Kamis, 23 Agustus 2018

AS: Sanksi Turki Dicabut dengan Pembebasan Pastor Brunson



Presiden AS Donald Trump bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Roosevelt Room Gedung Putih, Selasa, 16 Mei 2017, di Washington.
Presiden AS Donald Trump bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Roosevelt Room Gedung Putih, Selasa, 16 Mei 2017, di Washington.
Foto: AP Photo/Evan Vucci

Turki menuntut AS mengekstradisi Fetullah Gulen.



CB, TEL AVIV -- Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Bolton mengatakan, krisis yang terjadi antara Paman Sam dan Turki akan segera rampung jika Ankara secepatnya membebaskan Andrew Brunson. Dia mengatakan, Pemerintah Turki telah membuat kesalahan besar dengan menahan pastor asal AS itu.

"Dan, setiap hari kesalahan itu terus terulang, krisis ini akan langsung berakhir jika mereka berbuat hal yang benar sebagai sekutu NATO, bagian dari blok barat dan melepaskan pastor Brunson tanpa prasyarat," kata John Bolton.

Ekonomi Istanbul kini tengah terguncang menyusul peningkatan tarif barang asal Turki oleh AS. Paman Sam menggandakan tarif baja dan aluminium asal Turki masing-masing sebesar sebesar 20 persen dan 50 persen. Hal tersebut kemudian berdampak pada melemahnya nilai tukar mata uang Turki, lira, terhadap dolar AS.

Pemerintah Qatar lantas mengucurkan investasi senilai 15 miliar dolar AS di Turki guna menyelamatkan mata uang tersebut. Ivestasi ditanamkan setelah pertemuan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan Emir Qatar Syekh Tamim Bin Hamad al-Thani. Doha sepakat menyetujui paket proyek ekonomi, investasi, dan deposito di Istanbul.

Meski demikian, menurut Bolton, kucuran dana investasi itu tidak akan menolong perekonomian Turki. Dia mengatakan, apa yang dilakukan Qatar sama sekali tidak cukup untuk memberikan dampak signifikan pada kondisi yang dialami Turki kini.

"Ini tentu tidak membantu, tetapi kami akan benar-benar melihat apa yang berkembang dari hal yang mereka lakukan," kata Bolton.

Retaknya hubungan AS-Turki menimbulkan pertanyaan terkait keanggotaan Ankara dalam Pakta Aliansi Atlantik Utara (NATO). Saat dikonfirmasi terkait hal itu, Bolton mengatakan, keanggotaan Turki dalam NATO tidak akan ditangguhkan mengingat itu berlainan dengan isu yang dihadapi saat ini.

"Kami fokus kepada pastor Brunson dan warga AS lainnya yang ditahan secara ilegal oleh Pemerintah Turki dan kami berharap ada solusi segera terkait hal itu," kata Bolton.

Pemerintah Turki sebelumnya mengatakan, pembebasan Brunson harus dibarengi dengan ekstradisi pemimpin organisasi FETO, Fetullah Gulen. Pria 77 tahun yang kini hidup di Pensylvania itu disebut-sebut sebagai dalang dari kudeta gagal presiden pada 2016 lalu.




Credit  republika.co.id





Marah, Publik Desak Turki Usir Tentara AS dari Pangkalan Incirlik


Marah, Publik Desak Turki Usir Tentara AS dari Pangkalan Incirlik
Kompleks Pangkalan Udara Incirlik, Turki, yang digunakan militer Amerika Serikat untuk operasi memerangi ISIS di Timur Tengah. Foto/REUTERS

ANKARA - Para warga dan politisi Turki mendesak pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk mengusir pada tentara Amerika Serikat (AS) dari Pangkalan Udara Incirlik. Mereka minta pangkalan itu diserahkan kepada militer Ankara.

Desakan publik ini muncul sebagai protes atas tindakan Washington yang menjatuhkan sanksi terhadap Ankara. Saksi dijatuhkan setelah pemerintah Erdogan menolak membebaskan pastor Amerika, Andrew Brunson, yang ditahan di Turki atas tuduhan mendukung kudeta militer 2016 yang berakhir dengan kegagalan.

"Pasukan Amerika harus meninggalkan Pangkalan Udara Incirlik!," teriak seorang warga di distrik Yuregir, Adana, yang menolak diidentifikasi.

Para warga di sekitar pangkalan marah atas perilaku Washington terhadap Ankara yang sejatinya adalah sekutu di keanggotaan NATO.

"AS telah melancarkan perang terhadap Turki, menggunakan penangkapan pastor sebagai dalih," kata Mehmet Kaya, seorang warga kota Adana, mengacu pada pertikaian diplomatik yang sedang berlangsung atas nasib misionaris Injil Amerika, Andrew Brunson.

Pastor Brunson dituduh menjalin hubungan dengan kelompok pimpinan Fethullah Gulen, ulama Turki yang tinggal di pengasingan di AS.

"AS berada di belakang upaya kudeta pada 15 Juli (2016). Mereka tidak ingin negara-negara lain untuk berkembang; satu-satunya tujuan mereka adalah untuk menempatkan negara-negara lain dalam posisi ketergantungan pada Washington. Keputusan Turki untuk membeli S-400 (sistem rudal ) dari Rusia telah membuang keseimbangan AS, karena mereka ingin menguasai seluruh dunia," kata Kaya, seperti dikutip Sputnik,  Rabu (22/8/2018).

Menurut Kaya, AS menaburkan perpecahan dan kehancuran di mana-mana."(Washington) memasuki Suriah, Irak, Tunisia dan Libya, dan wilayah-wilayah ini telah direduksi menjadi reruntuhan," kata warga Turki itu.

"Di Suriah, orang-orang dulu hidup dalam damai dan persatuan, tetapi ketika AS datang, pembantaian dimulai, saudara lelaki berpaling, dan kekacauan meletus."

Abuzer Tuncer yang diwawancarai Sputnik, menyatalam bahwa Presiden AS Donald Trump "sudah gila" ketika dia telah memilih Turki sebagai sasarannya.

"AS melancarkan perang melawan Turki dan seluruh ekonomi dunia. Mereka tidak ingin Turki berkembang dan makmur. Bahkan, mereka adalah musuh utama kami. AS tidak memberi kami senjata yang kami beli dari mereka untuk uang kami sendiri, tetapi pada saat yang sama menyuplai senjata kepada musuh kami, unit pertahanan diri Kurdi. Selain itu, mereka menentang pembelian S-400 (sistem rudal) dari Rusia," ujar Tuncer, mengutip skandal mengenai penundaan pengadaan F-35 oleh Turki.

Menurut Mehmet Erdem, seorang penduduk Adana, ada kebutuhan untuk membentuk front persatuan aktivis, partai politik, dan pergerakan wilayah untuk menutup basis Incirlik. 


Warga Turki, Mehmet Celik dan Neziyet Sermin, ingat bahwa pangkalan itu telah menjadi pijakan utama dari komplotan kudeta militer Turki pada Juli 2016.

Selama percobaan kudeta 15 Juli 2016, sebuah tanker udara yang membawa bahan bakar untuk F-16 yang digunakan oleh komplotan militer turun ke darat di Pangkalan Udara Incirlik. Ini adalah pertama kalinya, ketika pangkalan itu telah menjadi rebutan antara Ankara dan Washington dan memicu protes besar-besaran di kawasan itu.

"Pangkalan Incirlik adalah sarang kejahatan," kata Celik, menekankan bahwa personel militer AS harus meninggalkan pangkalan udara itu.

Dia menekankan bahwa tidak hanya Turki yang menjadi mangsa tarif dan sanksi sanksi Washington, tetapi juga Rusia, China dan Iran. Selain itu, langkah-langkah AS terhadap Turki dan Iran akhirnya menjadi bumerang pada perusahaan-perusahaan Eropa.

Menurut Celik, apa yang dilakukan Washington sama dengan "bandit internasional."

Namun, lanjut dia, pada akhirnya AS akan mengisolasi diri. "AS sedang mencoba, melalui dolar, untuk memaksakan tekanan pada ekonomi negara lain, tetapi pada akhirnya akan kalah dalam perang ini." katanya.

