliki memecat para perwira, bahkan yang telah direhabilitasi oleh militer AS.

Di antara mereka adalah Brigjen Hassan Dulaimi, mantan perwira intelijen di militer lama Irak yang direkrut kembali ke dalam tugas oleh tentara AS tahun 2006, sebagai komandan polisi di Ramadi, ibu kota Provinsi Anbar yang sudah lama bergolak. Beberapa bulan setelah kepergian tentara Amerika, dia diberhentikan. Dulaimi kehilangan gaji dan pensiunnya. Bersama dia ada 124 perwira lain yang telah bertugas bersama Amerika.

"Krisis ISIS tidak terjadi secara kebetulan," kata Dulaimi dalam sebuah wawancara dengan Washington Post di Baghdad. "Itu merupakan hasil dari akumulasi masalah yang diciptakan Amerika dan Pemerintah (Irak)."

Ia mencontohkan kasus seorang teman dekat, seorang mantan perwira intelijen di Baghdad yang dipecat tahun 2003 dan berjuang selama bertahun-tahun untuk mencari nafkah. Si teman kini menjabat sebagai wali atau pemimpin ISIS di kota Hit di Anbar, kata Dulaimi. "Terakhir kali saya melihatnya tahun 2009. Dia mengeluh bahwa dirinya sangat miskin. Dia teman lama, jadi saya memberinya uang," kenangnya. "Dia bisa berubah. Jika seseorang memberinya pekerjaan dan gaji, ia tidak akan bergabung dengan ISIS. Ada ratusan, ribuan orang seperti dia," tambahnya. "Orang-orang yang menjadi pemimpin dalam operasi militer ISIS merupakan para perwira terbaik dari bekas tentara Irak, dan itulah sebabnya ISIS mengalahkan kami dalam hal intelijen dan di medan perang."

Pencaplokan wilayah oleh ISIS juga jadi mulus akibat penganiayaan luas pemerintahan Maliki terhadap kaum minoritas Sunni, yang meningkat setelah pasukan AS menarik diri dan membuat banyak warga sunni biasa bersedia untuk menyambut para ekstremis sebagai alternatif bagi pasukan keamanan Irak yang sering kali brutal.

Namun, masuknya para perwira Baath ke dalam jajaran ISIS-lah yang mendorong kemenangan militer, kata Hashem. Tahun 2013, Baghdadi telah dikelilingi para mantan perwira, yang mengawasi ekspansi ISIS di Suriah dan mendorong serangan di Irak.

Beberapa pembantu terdekat Baghdadi, termasuk Abu Muslim al-Turkmani, wakilnya di Irak, dan Abu Ayman al-Irak, salah satu komandan militer pentingnya di Suriah, keduanya mantan perwira Irak, telah dilaporkan tewas. Namun, Dulaimi menduga bahwa banyak orang memalsukan kematian mereka dalam rangka menghindari pendeteksian. Hal itu membuat kepemimpinan ISIS saat ini sulit untuk diamati.

Namun, setiap kekosongan kepemimpinan akan diisi oleh para mantan perwira sehingga akan mempertahankan pengaruh Irak di jantung kelompok itu, bahkan saat jajarannya membengkak dengan datangnya orang-orang asing, kata Hassan.

Khawatir akan diinfiltrasi dan dimata-matai, kepemimpinan ISIS menyekat dirinya dari para pejuang asing dan para pejuang biasa Suriah dan Irak melalui jaringan rumit para perantara yang sering diambil dari badan-badan intelijen Irak yang lama, kata Hassan. "Mereka memperkenalkan mind-set kerahasiaan serta keterampilan Baath," kata dia.

Pria bertopeng yang memerintahkan penahanan Abu Hamza merupakan salah satu anggota kelompok petugas keamanan yang beredar dalam wilayah ISIS. Tugas aggota kelompok itu adalah memantau para anggota lain terkait adanya tanda-tanda perbedaan pendapat, kata orang Suriah itu. "Mereka merupakan mata dan telinga keamanan Daesh, dan mereka sangat berkuasa," katanya, dengan menggunakan singkatan bahasa Arab dari ISIS.