Sermin, warga Turki yang tinggal di Incirlik, percaya bahwa negaranya akan membangun hubungan persahabatan dengan negara-negara tetangga, seperti Rusia, China, Iran dan lain-lain, tetapi tidak akan pernah menjadi negara klien Amerika.

Sementara itu, para politisi di kawasan itu juga menyuarakan protes terhadap kehadiran militer AS di Turki. "Kami tidak ingin militer negara manapun untuk hadir di wilayah Turki," kata Selver Kaplan, ketua cabang regional partai sayap kiri non-parlemen Vatan di Adana.

"Militer AS harus meninggalkan markas Incirlik; 95 persen penduduk Turki menentang kehadiran orang Amerika di Incirlik. Pangkalan militer harus diserahkan kepada militer Turki. Selain itu, Turki harus mundur dari NATO."

Sevil Araci, ketua cabang regional Partai Buruh (EMEP) di Adana, berpendapat bahwa Incirlik dan semua pangkalan Amerika lainnya yang terletak di wilayah ini diarahkan terhadap penduduk setempat.

"Pangkalan Incirlik tidak melindungi Turki, sebaliknya, itu menimbulkan ancaman serius bagi Turki. Jadi, kami meminta pangkalan ini harus ditutup. Kami telah lama berjuang untuk itu," kata Araci.

Pangkalan Udara Incirlik adalah rumah dari Air Base Wing ke-39 Angkatan Udara AS. Pangkalan ini digunakan pasukan AS untuk operasi militer terhadap ISIS di Timur Tengah.

Pangkalan Incirlik dibangun pada awal tahun 1950-an. Pada 1954, Staf Umum Turki dan Angkatan Udara AS menandatangani perjanjian penggunaan bersama untuk pangkalan tersebut.




Credit  sindonews.com



AS Bela Serangan Udara Mematikan Israel di Suriah


AS Bela Serangan Udara Mematikan Israel di Suriah
Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton membela serangan udara mematikan Israel di Suriah dan menyebutnya sebagai membela diri. Foto/Istimewa

YERUSALEM - Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), John Bolton, membela serangan udara mematikan Israel di Suriah. Bolton menggambarkan hal itu sebagai tindakan membela diri.

Pada konferensi pers di Yerusalem sebelum mengakhiri perjalanannya di Israel, Bolton mengatakan serangan Israel terhadap rudal yang disediakan Iran di tetangga utara Israel adalah pembelaan diri yang sah.

"Amerika Serikat berencana untuk melakukan hal-hal lain untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran, di luar sanksi ekonomi yang baru dipaksakan," tambahnya seperti dikutip dari Xinhua, Rabu (22/8/2018).

Sementara itu, pejabat AS itu mengungkapkan akan berdiskusi dengan para pejabat Rusia di Jenewa pada Kamis mengenai kemungkinan upaya bersama untuk memaksa pasukan Iran mundur dari Suriah.

"Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia akan senang melihat pasukan Iran kembali ke Iran," kata Bolton.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah melobi para pemimpin di Amerika Serikat dan Eropa untuk menentang upaya Iran membangun basis militer di Suriah.

Pejabat senior AS hawkish itu tiba di Israel pada hari Minggu, di mana dia bertemu dengan Netanyahu, Menteri Pertahanan Avigdor Lieberman, dan pejabat keamanan lainnya terutama atas masalah terkait Iran. 




Credit  sindonews.com





Palestina kecam Trump karena sarankan cabut Jerusalem dari pembicaraan perdamaian


Palestina kecam Trump karena sarankan cabut Jerusalem dari pembicaraan perdamaian
Seorang pria membentuk siluet saat meniupkan Shofar, tanduk biri-biri, dengan latar belakang Masjidil Aqsa (kanan) yang berlokasi di kota tua Jerusalem yang dikenal dengan Baitul Maqdis, Minggu (10/12/2017). (REUTERS/Ammar Awad )




Ramallah, Palestina (CB - Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) pada Rabu mengecam Presiden AS Donald Trump karena menyarankan pencabutan masalah Jerusalem dari pembicaraan perdamaian Timur Tengah.

Ahmad Tamimi, anggota Komite Eksekutif PLO, mengatakan di dalam siaran pers bahwa pernyataan Presiden Trump mengenai pencabutan masalah Jerusalem dari perundingan Palestina-Israel tak berguna.

"Pernyataan Trump menyampaikan kebijakan AS, yang bias, dan berlanjutnya ilusi AS, yang meliputi pengesahan perdamaian baru `Kesepakatan Abad ini` tanpa Jerusalem sebagai Ibu Kota Negara Palestina," kata Ahmad Tamimi, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu malam.

"Trump takkan bisa menghilangkan masalah Jerusalem dari hati rakyat Palestina, Arab dan umat Muslim," kata pejabat senior PLO itu.

Para pemimpin Palestina telah berulangkali mengumumkan penolakan tegas mereka bagi setiap rencana perdamaian Timur Tengah AS yang mengeluarkan Jerusalem, masalah pengungsi dan permukiman Yahudi.

"Kami telah mengeluarkan masalah Jerusalem dari meja perundingan," kata Trump dalam pidato di Virginia pada Selasa.

"Selama perundingan, Israel akan membayar harga yang jauh lebih besar sebab Israel telah mengambil hadiah yang sangat berharga," kata Trump. Ia merujuk kepada pengakuannya atas Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel pada Desember lalu.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas belum lama mengkonfirmasi bahwa pihak Palestina takkan mengadakan pembicaraan dengan Pemerintah Trump atau menerima baik AS sebagai penengah perdamaian sebelum Washington mundur dari keputusannya mengenai Jerusalem.

Sementara itu, Sabu Abu Zuhri, Juru Bicara HAMAS di Jalur Gaza, menyebut keputusan Trump untuk menghilangkan Jerusalem dari pembicaraan Palestina-Israel sangat berbahaya.

"Mesti ada tanggapan tegas dan keras Palestina seperti mencabut pengakuan buat Israel, membatalkan kemitraan keamanan dan memutuskan semua kontak dan hubungan dengan Pemerintah AS," kata Abu Zuhri di dalam pernyataan yang dikirim melalui surel.



Credit  antaranews.com



AS Bantah akan Akui Dataran Tinggi Golan Wilayah Israel


AS Bantah akan Akui Dataran Tinggi Golan Wilayah Israel
Tentara Israel berlatih di wilayah Dataran Tinggi Golan yang direbut pada 1967 dan diupayakan diakui internasional sebagai bagian wilayah Israel. (Reuters/Baz Ratner)


Jakarta, CB- Penasihat Keamanan Nasional AS mengatakan pemerintah Presiden Donald Trump tidak membicarakan kemungkinan negara itu mengakui klaim Israel atas wilayah Dataran Tinggi Golan.

Israel merebut sebagian besar wilayah Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam perang pada tahun 1967 dan berupaya mendapatkan agar diakui internasional sebagai bagian dari wilayah negara itu.

Pada Mei lalu, seorang pejabat senior Israel mengatakan AS akan mengakuinya dalam beberapa bulan mendatang.



Namun, klaim ini dibantah oleh John Bolton yang merupakan penasehat Keamanan Nasional Amerika Serikat.

"Saya mendengar ide itu diajukan tetapi tidak ada pembicaraan terkait masalah itu, belum ada keputusan dari pemerintah AS," kata Bolton kepada kantor berita Reuters, di Yerusalem, Selasa (21/8).

Palestina berusaha menjadikan wilayah lain di Dataran Tinggi Golan yaitu Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem Timur sebagai bagian dari wilayah negara baru Palestina. Langkah Palestina ini diajukan dalam perundingan pendirian dua negara, Palestina dan Isarel, yang didukung AS namun terhenti sejak 2014.

Pemerintah Trump mencoba menghidupkan kembali jalur diplomasi ini namun ditanggapi dengan dingin oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas sejak AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember lalu.

Washington juga mengisyaratkan kemungkinan mengakomodir pemukiman Yahudi di Tepi Barat dengan menghapus istilah "pendudukan" dalam sebagian dokumen AS terkait wilayah itu.

Sementara sebagian besar negara adidaya di dunia menganggap pemukiman Yahudi tersebut ilegal.

Ketika ditanya apakah pemerintah Trump memandang negara Palestina merupakan masa depan untuk memecahkan konflik di Timur Tengah, Bolton bersikap hati-hati.

"Menurut saya sudah menjadi pandangan AS sejak lama bahwa pada akhirnya Israel dan Palestina harus sepakat soal ini," ujarnya. "Tidak ada pihak yang akan berdamai tanpa itu."

Terkait kemungkinan perundingan damai dengan Abbas bisa dimulai kembali, Bolton mengatakan "itu tergantung pada dia."

AS Bantah akan Akui Dataran Tinggi Golan Wilayah Israel
Palestina ingin agar Jalur Gaza yang berada di dataran tinggi Golan menjadi bagian negara Palestina bersama dengan Tepi Barat dan Yerusalem Timur. (Reuters/Mohammed Salem)
Penasehat Trump ini lebih tegas ketika menyampaikan keputusan Washington memotong bantuan dana bagi Badan Proyek Bantuan PBB (UNWRA) yang menyalurkan bantuan bagi pengungsi Palestina akibat perang 1948 akibat pendirian negara Israel yang juga meliputi keturunan mereka.

"UNWRA adalah mekanisme yang gagal. badan ini melanggar hukum internasional terkait status pengungsi. Program UNWRA adalah satu-satunya dalam sejarah yang dibuat berdasarkan asumsi bahwa status pengungsi bisa diturunkan, dan saya pikir sudah pada tempatnya kami mengurangi pendanaan," kata Bolton.

UNWRA dan Palestina telah memperingatkan bahwa pemotongan dana bisa mempersulit warga di Gaza, satu kantung wilayah yang diblokade oleh Israel dan Mesir agar Hamas terisolasi.

Presiden Abbas yang merupakan pesaing Hamas juga membatasi pendanaan di Jalur Gaza.

Bolton berupaya menyerahkan tanggung jawab atas kesulitan di Gaza kepada Hamas, dan dia mempertanyakan hubungan antara anggaran UNWRA dengan kesejahtaraan warga Palestina.

"Sebagian besar pengeluaran UNWRA adalah untuk mendokumentasikan stasus pengungsi warga Palestina, menurut saya ini satu kesalahan. Menurut saya ini kesalahan dari kaca mata  kemanusiaan...mendokumentasikan status yang tidak secara alami terjadi," ujarnya.

"Menurut saya yang kami inginkan adalah warga Palestina bisa mendapatkan pekerjaan yang produktif," ujar Bolton yang senada dengan himbauan Palestina dan Israel agar ada perbaikan ekonomi di Tepi Barat dan Gaza.

"Tanpa perekonomian yang berfungsi, tidak akan tercipta stabiltias sosial dan politik," tambahnya. 




Credit  cnnindonesia.com





Iran Siap Serang Sekutu AS



Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.
Foto: Reuters/ISNA/Hamid Forootan/Files

Trump sebelumnya bersedia mengadakan diskusi dan negosiasi dengan pemimpin Iran.




CB, LONDON -- Pemuka agama senior Iran Ahmad Khatami mengatakan, Teheran akan menyerang balik Amerika Serikat (AS) jika mereka berani menyerbu Iran. Khatami mengatakan, sekutu-sekutu Paman Sam di Timur Tengah seperti Israel akan ikut menjadi target dari pembalasan tersebut.

"AS menegaskan jika Iran harus mengikuti semua yang diminta. Itu bukanlah sebuah negosiasi tapi kediktatoran dan Iran akan melawan diktator," kata Ahmad Khatami.

Pernyataan itu diungkapkan Ahmad Khatami kepada jamaah saat menghadiri shalat Eid di Tehran. Dia mengatakan, tawaran perundingan langsung yang dilontarkan Presiden AS Donald Trump kepada para pemimpin Iran sangat tidak bisa diterima.

Presiden Donald Trump sebelumnya bersedia mengadakan diskusi dan negosiasi dengan pemimpin Iran tanpa prasyarat apapun. Hal itu diungkapkan presiden ke-45 itu dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih. Trump mengaku siap bertemu siapapun dan kapanpun sesuai dengan keinginan Iran.

Namun, Gedung Putin mengatakan, kalaupun pertemuan diadakan, bukan berarti sanksi ekonomi yang akan diterapkan kepada Teheran akan ditangguhkan atau bahkan diangkat. Pertemuan kemungkinan akan dimanfaatkan AS untuk membicarakan program nuklir Iran dan aktifitas mereka di timur tengah.

"Saya ingin bertemu tapi tidak tahu apakah mereka siap atau tidak. Saya mengakhiri pakta nuklir karena itu merupakan kesepakatan yang konyol dan saya percaya mereka pada akhirnya akan memohon agar dilakukan diskusi," kata Trump.

Meski demikian, pemerintah Iran mengaku skeptis dengan keinginan pertemuan yang diinisiasi AS itu. Teheran berpendapat jika diskusi dengan Iran hanya akan terjadi jika Paman Sam kembali kedalam pakta nuklir 2015.

Teheran menegaskan, diskusi dengan Iran hanya akan terjadi jika AS menghormati hak-hak bangsa sambil mengurangi permusuhan dengan Iran. Pemenuhan hal-hal diatas akan membuka jalan untuk dapat dilakukannya pembicaraan antara Iran dan AS.

"Dia yang percaya jika dialog dapat menjadi metode untuk memecahkan masalah secara beradab harus berkomitmen tentang hal itu," kata Penasehat Politik Presiden Rouhani, Hamid Aboutalebi.





Credit  republika.co.id




Ahli Militer: Jet Tempur Terbaru Iran Sebenarnya F-5 AS yang Usang

Ahli Militer: Jet Tempur Terbaru Iran Sebenarnya F-5 AS yang Usang
Ilustrasi perbandingan jet tempur terbaru Iran, Kowsar, dengan F-5 buatan AS tahun 1970-an. Foto/Twitter @JosepHDempsey

WASHINGTON - Iran telah memperkenalkan pesawat jet tempur terbarunya buatan dalam negeri, Kowsar, pada Selasa lalu. Namun, para ahli militer mengatakan, pesawat tempur yang diklaim canggih oleh Teheran itu sebenarnya adalah Northrop F-5F yang dibuat Amerika Serikat (AS) pada awal tahun 1970-an.

Dalam peluncurannya, Presiden Iran Hassan Rouhani duduk di kokpit jet tempur Kowsar pada 21 Agustus 2018 lalu. Setelah diklaim produk dalam negeri Iran, para ahli militer mempertanyakan kebenaran dari klaim tersebut.

Media Teheran dalam laporannya mengatakan, Kowsar merupakan jet tempur generasi keempat yang telah dirancang dan diproduksi sendiri oleh para ahli militer Iran.


Para ahli militer dan penerbangan internasional meragukan jika Kowsar merupakan teknologi asli Iran. Mereka meyakini, Kowsar adalah jet F-5F buatan AS yang sudah usang. Terlebih, pernah membeli F-5 dari Amerika pada tahun 1974, lima tahun sebelum Revolusi Islam Iran pecah.

Joseph Dempsey, seorang peneliti yang juga analisis militer dan pertahanan di International Institute for Strategic Studies (IISS), mengilustrasikan perbandingan Kowsar dengan F-5 yang dia bagikan di Twitter.

"Kowsar, jet tempur pribumi Iran, prototipe 3-7400 (2018). Northrop F-5F Tiger II, prototipe 00889 (1974)," tulis Dempsey
via akun @JosephHDempsey dalam mengilustrasikan gambar perbandingan tersebut, yang dikutip Kamis (23/8/2018).

Berbicara kepada CNBC melalui telepon hari Rabu, rekan Dempsey untuk kedirgantaraan militer di IISS, Douglas Barrie, setuju bahwa pesawat yang diresmikan oleh Iran tampaknya adalah F-5 dengan dua tempat duduk.

Barrie mengatakan gagasan bahwa pesawat itu adalah ciptaan pribumi harus direspons dengan "cubitan garam besar-besaran". Hanya saja, dia menduga ada unsur kebenaran untuk pembuatan beberapa fitur baru dalam pesawat tempur tersebut.