Abu Hamza dibebaskan dari penjara setelah setuju untuk sependapat dengan para komandan lain, katanya. Namun, pengalaman tersebut berkontribusi terhadap kekecewaannya pada kelompok itu. Dia mengatakan, para petempur asing yang bertugas bersamanya merupakan "orang-orang Muslim yang baik". Namun, dia kurang yakin dengan para pemimpin Irak itu. "Mereka berdoa dan mereka berpuasa dan Anda tidak bisa menjadi amir tanpa berdoa, tetapi di dalam saya tidak berpikir mereka begitu percaya hal itu," katanya. "Orang-orang Baath sedang menggunakan Daesh. Mereka tidak peduli dengan Baathisme atau bahkan Saddam. Mereka hanya ingin kekuasaan. Mereka dulu berkuasa dan mereka ingin berkuasa kembali."


Mirror Pimpinan ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.
Ingin menguasai Irak

Apakah para mantan anggota Baath mematuhi ideologi ISIS? Hal itu merupakan perdebatan. Hashim mencurigai banyak dari mereka tidak mematuhi ideologi itu.

"Orang masih bisa berpendapat bahwa itu adalah aliansi taktis," katanya. "Banyak anggota Baath tidak suka ISIS menguasai Irak. Mereka yang ingin menguasai Irak. Banyak dari mereka melihat kaum jihad dengan pola pikir Leninis bahwa orang-orang ISIS merupakan orang-orang idiot yang berguna yang dapat kita gunakan untuk meraih kekuasaan."

Rayburn bertanya apakah sejumlah relawan asing menyadari sejauh mana mereka sedang ditarik ke rawa-rawa Irak. Sejumlah pertempuran sengit yang dikobarkan saat ini di Irak adalah untuk mengendalikan masyarakat dan kawasan yang telah diperebutkan di antara orang-orang Irak selama bertahun-tahun, sebelum kaum ekstremis itu muncul.

"Anda punya para petempur yang berasal dari seluruh dunia untuk berperang dalam pertarungan politik lokal yang jihad global tidak mungkin punya kepentingan."

Para mantan perwira Baath yang bertugas bersama sejumlah orang yang saat ini berjuang dengan ISIS justru yakin yang terjadi adalah sebaliknya. Bukan para anggota Baath yang sedang menggunakan para jihadis agar bisa kembali berkuasa. Para jihadis itulah yang telah mengeksploitasi keputusasaan para perwira yang dibubarkan itu. Demikian menurut mantan seorang jenderal yang dulu memimpin pasukan Irak dalam invasi Irak ke Kuwait tahun 1990 dan saat melawan invasi AS ke Irak tahun 2003. Dia berbicara tanpa mau diungkap jati dirinya karena ia takut untuk keselamatannya. Ia sekarang tinggal di Irbil, ibu kota wilayah Kurdistan di Irak utara.

Mantan jenderal itu mengatakan, para mantan perwira Baath itu bisa dibuat untuk menjauh dari ISIS jika mereka ditawari alternatif dan harapan akan masa depan. "Orang Amerika memikul tanggung jawab terbesar. Ketika mereka membubarkan tentara, apa yang mereka harapkan orang-orang itu bisa lakukan?" tanyanya. "Mereka diabaikan tanpa sesuatu yang harus dilakukan dan hanya ada satu jalan keluar bagi mereka agar meja makannya tetap ada isinya."


AHMAD AL-RUBAYE / AFP Sejumlah personel militer Irak dan milisi Syiah berfoto bersama usai merebut kota Al-Alam yang terletak di sebelah utara kota Tikrit dari tangan ISIS.
Ketika para perwira AS membubarkan para tentara Baath, "mereka tidak men-de-Baathify pikiran orang, mereka hanya menghilangkan pekerjaan mereka," katanya.

Menurut Hassan, ada mantan anggota Partai Baath yang telah bergabung kelompok-kelompok pemberontak lain yang mungkin dapat dibujuk untuk beralih haluan. Ia memberikan contoh tentang Army of the Men of the Naqshbandi Order, yang biasanya disebut dengan singkatannya dalam bahasa Arab, yaitu JRTN. Mereka menyambut ISIS dalam serbuan ke Irak utara pada musim panas lalu, tetapi kelompok tersebut sejak itu telah bubar.

Namun, sebagian besar anggota Partai Baath yang benar-benar bergabung dengan ISIS kini cenderung menjadi radikal, baik di penjara maupun di medan perang, kata Hassan.