"Orang-orang Iran mungkin memiliki kapasitas industri untuk setidaknya membuat rakitan untuk pesawat ini. Mereka jelas telah mampu membuat potongan-potongan untuk hal-hal ini," katanya.

Menurut Barrie, insinyur Iran mungkin juga telah meningkatkan sistem kontrol elektronik pesawat, tetapi itu akan sulit terbukti mengingat bahwa spesifikasi asli berasal dari sejak dulu seperti era tahun 1960-an.

John Sneller, kepala penerbangan di konsultan pertahanan Jane IHS Markit, juga mengidentifikasi pesawat itu sebagai F-5F dengan dua tempat duduk. Berbicara kepada CNBC melalui telepon hari Rabu, Sneller mengatakan bahwa pesawat yang diperlihatkan dalam gambar yang dirilis oleh Iran memiliki elemen desain yang jelas dari pesawat buatan AS. 







Credit  sindonews.com





Israel Ledek Jet Tempur Buatan Iran, Disebut Jiplak F-5 AS

Israel Ledek Jet Tempur Buatan Iran, Disebut Jiplak F-5 AS
Presiden Hassan Rouhani duduk di kokpit jet tempur Kowsar Iran, Selasa (21/8/2018). Foto/Kantor Kepresidenan Iran

TEL AVIV - Israel meledek pesawat jet tempur terbaru Iran, Kowsar, yang diklaim Teheran sebagai pesawat tempur canggih generasi keempat produksi dalam negeri. Menurut Tel Aviv, pesawat yang dipamerkan Teheran itu jiplakan pesawat F-5 Amerika Serikat (AS) yang telah usang.

Para analis sebelumnya menilai ada kesamaan antara pesawat Kowsar dan jet tempur F-5, yang dibuat oleh Northrop-Grumman pada 1950-an.

"Rezim Iran memperkenalkan pesawat Kowsar dan mengklaim bahwa itu adalah jet tempur Iran pertama 100 persen buatan lokal," kata  Ofir Gendelman, juru bicara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

"Ini dibanggakan tentang kemampuan ofensifnya. Tapi saya segera memperhatikan bahwa ini adalah pesawat tempur Amerika yang sangat tua (dibuat pada tahun 1950-an). Ini dari kelas jet F-5 yang belum digunakan selama beberapa dekade," lanjut Gendelmen, yang menuliskan komentar dalam bahasa Arab di Twitter via akun @ofirgendelman.

F-5 AS dijual ke Iran pada tahun 1960 dan pertama kali memasuki operasi di Angkatan Udara Iran pada tahun 1965. Di Barat, jet-jet tempuur F-5 sebagian besar digunakan untuk tujuan pelatihan.

Pada tahun 2013, Israel pernah meledek Iran ketika meluncurkan jet tempur domestiknya, Qaher F-313, yang dianggap pesawat palsu. Ledekan itu diperkuat dengan penilaian para ahli Barat yang menduga pesawat itu merupakan pesawat plastik yang terlalu kecil untuk terbang.

Seperti diberitakan sebelumnya, Iran memperkenalkan pesawat Kowsar yang diklaim sebagai jet tempur generasi keempat dalam sebuah pameran pertahanan di Teheran pada hari Selasa. Menurut kantor berita Tasnim, jet tempur Kowsar dilengkapi sistem avionik canggih dan radar multi-fungsi.

Media Teheran itu juga membanggakan Kowsar sebagai pesawat yang 100 persen buatan dalam negeri.

Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengatakan langkah Teheran memperkenalkan jet tempur baru itu sebagai "reaksi alami terhadap krisis ekonomi".

"Orang-orang Iran merasa sangat tertekan oleh sanksi AS yang berlanjut dan sebagai reaksi mereka keluar dengan hal-hal ini, tetapi kami juga tidak boleh mengabaikannya," kata Lieberman kepada wartawan, seperti dikutip Times of Israel, Rabu (22/8/2018). 




Credit  sindonews.com






Iran akan perkuat militernya


Iran akan perkuat militernya
Presiden Iran Hassan Rouhani, (Bozoglu/Pool via Reuters)



London (CB)- Iran menyatakan akan memperkuat militernya sekaligus memamerkan pesawat tempur barunya di tengah hubungan yang terus memanas dengan Amerika Serikat dan seteru regional.

Presiden Iran Hassan Rouhani, Selasa, mengatakan bahwa kekuatan militer adalah faktor yang dapat mencegah Washington menyerang Tehran.

Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump telah menjadi negara yang terkucil dari dunia internasional, katanya, demikian Reuters melaporkan.

"Kami harus siap bertempur dengan kekuatan asing yang ingin menjajah wilayah dan sumber daya alam kami," kata Rouhani dalam pidato yang disiarkan langsung televisi menjelang Hari Industri Pertahanan Nasional yang jatuh pada Rabu.

"Kenapa Amerika Serikat tidak menyerang kami? Jawabnya, karena kekuatan kita sendiri, mereka tahu konsekuensinya," kata Rouhani.

Pada pekan lalu, pemimpin agung Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan bahwa Amerika Serikat lebih memilih untuk menghindari konfrontasi bersenjata dengan Teheran karena kekuatan besar militer Iran.

Khamenei sudah menolak tawaran perundingan langsung dengan Trump untuk kesepakatan nuklir baru.

Hubungan antara Washington dan Teheran semakin memburuk pada Mei lalu saat Trump memutuskan untuk secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional yang bertujuan untuk membatasi program pengembangan nuklir dari Iran.


Trump menyebut perjanjian yang ditandatangani pada 2015 itu sebagai perjanjian cacat karena tidak memasukkan program rudal Iran maupun keterlibatan mereka dalam konflik di Suriah dan Yaman.

Tidak lama setelah menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015, Amerika Serikat kembali menjatuhkan sanksi ekonomi untuk Iran.

Rouhani menyamakan sanksi terhadap Iran itu dengan perang dagang yang tengah berlangsung antara Washington dengan China, Turki, dan sejumlah negara Eropa.

"Bukan hanya kami yang kehilangan kepercayaan dengan Amerika. Hari ini, bahkan Eropa dan China sudah tidak percaya lagi pada mereka, juga dengan sekutu dekat seperti Kanada," kata Rouhani.

Rouhani juga menghadiri peluncuran pesawat tempur baru bernama Kowsar, yang disebut "100 persen buatan lokal" dan mampu menembakkan berbagai macam senjata.

Meski demikian, sejumlah pakar militer menyebut jet baru itu sebagai tiruan dari pesawat tempur F-5 yang pertama kali dibuat di Amerika Serikat pada 1960an.

"Bentuk badan pesawat Kowsar persis dengan F-5. Meski ini dibuat di dalam negeri, bentuknya sama sekali asing," kata Justin Bronk, peneliti bidang teknologi kedirgantaraan di lembaga Royal United Services Institute bagian ilmu militer.

"Kawsar adalah pesawat yang kecil dan ringan dengan mesin kecil dan berkapasitas bahan bakar rendah sehingga membatasi jarak jangkaunya," katanya.

Kekuatan udara Iran selama ini memang terbatas dengan belasan pesawat tempur dari Rusia dan buatan Amerika Serikat yang dibeli sebelum Revolusi 1979 pecah.



Credit  antaranews.com




Iran Perkenalkan Jet Tempur Baru




Iran Perkenalkan Jet Tempur Baru
Iran memperkenalan pesawat tempur buatan dalam negerinya yang diberi nama Kowsar. Foto/Istimewa


TEHERAN - Media pemerintah melaporkan Iran meluncurkan jet tempur baru, Selasa (21/8/2018). Peluncuran pesawat tempur baru ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara Teheran dan rival regional atas koflik di Timur Tengah.

Kantor berita Tasnim, seperti dikutip Reuters, melaporkan jet tempur yang disebut Kowsar itu sepenuhnya buatan dalam negeri. Burung besi ini mampu membawa berbagai senjata, dan akan digunakan untuk misi dukungan udara jarak pendek.

Televisi negara menunjukkan gambar-gambar langsung dari sebuah upacara di Teheran di mana jet tempur terbang itu di hadapan Presiden Hassan Rouhani, sehari sebelum Hari Industri Pertahanan Nasional.

Iran telah mengirim senjata dan ribuan tentara ke Suriah untuk mendukung Presiden Bashar al-Assad dalam perang saudara tujuh tahun di negara itu. Namun, karena kurangnya kekuatan udara yang kuat Iran meminta Rusia untuk menyediakan kekuatan udara.

Angkatan udara Iran telah terbatas pada beberapa lusin pesawat tempur model Rusia atau pesawat tua produksi Amerika Serikat (AS) yang diperoleh sebelum revolusi Iran 1979.

Iran pada 2013 meluncurkan apa yang dikatakannya sebagai jet tempur baru yang di produksi di dalam negeri, yang disebut Qaher 313. Namun beberapa ahli meragukan kelangsungan hidup pesawat tersebut saat itu.

Iran telah mengembangkan industri senjata domestik besar dalam menghadapi sanksi internasional dan embargo yang telah melarangnya mengimpor banyak senjata. 






Credit  sindonews.com




Sanksi Ekonomi AS Dinilai Efektif Tekan Iran



Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Foto: AP

Efek sanksi terhadap ekonomi Iran dinilai lebih besar dari perkiraan AS.



CB, TEL AVIV -- Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Bolton menyebut jika sanksi yang diterapkan terhadap Iran berjalan efektif lebih daripada yang diperkirakan. Sanksi dijatuhkan setelah AS memutuskan untuk keluar dari kesepakatan nuklir Iran yang dicapai pada 2015 lalu.


"Saya katakan dengan jelas, penerapan kembali sanksi, kami pikir, telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian Iran dan terus kepada opini dalam negeri," kata John Bolton saat mengunjungi Israel.

Bolton mengungkapkan, dampak ekonomi yang dihasilkan dari sanksi tersebut memiliki efek yang lebih besar daripada yang bisa diantisipasi AS. Saat ini, kondisi ekonomi Iran diterpa tingkat inflasi dan pengangguran yang tinggi. Nilai mata uang negara juga telah terpeleset lebih dari setengah sejak April kemarin.

Penerapan sanksi diprediksi bakal membuat kondisi yang terjadi di negara tersebut semakin memburuk. Namun, Bolton mengaku masih perlu memperhatikan aktivitas Iran di kawasan yang masih terus terjadi meski berada di bawah tekanan sanksi ekonomi.

AS diketahui menentang segala aktivitas Iran di kawasan. Paman Sam menilai, Iran telah menyebarkan paham kekerasan di kawasan timur tengah seperti di Suriah, Irak, dan Lebanon.

"Apa yang mereka lakukan di Irak, Suriah, Yaman, Lebanon dengan Hizbullah ditambah ancaman mereka di Selat Hormuz," kata Bolton sambil menyebutkan aktivitas Iran di kawasan satu-persatu.

AS telah memberlakukan sanksi ekonomi sejak Agustus ini yang menyasar menyasar sektor perdagangan metal berharga, keuangan, dan perbankan nasional serta industri otomotif. Sanksi tambahan akan diberlakukan pada November nanti yang akan menargetkan perdagangan minyak dan gas Teheran. AS berencana untuk melarang semua ekspor minyak dari Iran.

Sanksi diberlakukan kembali setelah AS menolak untuk memperpanjang kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Sementara negara-negara Eropa berupaya untuk menyelamatkan kesepakatan yang mengeluarkan Teheran dari sanksi ekonomi yang diberlakukan sebelumnya.

Meski demikian, upaya itu tampaknya menemui jalan terjal menyusul sulitnya dampak positif secara ekonomi yang akan didapatkan Iran di tengah sanksi tersebut. Eropa tengah tersendat untuk meyakinkan para pelaku usaha yang berbisnis dengan Iran untuk tidak menghentikan bisnis mereka bersama Teheran.

Bolton mengatakan, Eropa bersama dengan pelaku usaha di benua tersebut seharusnya memahami pilihan antara berbisnis dengan Iran atau AS. Menurutnya, kondisi yang kini tengah menerpa Iran sudah memperlihatkan secara jelas pilihan bagi mereka.

"Jadi lihat saja apa yang akan terjadi pada November nanti. Presiden Trump menegaskan bahwa dia menginginkan tekanan maksimum kepada Iran dan itu yang akan terjadi," kata Bolton.

Dia mengatakan, AS sebenarnya ingin menyelesaikan permasalahan dengan Iran secara damai. Namun, dia mengatakan, di saat yang bersamaan Paman Sam juga harus menyiapkan langkah-langkah untuk setiap kemungkinan yang diciptakan Iran.

Sebelumnya, JCPOA mengeluarkan Iran dari sanksi ekonomi yang diterapkan menyusul aktivitas nuklir mereka. Sebagai gantinya, Iran diwajibkan untuk membatasi aktivitas nuklirnya, meningkatkan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan bom atom jika ia memilih untuk melakukannya. Pemerintah Iran berkali-kali membantah niat untuk memiliki senjata nuklir.








Credit republika.co.id



AS Bantah Ingin Kudeta Pemerintahan Iran



Bendera Iran  (ilustrasi)
Bendera Iran (ilustrasi)
Foto: politico.ie

AS menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Iran.



CB,TEL AVIV -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengaku tidak berupaya untuk melakukan pergantian rezim pemerintahan di Iran. Hal itu disampaikan Penasihan Keamanan Nasional AS John Bolton saat melakukan kunjungan ke Israel.


"Agar menjadi jelas, perubahan rezim di Iran bukan merupakan kebijakan AS. Tapi yang kita inginkan adalah perubahan besar dalam sikap rezim saat ini," kata Bolton di hadapan para pemimpin Israel.

 


Bolton sebelumnya sempat menyarankan pemerintah AS untuk mendorong perubahan dalam pemerintahan di Iran. Namun, dia menegaskan jika hal itu bukan merupakan tujuan utama dari pemerintahan Presiden Donald Trump pada Mei lalu.


 


AS saat ini tengah menjatuhkan sanksi sepihak kepada Iran setelah keluar dari kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Sanksi diterapkan untuk memaksa Iran agar tunduk pada permintaan AS akan revisi dari kesepakatan nuklir tersebut. AS menilai ada sejumlah kecacatan dalam kesepakatan nuklir itu.


 


Penerapan sanksi ekonomi sejak Agustus tersebut menyasar sektor perdagangan metal, keuangan, dan perbankan nasional, serta industri otomotif. Sanksi tambahan akan diberlakukan pada November nanti yang akan menargetkan perdagangan minyak dan gas Teheran. AS berencana untuk melarang semua ekspor minyak dari Iran.


 


AS sebelumnya bersedia mengadakan diskusi dan negosiasi dengan pemimpin Iran tanpa prasyarat apapun. Hal itu diungkapkan presiden ke-45 itu dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih. Trump mengaku siap bertemu siapapun dan kapanpun sesuai dengan keinginan Iran.


 


Namun, Gedung Putin mengatakan, kalaupun pertemuan diadakan, bukan berarti sanksi ekonomi yang akan diterapkan kepada Teheran akan ditangguhkan atau bahkan diangkat. Pertemuan kemungkinan akan dimanfaatkan AS untuk membicarakan program nuklir Iran dan aktifitas mereka di timur tengah.

photo


As sanksi Iran



Credit  republika.co.id







Bahrain berhenti keluarkan visa bagi WN Qatar


Bahrain berhenti keluarkan visa bagi WN Qatar
Bendera Bahrain. (Wikimedia Commons)





Dubai CB - Kementerian Dalam Negeri Bahrain, Selasa, menyatakan pihaknya akan berhenti mengeluarkan visa baru bagi para warga negara Qatar.

Langkah itu merupakan peningkatan tindakan terhadap Qatar di tengah perselisihan diplomatik yang sudah berlangsung lebih dari setahun.

Pernyataan Kementerian Dalam Negeri Bahrain, yang dikutip dari Reuters, menyebutkan bahwa mahasiswa-mahasiswa Qatar yang sedang menempuh pendidikan di Bahrain dan para warga negara Qatar lainnya yang sudah mendapatkan visa tidak akan terkena dampak dari kebijakan baru tersebut.