Credit  KOMPAS.com

CIA Kaget Iran Sepakati Perjanjian Nuklir


CIA Kaget Iran Sepakati Perjanjian Nuklir
DIrektur CIA, John Brennan mengaku terkejut ketika pertama kali mendengar kabar Iran dan negara kekuatan dunia telah mencapai kata sepakat soal teknologi nuklir. Foto: Reuters
 
 
WASHINGTON  (CB) - DIrektur CIA, John Brennan mengaku terkejut ketika pertama kali mendengar kabar Iran dan negara kekuatan dunia telah mencapai kata sepakat soal teknologi nuklir. Brennan menyebut kesepakatan itu sebagai sesuatu hal yang solid.

"Saya terkejut dengan fakta Iran telah menerima serangkaian syarat yang diajukan dalam kesepakatan tersebut. Mereka (Iran) telah menyepakati banyak sekali hal di sini," ucap Brennan dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (8/4/2015).

"Kesepakatan awal, yang merupakan kerangka dari negoisasi lanjutan adalah sebuah hal yang solid, yang mungkin bisa kita dapatkan," imbuhnya. Brennan juga mengkritik semua pihak yang tidak setuju dengan kesepakatan nuklir tersebut, sebagai orang yang munafik.

Sikap sedikit terkejut bukan hanya diutarakan Brennan. Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama sebelumnya menampilkan sikap yang sama, bahkan dirinya menyebut kesepakatan itu adalah hal yang langk. "Sesuatu yang kita bisa dapatkan sekali dalam seumur hidup," ucapnya.

Dalam kesepatan yang dicapai di Laussane, Swiss pada awal April itu, Iran setuju untuk membatasi pengembangan dan penelitian nuklir, mengurangi jumlah pabrik penghasil uranium, serta mempreteli semua reaktor yang berpotensi menghasilkan plutoniom. Kesepakatan ini dikabarkan akan berlaku setidaknya sampai 10 tahun ke depan.



Credit  SINDOnews

Rabu, 08 April 2015

560 Orang Tewas, Krisis Kemanusiaan Melanda Yaman


560 Orang Tewas, Krisis Kemanusiaan Melanda Yaman
Bocah Yaman sedang membawa senjata. (Foto: Reuters)

SANAA   (CB) – Krisis kemanusiaan melanda Yaman. Sebanyak 560 orang, termasuk puluhan anak, tewas dalam serangan udara Koalisi Teluk pimpinan Arab Saudi.
Pertempuran antara Arab Saudi dan kawan-kawan dengan Kelompok Houthi memasuki pekan ketiga. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan lebih dari 1.700 orang terluka dan 100 ribu orang terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya.
Komite Palang Merah Internasional berusaha mengirim tim medis ke Yaman. Juru bicara Sitara Jabeen mengatakan, pesawat kargo yang membawa 17 ton pasokan medis sedang menunggu izin dari Koalisi Teluk.
“Jika pasokan medis ini tidak masuk ke Yaman maka banyak orang yang akan meninggal dunia,” kata Jabeen, seperti dilansir New Straits Times, Rabu (8/4/2015).
WHO menyatakan sebanyak 560 orang menjadi korban dalam perang di Yaman dan 1.768 warga sipil mengalami luka-luka. Selain itu, serangan udara yang dilakukan pasukan koalisi Arab Saudi juga menewaskan 74 anak.
Julien Harneis, perwakilan dari UNICEF di Yaman, mengatakan, ratusan anak menderita akibat perang ini.
"Mereka meninggal, mengalami cacat, dan terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya. Kesehatan mereka terancam dan pendidikan mereka terganggu," demikian komentar Harneis.



Credit  Okezone

Industri Senjata Amerika Serikat Terancam


Associated Press
Peluru kendali milik Amerika Serikat.
CB - Militer Amerika Serikat (AS) selama berpuluh-puluh tahun memelihara kedigdayaan melalui keberadaan peluru kendali dan teknologi networked targeting. Namun, kini negara-negara pengekspor baru senjata memiliki tawaran lebih menarik dengan harga bersaing. Hal demikian berpotensi mengancam AS dan melemahkan pengaruh Barat.
Demi memahami kondisi di atas, coba simak industri otomotif global. Hyundai Motors, perusahaan otomotif asal Korea Selatan, menjadi pesaing serius di kancah global melalui penyebarluasan teknologi, buruh murah, dan produk yang bukan terbaik, namun “cukup baik” sehingga relatif murah. Keberhasilan mereka belum nyata pada 2001. Namun, pada 2015, pasar menunjukkan bukti. Produk Hyundai laris. Proses serupa terjadi dalam industri pertahanan dunia.
Berikut beberapa contoh: Sekutu NATO seperti Turki dan Polandia tidak membeli artileri terbaru dari AS atau bahkan Jerman. Mereka melirik Samsung. Perusahaan Korea Selatan lain, Daewoo, merakit kapal pemasok AL Inggris. Korea Aerospace Industries mengekspor jet tempur TA-50 dan FA-50 ke Irak, Indonesia, dan Filipina. F-16 adalah jet tempur termurah AS; pesawat tempur baru Korea, Pakistan, dan India lebih murah 33-50% dari jet tersebut. Jika ingin lebih hemat hingga 67%, A-29 Super Tucano asal Brasil telah memenuhi standar dunia. Pesanan mendadak dari Uni Emirat Arab agaknya menandakan jet jenis itu tak lama lagi akan bertempur di langit Yaman.