Kementerian itu juga mengatakan langkah tersebut diambil sebagai tanggapan terhadap "tindakan bermusuhan" yang ditunjukkan pihak berwenang Qatar. Kementerian tidak menjelaskan lebih lanjut soal pernyataannya itu.

Bahrain, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Mesir pada Juni 2017 memutuskan hubungan diplomatik, transportasi dan perdagangan dengan Qatar.

Arab Saudi dan sekutunya itu menuduh Qatar mendanai terorisme. Doha membantah tudingan tersebut dan mengatakan boikot yang dilancarkan negara-negara itu merupakan upaya untuk mengekang dukungannya bagi reformasi.

Pada Oktober 2017, Bahrain mengatakan akan mengharuskan warga negara Qatar untuk memiliki visa sebagai langkah pengamanan jika ingin masuk ke negaranya.

Sementara itu, para warga enam negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) diperbolehkan untuk melakukan perjalanan di negara-negara GCC hanya dengan membawa kartu tanda penduduk.



Credit  antaranews.com





Inggris minta Uni Eropa tambah sanksi bagi Rusia



Inggris minta Uni Eropa tambah sanksi bagi Rusia
Perdana Menteri Inggris Theresa May disambut Perdana Menteri Belanda Mark Rutte sebelum pertemuan di Den Haag, Belanda, Selasa (3/7/2018). (REUTERS/Piroschka van de Wouw)




London (CB - Inggris pada Selasa meminta Uni Eropa menambah sanksi bagi Rusia, dan menegaskan bahwa negara-negara Barat harus satu sikap bersama Amerika Serikat yang pada bulan ini menjatuhkan sanksi ekonomi baru untuk Moskow.

Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah membuat dunia menjadi "tempat yang semakin berbahaya", dan karena itu Uni Eropa harus memperbesar tekanan kepada Kremlin agar patuh pada hukum internasional.

"Hari ini Kerajaan Inggris Britania Raya meminta para sekutu untuk melangkah lebih jauh dengan mendesak Uni Eropa menjatuhkan sanksi yang komprehensif bagi Rusia," kata Hunt dalam pidato di Washington.

"Kita harus satu sikap bersama Amerika Serikat," kata dia.

Pernyataan itu kemudian ditanggapi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov yang mengatakan bahwa Inggris terlalu percaya diri dengan memaksakan politik luar negeri mereka terhadap Uni Eropa, demikian laporan kantor berita RIA.

Sementara itu, Uni Eropa mengaku belum menerima usul sanksi baru dari Inggris.

Inggris, Uni Eropa, dan Amerika Serikat menuding Rusia bertanggung jawab atas serangan gas saraf terhadap seorang mantan mata-mata Moskow di Salisbury pada awal tahun ini. Kremlin membantah tuduhan itu.

Insiden serangan itu membuat Washington menjatuhkan sejumlah sanksi terhadap Moskow dan mengaku akan terus menambah hukuman sampai Rusia "memberi jaminan" tidak akan lagi menggunakan senjata kimia.

Sanksi baru Washington sempat memicu aksi jual di pasar finansial Rusia sehingga membuat biaya pinjam semakin besar.

Inggris sendiri baru akan secara resmi meninggalkan Uni Eropa pada Maret sehingga masih harus mengikuti mekanisme blok tersebut dalam menjatuhkan sanksi. Uni Eropa baru-baru ini sepakat untuk memperpanjang sanksi terhadap Rusia terkait aneksasi Krimea dari Ukraina.

Namun ikap negara-negara anggota Uni Eropa terbelah terkait dengan usul tambahan hukuman ekonomi atas insiden Salisbury.

Beberapa anggota seperti Polandia dan negara-negara Baltik mendukung kebijakan keras bagi Rusia. Namun di sisi seberang, Italia, Yunani, dan Austria lebih memilih langkah yang lebih lunak.

Saat ini Menteri Hunt, yang baru menjabat sebagai menteri luar negeri pada Juli lalu, berada di Washington untuk menemui Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo, sekaligus berpidato di depan Dewan Keamanan PBB pada Kamis




Credit antaranews.com





Takut Dihabisi CIA, Duterte Ingin Buang Ponselnya


Takut Dihabisi CIA, Duterte Ingin Buang Ponselnya
Presiden Filipina Rodrigo Duterte menuding CIA menyadap telepon pintarnya dan akan menghabisinya. Foto/Istimewa
MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte sedang berpikir untuk membuang smartphonenya. Ia mengaku khawatir CIA terus menguping pembicaraannya dan mungkin menggunakan informasi pribadinya untuk kemudian membunuhnya.

“Saya tahu, AS mendengarkan. Saya yakin itu CIA, itu juga yang akan membunuh saya,” kata Duterte di Kota Cebu, seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (22/8/2018).

Duterte merasa Washington berusaha menghabisinya atas kebijakan luar negerinya yang independen dan kesediaannya untuk memperoleh senjata dari pemasok global lainnya.

Untuk mencegah kemungkinan gangguan smartphone oleh kekuatan luar, yang dikatakan Duterte dapat mencakup Rusia, China, Israel, dan mungkin Indonesia, pemimpin berusia 73 tahun itu mempertimbangkan untuk kembali menggunakan ponsel biasa, di mana penyadapan dan intersepsi lebih sulit.

Karena dia bukan pemimpin yang paham teknologi, dia secara anekdot ingat bagaimana dia pernah mengirim pesan rahasia ke semua kontak-nya setelah secara tidak sengaja mengklik fitur "kirim semua".

Duterte telah lama khawatir bahwa CIA mungkin akan melakukan pembalasan di tengah hubungan bilateral yang memburuk dengan Washington. Baru Jumat lalu, Duterte sekali lagi mencatat bahwa CIA menginginkannya mati.

Penolakan Washington untuk menjual senapan serbu ke Manila, karena kekhawatiran tentang catatan hak asasi manusia negara itu di tengah perang yang sedang berlangsung terhadap narkoba, telah memaksa Duterte mencari pemasok baru. Manila, yang telah lama bergantung pada AS untuk senjata, beralih ke China dan Rusia untuk mengisi kekosongan itu.

Moskow dan Manila menandatangani perjanjian kerja sama militer tahun lalu, dengan Rusia sudah memasok lebih dari 5.000 senapan serbu Kalashnikov ke Filipina secara gratis, untuk membantu memerangi pemberontakan Islam. Meskipun ada tekanan dari AS, pemerintah Duterte juga mempertimbangkan pembelian kapal patroli, helikopter, kendaraan lapis baja dan bahkan kapal selam dari Rusia.

Pada hari Selasa, Duterte sekali lagi membela pilihannya untuk mencari pemasok senjata baru, setelah Asisten Menteri Pertahanan AS untuk Keamanan Asia dan Pasifik, Randall Schriver meminta Manila untuk berpikir sangat hati-hati tentang konsekuensi dari memperoleh senjata Rusia.

“Anda tidak hanya membeli kemampuan, Anda berinvestasi dalam suatu hubungan,” kata Schriver awal bulan ini.

Hubungan AS-Filipina, bagaimanapun, tidak pernah didasarkan pada saling menghormati, Duterte menekankan, mencatat kegagalan Washington untuk memperlakukan Manila sebagai mitra yang setara.

"Hubungan? Kapan itu benar-benar hubungan mutualisme dan rasa hormat?" tanya Duterte, menekankan bahwa sementara AS digunakan untuk menyediakan peralatan militer yang diperbaharui China dan Rusia menawarkan pasokan baru, tanpa prasyarat.





Credit  sindonews.com



Tolak Akui Kekejaman Militer, Suu Kyi Bela Kebijakan Atas Rohingya


Tolak Akui Kekejaman Militer, Suu Kyi Bela Kebijakan Atas Rohingya
Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian

SINGAPURA - Pemimpina Myanmar, Aung San Suu Kyi, membela tindakan pemerintahnya di negara bagian Rakhine. Lebih dari 700 ribu Muslim Rohingya melarikan diri dari rumah mereka dan mencari perlindungan di negara tetangga Bangladesh.

Berbicara pada sebuah ceramah di Singapura, Suu Kyi menolak untuk mengakui kekejaman yang dilakukan oleh militer Myanmar. Sebaliknya ia membenarkan kampanye pemerintahnya terhadap komunitas Muslim yang terkepung.

"Kami, yang hidup melalui transisi di Myanmar, melihatnya berbeda dari mereka yang mengamatinya dari luar dan yang akan tetap tak tersentuh oleh hasilnya," katanya, dalam respon yang jelas terhadap kritik tentang bagaimana pemerintahnya menangani penderitaan Rohingya seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (22/8/2018).

PBB telah menggambarkan kampanye militer Myanmar di Rakhine sebagai pembersihan etnis teks book. Jurnalis dan kelompok hak asasi manusia yang melaporkan dari wilayah itu telah mendokumentasikan perkosaan yang meluas, pembunuhan, dan penghancuran rumah oleh pasukan pemerintah.

Meskipun demikian, penerima Hadiah Nobel Perdamaian itu telah menolak untuk mengutuk aksi kekerasan tersebut. Ia bahkan menolak untuk menyebut nama Rohingya untuk merujuk ke kelompok etnis tersebut.

Myanmar percaya bahwa Rohingya adalah orang Bengali yang bermigrasi ke negara itu secara tidak sah selama pemerintahan Inggris di benua itu. Myanmar menolak klaim bahwa Rohingya berasa dari wilayah itu berabad-abad lalu.

Sejak 2012, insiden intoleransi agama dan hasutan terhadap umat Islam telah meningkat di seluruh negeri, dengan Rohingya sering diserang dan digambarkan sebagai ancaman terhadap ras dan agama.

Dalam kesempatan itu, Suu Kyi juga mengatakan sulit untuk mengatakan kapan Rohingya yang dapat kembali. Ia pun menyalahkan Bangladesh atas keterlambatan itu.

"Sangat sulit bagi kami untuk menetapkan jangka waktu itu sendiri secara sepihak, karena kami harus bekerja dengan Bangladesh untuk melakukan itu".

Pemerintah Myanmar telah menandatangani beberapa perjanjian untuk mempersiapkan kembalinya Rohingya. Namun badan-badan PBB menuduh Myanmar terpaksa melakukan itu dan kelompok-kelompok hak asasi manusia mengkhawatirkan keselamatan warga Rohingya saat kembali.

PBB, yang belum diberikan akses ke Rakhine sejak Agustus 2017, khawatir pengungsi yang kembali tidak akan menjadi kebebasan bergerak jika mereka kembali.

Knut Ostby, seorang pejabat PBB dan koordinator kemanusiaan di Myanmar, mengatakan perjanjian repatriasi telah dilanda penundaan berulang dan pihak berwenang belum mengizinkan mereka mengakses ke wilayah tersebut. 






Credit  sindonews.com









Pembicaraan Damai, Afghanistan Minta Bantuan Rusia Tekan Taliban

Pembicaraan Damai, Afghanistan Minta Bantuan Rusia Tekan Taliban
Taliban berencana untuk ambil bagian dalam pembicaraan damai Afghanistan di Moskow pada 4 September mendatang. Foto/Istimewa

KABUL - Afghanistan berharap Rusia dapat menekan gerilyawan Taliban untuk mengadakan pembicaraan damai dengan pemerintah. Hal itu dikatakan pejabat keamanan Afghanistan setelah dia bertemu duta besar Rusia di Kabul.

Taliban, yang berjuang untuk mengusir Amerika Serikat (AS) dan pasukan asing lainnya serta mengalahkan pemerintah Afghanistan yang didukung Barat, berencana untuk ambil bagian dalam pembicaraan damai Afghanistan di Moskow pada 4 September mendatang. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

"Penasihat keamanan nasional Afghanistan, Hanif Atmar, mengatakan kepada duta besar Rusia bahwa Afghanistan menghargai dukungan Rusia untuk proses perdamaian dan menyerukannya untuk menekan pemberontak Taliban agar memulai negosiasi dengan pemerintah Afghanistan," pernyataan kantor Atmar seperti dikutip dari Reuters, Rabu (22/8/2018).

Taliban pekan ini menolak tawaran gencatan senjata tiga bulan pemerintah Afghanistan dan mengatakan mereka akan terus melanjutkan perang mereka, dua komandan pemberontak mengatakan kepada Reuters. Pernyataan itu muncul setelah serangkaian serangan militan di mana ratusan orang telah tewas.


"Duta Besar Rusia Alexander Mantytski, mengatakan negaranya siap membantu Afghanistan membuat proses perdamaian sukses," kata kantor Atmar.

Menurut seorang diplomat senior di Kabul, Moskow dalam beberapa bulan terakhir telah meningkatkan kontak langsung dengan Taliban, yang secara resmi dilarang di Rusia.

Rusia telah mengundang 12 negara, termasuk AS, ke pembicaraan Moskow bulan depan. Namun AS telah menolak undangan tersebut. Kementerian luar negeri Rusia pun menyesalkan keputusan AS.

Hampir 40 tahun telah berlalu sejak Moskow mengirim pasukannya ke Afghanistan, memulai pendudukan berdarah selama satu dasawarsa dan konflik faksional yang masih berlangsung.

Tahun ini, Rusia menolak tuduhan oleh komandan tertinggi NATO di Afghanistan telah memberi dukungan dan bahkan memasok senjata ke Taliban.

Seorang diplomat Barat di Kabul mengatakan, Rusia berusaha meningkatkan pengaruhnya dan meningkatkan citranya di Afghanistan dengan mengundang para pemimpin Taliban untuk berunding.

Taliban belum mengumumkan jika mereka akan menghadiri pembicaraan di Moskow.

Diplomasi antara Taliban dan berbagai negara - termasuk AS, Turki, dan Arab Saudi - telah berlangsung selama bertahun-tahun untuk mengakhiri fase terakhir perang di Afghanistan, yang dimulai dengan invasi AS pada tahun 2001. 





Credit  sindonews.com

Selasa, 21 Agustus 2018

Lawan Ekstremisme, Mesir Ratifikasi UU Kontrol Internet


Lawan Ekstremisme, Mesir Ratifikasi UU Kontrol Internet
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menandatangani Undang-undang soal kontrol pemerintah Mesir atas Internet untuk memberantas ekstremisme. (REUTERS/Carlo Allegri) 




Jakarta, CB -- Presiden Mesir, Abdel Fattah El-Sisi menandatangani undang-undang baru mengenai kontrol pemerintah terhadap Internet, Sabtu (18/8).

Undang-Undang Anti Cyber dan Kejahatan Teknologi Informasi dikatakan bertujuan untuk memerangi ekstremisme dan memungkinkan pihak berwenang untuk memblokir situs web yang dianggap oleh para hakim sebagai ancaman terhadap keamanan nasional.

Dilansir surat kabar Al-Ahram, aturan ini juga melarang penyebaran informasi tentang pergerakan pasukan keamanan dan menerapkan hukuman yang ketat jika meretas sistem informasi pemerintah.


Laporan Al-Ahram menambahkan orang-orang yang dinyatakan bersalah akan dikenakan denda lebih dari US$10.000 dan dua tahun penjara.

Undang-undang ini awalnya disetujui oleh Parlemen Mesir pada Mei lalu.



Sejak mengambil alih pemerintahan pada 2014, pemerintahan yang dipimpin Sisi telah dikritik karena memblokir kebebasan berpendapat di media, dan menghapus konten digital.

Menurut Asosiasi Kebebasan Berpikir Dan Ekspresi yang berbasis di Kairo, sekitar 500 situs web sudah diblokir sejak Mei 2017.

Parlemen Negara juga telah mengeluarkan undang-undang yang memperkuat kemampuan pemerintah untuk menargetkan media sosial agar menindak tegas perbedaan pendapat.

Hal ini termasuk mengkategorikan akun sosial media yang jumlah pengikutnya lebih dari 5.000 sebagai situs web publik dan layak untuk pengawasan.

Najia Bounaim, Direktur Amnesty International Urusan Kampanye di Afrika Utara mengatakan bahwa mereka menerima laporan dari orang-orang di seluruh lapisan masyarakat di Mesir yang telah dianiaya karena postingannya di Facebook, Twitter, karya seni, dan bahkan pribadi.

"Tulisan yang tidak diterbitkan sudah jatuh ke tangan pihak berwenang Mesir," tulis dia dalam sebuah pernyataan pada Juli lalu.