Ancaman jangka panjang itu melibatkan penyebaran senjata presisi yang dapat menghantam sasaran apapun, sejauh terpantau alat. Selain ekspor Rusia dan Cina, Turki telah mulai mengekspor peluru kendali baru. Rudal antikapal Mach 3 Brahmos milik India pun memiliki pemandu berbasis GPS supercanggih. Pakistan telah melengkapi armada jet tempur JF-17 dengan rudal pembasmi radar MAR-1.
Kecakapan Amerika dalam melakukan serangan mata-mata berhasil menundukkan Irak dalam dua perang. Kini, militer Barat harus berencana menghadapi versi lain kemampuan itu.
Selain menggoyang industri pertahanan AS, maraknya keberadaan senjata berkualitas lumayan dengan harga bersaing akan menjadi ganjalan bagi diplomasi dan hubungan militer Barat dalam dua hal.
Pertama, sulit melebih-lebihkan nilai atas hubungan personal dengan militer asing yang kerap bermula lewat program pelatihan. Seperti layaknya yang terjadi di Pakistan, Mesir, dan negara lain, perwira menengah militer di kemudian hari kemungkinan dapat menjadi presiden.
Kedua, banjir pilihan di pasar global akan menyulitkan embargo senjata canggih tertentu untuk negara tertentu. Hal tersebut mengurangi pengaruh Barat di seluruh dunia. Pada dasawarsa 1990-an, suara sumbang Barat dapat memberikan dampak tertentu atas militer suatu negara. Namun, pada 2020-an, hal itu pasti dirasa ganjil.
AFP/Getty Images
Model pesawat tempur FA-50 buatan Korea Aerospace Industries dalam pameran industri pertahanan internasional di Baghdad, Irak, 7 Maret 2015.
Bagaimana reaksi AS? Teknologi. November lalu, Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel mengumumkan strategi ketiga Pentagon yang dirancang untuk mengembangkan teknologi baru sebagai kelanjutan dua strategi pertama—senjata nuklir dan peluru kendali. Pentagon berusaha mempertahankan posisinya dengan berinvestasi pada ranah seperti perang siber; komputerisasi canggih serta teknologi big data; robotika dan senjata otomatis; teknik manufaktur canggih seperti cetak 3-D; dan senjata elektromagnetis, guna mendongkrak serangan AL dan menggantikan sistem pertahanan darat.
Saat ini, strategi ketiga baru sekadar wacana. Pertanyaannya adalah apakah jika dilaksanakan, hal itu akan cukup. Negara-negara yang perusahaan swastanya harus menguasai big data dapat mengalih-pindahkan kecakapan semacam itu kepada militernya. Begitu pun cyberwarfare, seperti yang telah dipamerkan Iran dan Korea Utara. Radar pasif berteknologi komputer supercepat serta berteknologi big data mungkin dapat mengatasi teknologi “siluman” kiwari. Sementara itu, Daulah Islamiyah telah memanfaatkan drone komersial ringan, dan buku karya Peter W. Singer berjudul “Wired for War” berisi 87 negara yang memiliki program robot militer.
Barat tidak dapat menghentikan proses “Hyundai-isasi” ini, tapi akan ada beberapa variabel lain yang akan menghambat lajunya. Meski demikian, Hyundai-isasi sedang menjalar.
Pemerintah Barat memiliki sejumlah opsi kebijakan untuk menangani sejumlah ancaman militer dan diplomatis dari proses Hyundai-isasi. Tetapi, terdapat satu kepastian: Reaksi serius harus dapat melampaui urusan teknologi.




Credit  wsj.com

Houthi Sedang Susun Rencana untuk Serang Saudi


Houthi Sedang Susun Rencana untuk Serang Saudi
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah mengaku mendapat kabar jika para pemimpin Houthi sedang merencanakan untuk melakukan serangan langsung terhadap Arab Saudi. Foto: ap
 
 
BEIRUT  (CB) - Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah mengaku mendapat kabar jika para pemimpin Houthi sedang merencanakan untuk melakukan serangan langsung terhadap Arab Saudi. Langkah ini diambil Houthi sebagai respon atas serangan bertubi-tubi yang dilakukan koalisi Teluk ke basis Houthi di Yaman.

Namun, menurut Nassralah, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (7/4/2015), sampai saat ini para pemimpin Houthi belum memutuskan apakah mereka akan melakukan serangan itu, dan kapan akan dilancarkan. Dalam pandangannya, serangan itu sangat mungkin terjadi karena Houthi memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu.

"Sampai sekarang, kepemimpinan yang bertanggung jawab atas aksi militer di Yaman belum memutuskan apakah akan menyebrangi selat Bab-el-Mandeb (yang menghubungkan Laut Merah ke Teluk Aden) dan meluncurkan serangan terhadap Arab Saudi, meskipun  mereka memiliki kemampuan seperti itu," kata Nasrallah.

Di kesempatan yang sama, dIrinya kembali menyatakan bahwa Saudi dan sekutunya akan mengalami kekalahan yang memalukan jika terus melakukan serangan terhadap Yaman. Pemimpin Hizbullah itu menyerukan kepada Saudi untuk menghentikan serangan dan mulai menggunakan jalur diplomasi untuk menyelesaikan konflik di Yaman.

Menurutnya, pertempuran di Yaman tidak ditentukan oleh kekuatan militer, tapi oleh kekuatan rakyat. Ia meyakini, lama-kelamaan warga Yaman akan menentang pemerintahan di bawah pimpinan Presiden Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi, dan justru berbalik mendukung Houthi.




Credit  SINDOnews

Jika Saudi Terancam, Pakistan Siap Pasang Badan


Jika Saudi Terancam Pakistan Siap Pasang Badan
Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif. Foto: al arabiya
 
 
ISLAMABAD  (CB) - Pemerintah Pakistan menegaskan pihaknya akan menjadi garda terdepan dalam melindungi Arab Saudi, jika negara tersebut mendapat ancaman serius. Hal itu disampaikan langsung oleh Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif, melalui sebuah pernyaataan yang dirilis kantornya.

"Setiap ancaman terhadap keselamatan dan keamanan Arab Saudi akan memicu respon yang kuat dari Pakistan," bunyi pernyataan Sharif tersebut, seperti dilansir Al Arabiya pada Selasa (7/4/2015).

Pernyataan itu dilontarkan Sharif paska dirinya melalukan pertemuan tingkat tinggi dengan pewakilan Gulf Cooperation Council (GCC). Dalam pertemuan itu, Sharif menyatakan hubungan Pakistan dan GCC sangatlah kuat, dan menjadi seperti sebuah kewajiban bagi Pakistan untuk turut menjaga keamanan negara anggota GCC, khususnya Arab Saudi.

"Seharusnya tidak ada ambiguitas mengenai apakah Pakistan akan siap untuk membantu jika kondisi Saudi sedang terancam," imbuhnya.
Pakistan sendiri adalah salah satu anggota dari koalisi Teluk yang dipimpin Saudi dalam melakukan serangan terhadap pemberontak di Yaman, walaupun keterlibatan mereka dalam koalisi tersebut masih menjadi perdebatan hangat di dalam negeri.

Sampai saat ini Parlemen Pakistan masih bersitegang mengenai apakah Pakistan harus terus berada dalam koalisi, dan turut melakukan serangan terhadap Yaman, atau mereka harus keluar dari koalisi tersebut.



Credit  SINDOnews

TNI Apresiasi Kerja Polisi Antiteror di Poso


alfian kartono 
Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo


JAKARTA, CB - Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Gatot Nurmantyo mengapresiasi kerja aparat kepolisian dalam menumpas kelompok radikal di Poso, Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu.
"Dalam rangkaian operasi kemarin, saya akui, bangga dengan Polri," ujar Gatot di kompleks Kopassus Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur pada Rabu (8/4/2015).
Di tengah perkembangan kelompok radikal yang semakin mengkhawatirkan, ujar Gator, kepolisian yang diwakili personel Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri mampu memberi tekanan terhadap pergerakan kelompok radikal bersenjata. Gatot juga mengapresiasi masyarakat setempat yang bekerja sama dalam membantu tugas-tugas kepolisian. Khususnya, memasok data tentang keberadaan kelompok radikal bersenjata tersebut.
"Saya lebih bangga ke masyarakat karena ada informasi soal Daeng Koro cs itu dari rakyat. Dia yang menginformasikan ke polisi, lalu polisi menanggapinya," ujar Gatot.
Tim Densus 88 Antiteror Polri telah menggelar operasi pada Jumat (3/4/2015) pekan lalu. Mereka terlibat baku dembak dengan selusinan orang tak dikenal di Pegunungan Sakina Jaya, Desa Pangi, Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parimo, Sulawesi Tengah. Dua orang tewas dalam kontak tembak itu, yakni Daeng Koro dan Farid alias Imam.
Menurut catatan kepolisian, Daeng Koro yang merupakan mantan anggota Kostrad TNI, terlibat dalam penyebaran paham radikal hingga aksi teror berupa pembunuhan polisi, warga, perakitan bom hingga menjadi dalang kerusuhan di Poso.
Adapun Farid merupakan salah seorang teroris yang masih ke dalam daftar pencarian orang (DPO). Berdasarkan catatan kepolisian, Farid bersama sejumlah pelaku teror lain mengikuti kegiatan tadrib asykari atau kelompok bersenjata pada tahun 2013. Kelompok tersebut didirikan oleh Santoso di Poso, Sulawesi Tengah. Dari situlah aktivitas teror mereka mulai dilakukan.


Credit  KOMPAS.com

Kodam di Papua Barat Akan Selesai Dibangun Tahun Ini


alfian kartono Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI Fransen G. Siahaan didampingi Asintel Kasdam XVII Cenderawasih, Kol Inf Immanuel Ginting dalam keterangan pers di Makodam Cenderawasih, Kamis (29/1/2015) sore.


JAYAPURA, CB – Dalam waktu dekat Pemerintah Pusat akan membentuk Komando Daerah Militer (Kodam) yang baru di Provinsi Papua Barat, terpisah dari Kodam XVII Cenderawasih Papua. Panglima Kodam XVII/ Cenderawasih, Mayjen TNI Fransen G Siahaan mengatakan pembentukan Kodam Papua Barat sudah mendapat persetujuan dari Presiden Joko Widodo.
Menurut Fransen, pembangunan Markas Kodam sedang dibangun dan diperkirakan selesai akhir 2015.
“Kodam Papua Barat, akan diberi nama Kasuari dan harapannya Panglima Kodam XVIII/ Kasuari nantinya berasal dari putra asli Papua. Saat ini ada 2 putra Papua yang berpangkat jenderal TNI dan seorang lagi berpangkat Kolonel,” jelas Fransen dihadapan peserta Musrembang Provinsi Papua Barat di Manokwari, Papua Barat, Selasa (7/4/2015).
Dijelaskan Fransen, setelah terbentuk Kodam XVIII/ Kasuari akan membawahi Komando Resor Militer (Korem) 171/ Praja Wira Tama yang berkedudukan di Sorong dan Korem 173/ Praja Wira Braja yang berkedudukan di Biak.
“Untuk pembentukan Kodim dan Koramil akan mengikuti Kodam baru ini. Saat ini kami pun sedang menyiapkan personil yang akan bertugas di Kodam Papua Barat,” ungkap Fransen.
Saat kunjungan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jendral TNI Gatot Nurmantyo ke Manokwari, Papua Barat, beberapa waktu lalu, mengungkapkan rencana pembangunan Markas Kodam Papua Barat di lokasi Markas Kompi C dan D Kodim 1703 Manokwari di Kelurahan Arfai, Distrik Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari. Sementara untuk Markas Kompi C dan D Kodim 1703 Manokwari akan dipindahkan ke Distrik Warmare, Kabupaten Manokwari yang sebelumnya merupakan lahan yang diperuntukkan untuk pembangunan Markas Kodam dari Pemerintah Provinsi Papua Barat.



Credit  KOMPAS.com

Kisah Tongkat Pangeran Diponegoro


A Lost Pusaka Returned/Peter Carey/Infografik: Andriansyah Tongkat Pangeran Diponegoro


CB - Ada kejutan pada malam pembukaan pameran ”Aku Diponegoro: Sang Pangeran dalam Ingatan Bangsa, dari Raden Saleh hingga Kini” di Galeri Nasional, Jakarta, Kamis (5/2/2015). Tongkat pusaka Sang Pangeran dipulangkan dari Belanda ke Indonesia.

Pengembalian tongkat itu mengejutkan karena benda tersebut sudah 181 tahun disimpan salah satu keluarga keturunan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jean Chretien Baud (1833-1834). ”Saya juga tidak diberi tahu sebelumnya kalau ada penyerahan pusaka tongkat Pangeran Diponegoro pada acara pembukaan ini,” kata Kepala Galeri Nasional Tubagus ”Andre” Sukmana.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan meresmikan pembukaan pameran yang dijadwalkan berlangsung hingga 8 Maret 2015 itu. Terkait pengembalian tongkat, Anies mengucapkan terima kasih. ”Atas nama pemerintah dan rakyat Indonesia, kami berterima kasih kepada keluarga Baud yang telah menyimpan dengan baik dan memulangkan pusaka tongkat Diponegoro ini kembali ke Pulau Jawa,” katanya.

Pengembalian tongkat Diponegoro (1785-1855) juga disambut meriah para seniman, budayawan, dan pemerhati sejarah yang hadir di Galeri Nasional. Benda itu selanjutnya disimpan di Museum Nasional sebagai artefak penting milik negara dan rakyat Indonesia.

Sejarah tongkat

Bagaimana sebenarnya kisah tongkat itu? Menurut ahli sejarah Diponegoro asal Inggris, Peter Carey, tongkat tersebut diperoleh Pangeran dari warga pada sekitar tahun 1815. Tongkat itu lantas digunakan semasa menjalani ziarah di daerah Jawa selatan, terutama di Yogyakarta. Itu terjadi sebelum Diponegoro mengobarkan perang terhadap Hindia Belanda pada 1825-1830.

”Penyerahan (tongkat itu ke Indonesia) dirahasiakan sesuai permintaan keluarga yang menyimpan pusaka tongkat Diponegoro tersebut di Belanda,” kata Peter, yang juga menjadi salah satu kurator pameran, selain Werner Kraus (Jerman) dan Jim Supangkat (Indonesia).

Michiel Baud mewakili keluarga besar keturunan JC Baud menyerahkan pusaka tongkat ziarah Diponegoro kepada Anies Baswedan.

JC Baud menerima tongkat ziarah Diponegoro, yang juga disebut tongkat Kanjeng Kiai Tjokro, dari Pangeran Adipati Notoprojo. Notoprojo adalah cucu komandan perempuan pasukan Diponegoro, Nyi Ageng Serang.

Notoprojo dikenal sebagai sekutu politik bagi Hindia Belanda. Ia pula yang membujuk salah satu panglima pasukan Diponegoro, Ali Basah Sentot Prawirodirjo, untuk menyerahkan diri kepada pasukan Hindia Belanda pada 16 Oktober 1829.

Tongkat Kanjeng Kiai Tjokro dipersembahkan Notoprojo kepada JC Baud saat inspeksi pertama di Jawa Tengah pada musim kemarau tahun 1834. Kemungkinan Notoprojo berusaha mengambil hati penguasa kolonial Hindia Belanda. Sejak 1834, Baud dan keturunannya di Belanda merawat tongkat ziarah Diponegoro itu sampai Kamis malam lalu dipulangkan kembali ke Tanah Air.

Berdasarkan penelusuran Peter Carey, Tongkat Kanjeng Kiai Tjokro menjadi artefak spiritual sangat penting bagi Diponegoro, terutama dari simbol cakra di ujung atas tongkat sepanjang 153 sentimeter itu. Berdasarkan mitologi Jawa, cakra sering digambarkan digenggam Dewa Wisnu pada inkarnasinya yang ketujuh sebagai penguasa dunia.

”Sesuai mitologi Jawa, tongkat tersebut dikaitkan dengan kedatangan Sang Ratu Adil atau Erucakra,” kata Peter.

Diponegoro kemudian menganggap perjuangannya sebagai perang suci untuk mengembalikan tatanan moral ilahi demi terjaminnya kesejahteraan rakyat Jawa. Perang juga dianggap sebagai pemulihan keseimbangan masyarakat.

”Panji pertempuran Diponegoro menggunakan simbol cakra dengan panah yang menyilang,” kata Peter.

Kurator dari Rijks Museum Belanda, Harm Stevens, juga meneliti tongkat itu selama beberapa bulan terakhir. ”Saya telah mencocokkan dengan petunjuk-petunjuk yang ada. Benar kalau tongkat itu milik Pangeran Diponegoro,” katanya.

Tombak, pelana, jubah

Selain tongkat ziarah, pameran juga menghadirkan benda-benda bersejarah Pangeran Diponegoro yang lain. Sebut saja tombak Rondhan dan pelana kuda, yang sebelumnya juga berada di Belanda. Artefak-artefak itu diperoleh ketika pasukan gerak cepat Hindia Belanda, yang dipimpin Mayor AV Michiels, menyergap Diponegoro pada 11 November 1829.

Diponegoro berhasil meloloskan diri. Namun, tombak Rondhan, peti pakaian, kuda, dan barang berharga lain tidak dibawa serta. Pasukan penjajah merampas dan menyerahkan artefak berharga tersebut kepada Raja Belanda Willem I (yang bertakhta tahun 1813-1840). Pada tahun 1978, Ratu Belanda Juliana mengembalikan tombak Rondhan dan pelana kuda itu ke Indonesia.

Pelana kuda itu menyimpan kisah Diponegoro sebagai penunggang kuda hebat. Dia memiliki istal luas di kediamannya di Tegalrejo. Kuda hitam dengan kaki putih bernama Kiai Gentayu dianggap sebagai pusaka hidup Sang Pangeran.

Sebenarnya Diponegoro juga mewariskan jubah Perang Sabil. Sayangnya, jubah berbahan sutra shantung dan cinde berukuran 200 X 100 sentimeter tersebut tidak ikut dipamerkan. Benda tersebut tetap berada di Museum Bakorwil II Magelang.

Kisah di balik jubah itu juga menarik. Jubah tersebut dirampas saat penyergapan oleh Mayor AV Michiels di wilayah pegunungan Gowong, sebelah barat Kedu, 11 November 1829. Setelah perang, jubah dengan tepi brokat yang konon dijahit oleh gundunya disimpan putra menantu Basah Ngabdulkamil. Selama lebih seabad keluarga Diponegoro menyimpan jubah itu dan dipinjamkan permanen pada tahun 1970-an kepada Museum Bakorwil II.

Penangkapan Diponegoro

Benda bersejarah lain yang menarik perhatian pengunjung dalam pameran ini adalah lukisan ”Penangkapan Pangeran Diponegoro”. Karya ini dipamerkan bersama karya seni rupa dari 21 perupa Indonesia.

Kurator Jim Supangkat mengatakan, lukisan itu dibuat pada 1856-1857 berdekatan dengan wafatnya Diponegoro di pembuangan pada 8 Januari 1855. Karya itu dihadiahkan kepada Raja Belanda Willem III (1817-1890). Pada tahun 1978, Ratu Juliana mengembalikan lukisan kepada Indonesia.

Sebenarnya lukisan itu mengandung kritik tersembunyi. Raden Saleh mencela siasat tak etis pada penangkapan Diponegoro dan kebohongan lukisan Nicolaas Pieneman dengan tema sama tahun 1835. Dari yang sekarang terungkap dari lukisan itu, kita juga mengetahui bahwa berita penangkapan Diponegoro tersebar ke Eropa.

Selain lukisan penangkapan, ditampilkan juga dua lukisan lain karya Raden Saleh, yaitu ”Harimau Minum” (1863), dan ”Patroli Tentara Belanda di Gunung Merapi dan Merbabu” (1871). Lukisan ”Penangkapan Pangeran Diponegoro” dan ”Harimau Minum” adalah koleksi Istana Negara, sedangkan ”Patroli Tentara Belanda di Gunung Merapi dan Merbabu” koleksi pengusaha Hashim Djojohadikusumo. Ketiga karya itu direstorasi ahli dari Jerman pada tahun 2013 atas prakarsa Yayasan Arsari Djojohadikusumo.

Semua benda dalam pameran ”Aku Diponegoro” berhasil menghidupkan kembali kenangan akan sosok pahlawan itu. Memasuki ruang pameran, lingkaran sejarah serasa berulang.

Anies Baswedan mengapresiasi pergelaran ini sebagai usaha untuk membangkitkan kesadaran terhadap sejarah, figur, dan peran Diponegoro dalam melawan penjajahan dan memperjuangkan kemerdekaan masyarakat saat itu. Narasi perjuangan itu diharapkan terus hidup dan menular kepada generasi muda Indonesia dari masa ke masa.




Credit  KOMPAS.com