Berdasarkan laporan dari Mada, sebuah organisasi pengawas jurnalisme dan media yang berbasis di Kairo, bahwa peraturan itu juga mewajibkan penyedia layanan internet untuk menyimpan dan memberikan informasi pribadi ke layanan keamanan.

Pada bulan lalu, Human Rights Watch memperingatkan bahwa Mesir semakin membatasi pidato online karena alasan melawan terorisme.

Direktur terorisme dan kontraterorisme di Human Rights Watch, Nadim Houry mengatakan bahwa saat Mesir sedang menghadapi ancaman, pemerintahan Presiden Abdel Fattah Al-Sisi telah mengeksploitasi ancaman itu sebagai penutup untuk mengadili para pengritik.

"Mesir menggabungkan hukum yang buruk dengan pengadilan yang tidak adil dan hasilnya menjadi bencana," kata dia.



Credit  cnnindonesia.com





Iran: Penandatanganan Kesepakatan Nuklir Adalah Sebuah Kesalahan


Iran: Penandatanganan Kesepakatan Nuklir Adalah Sebuah Kesalahan
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif menyatakan, menandatangani kesepakatan nuklir pada tahun 2015 mungkin adalah sebuah kesalahan. Foto/Reuters

TEHERAN - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif menyatakan, menandatangani kesepakatan nuklir pada tahun 2015 mungkin adalah sebuah kesalahan. Kesepakatan itu sekarang menyiksa karena apa yang disebutnya 'kecanduan sanksi' Washington.

Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Zarif mengatakan, AS memiliki "penyakit" yang bernama kecanduan sanksi. Beberapa sanksi ekonomi Amerika, yang dihentikan di bawah perjanjian JCPOA dalam pertukaran untuk Iran membatasi program nuklirnya, kembali berlaku setelah Presiden AS Donald Trump menarik mundur AS dari kesepakatan itu.

Tetapi bahkan sebelum itu, Zarif mengatakan, tangan Washington selalu ingin menampar Teheran dengan sanksi ekonomi.

"Bahkan selama pemerintahan Barack Obama, AS lebih menekankan pada menjaga sanksi yang tidak dicabut daripada menerapkan kewajibannya dengan mencabut sanksi yang ada," kata Zarif dalam wawakcara tersebut, seperti dilansir Russia Today pada Senin (20/8).

Dia kemudian berpikir, bahwa meneken perjanjian itu mungkin merupakan kesalahan di pihak Iran, yang dibuat dengan keyakinan yang sungguh-sungguh bahwa AS telah mengkhawatirkan pengaruh sanksi terhadap Iran.

"Itu mungkin salah satu kesalahan. Tapi masalahnya adalah kami merasa bahwa AS telah belajar bahwa, setidaknya sejauh menyangkut Iran, sanksi memang menghasilkan kesulitan ekonomi, tetapi tidak menghasilkan dampak politik yang mereka inginkan. Saya pikir orang Amerika telah belajar mengenai itu. Sayangnya, saya salah," tukas diplomat senior Iran tersebut. 




Credit  sindonews.com





Amerika Serikat Tangkap Dua Agen Mata-mata Iran


Amerika Serikat Tangkap Dua Agen Mata-mata Iran
Ilustrasi Gedung Putih. (REUTERS/Carlos Barria)



Jakarta, CB -- Amerika Serikat menangkap dua warga Iran yang diduga menjadi agen mata-mata Teheran.

Departemen Kehakiman AS mengungkap bahwa Mohammadi Doostdar dan Majid Ghorbani, dua warga Iran yang tinggal di California ditangkap pada 9 Agustus lalu, namun tuduhannya baru diumumkan Pengadilan Washington, Senin (20/8).

Keduanya diduga bekerja sama memata-matai fasilitas Yahudi di AS dan menyusup ke pembangkang Iran di luar negeri, Mujahedin-e Khalq (MEK) atau Rakyat Mujahidin Irak.



Dilansir kantor berita AFP, Dootsdar, 38, warga Iran, pergi ke Chicago pada Juli 2017. Di sana dia memotret dua pusat komunitas Yahudi dekat Universitas Chicago yakni Hillel Center dan Rohr Chabad House.



Dootsdar tidak menjelaskan mengapa dia memotret kedua pusat komunitas Yahudi tersebut.

Dari Chicago, dia melanjutkan perjalanan ke California dan bertemu dengan Ghorbani, untuk pertama kalinya.

Dua bulan kemudian, Ghorbani 59, terbang ke New York dan mengikuti reli MEK. Dalam kunjungan sehari di New York itu, dia memotret banyak peserta aksi MEK, kelompok pembangkang Iran di AS itu.

Pada Desember lalu, Doostdar kembali ke California untuk mengumpulkan informasi soal MEK. Dalam pembicaraan keduanya yang direkam badan intelijen federal AS, FBI, Ghorbani menyebut bahwa dirinya ingin menyusup ke dalam grup itu. Adapun Doostdar menyatakan dirinya diperintahkan untuk mengumpulkan informasi.

"Saya akan memberikannya kepada orang-orang untuk melakukan riset," kata dia soal foto-foto yang diambil dalam aksi MEK.

Dilansir AFP, dalam dakwaan disebutkan bahwa Doostdar membayar Ghorbani US$2.000 dalam pertemuan mereka.

Pada Maret dan April tahun ini, Ghorbani pergi ke Iran, dimana dia membrifing pejabat pemerintah soal MEK dan menerima sejumlah 'tugas' untuk menyusup ke kelompok pembangkang Iran tersebut.

Pada May, Ghorbani menghadiri Konvensi Kebebasan Hak Asasi Manusia Iran yang didukung MEK di Washington sebagai delegasi California. Dia juga memotret para peserta, termasuk saat mereka berpose di depan Gedung Putih.

Dootsdar dan Ghorbani, keduanya didakwa sebagai agen mata-mata Iran. Keduanya juga dinyatakan bersalah karena melayani Teheran, dimana hal itu melanggar sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat terhadap Iran.



Credit  cnnindonesia.com



3 Negara yang Bersitegang dengan Iran



Presiden baru Iran, Hasan Rouhani melambaikan tangan setelah upacara pengambilan sumpah di gedung parlemen, di Teheran, Iran, Minggu (4/8). Rouhani menyerukan kepada negara Barat untuk menghilangkan sanksi kepada negaranya atas program nuklir yang kontroversial, untuk meringankan beban ekonomi warga Iran. AP/Ebrahim Noroozi
Presiden baru Iran, Hasan Rouhani melambaikan tangan setelah upacara pengambilan sumpah di gedung parlemen, di Teheran, Iran, Minggu (4/8). Rouhani menyerukan kepada negara Barat untuk menghilangkan sanksi kepada negaranya atas program nuklir yang kontroversial, untuk meringankan beban ekonomi warga Iran. AP/Ebrahim Noroozi

CB, Jakarta - Rencana Iran yang akan memamerkan kekuatan militernya di Hari Angkatan Bersenjata Iran pada 22 Agustus 2018, secara tak langsung memperlihatkan pada dunia mengapa Iran menjadi salah satu negara yang disegani di dunia.
Iran adalah negara di Teluk Persia yang paling sering mendapat tekanan dari negara kawasan dan negara Adidaya. Berikut tiga negara yang paling sering menekan Iran.
1. Amerika Serikat.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompoe, pada Jumat 17 Agustus 2018, menunjuk penasehat senior Amerika Serikat, Brian Hook sebagai utusan khusus Washington untuk Iran. Penunjukan itu karena Amerika Serikat bersiap untuk meningkatkan tekanan ekonomi kepada Iran.
Amerika Serikat ingin memaksa Teheran mengakhir program senjata nuklirnya dan menghentikan dukungan negara itu pada kelompok-kelompok garis keras di Timur Tengah. Teheran menangkis tuduhan Amerika Serikat telah mendukung kelompok garis keras.

Fasilitas Nuklir Iran di Isfahan.[haaretz]

2. Arab Saudi
Perang sipil di Yaman yang meletup pada awal 2015 telah menyeret Iran. Dikutip dari express.co.uk pada Minggu, 19 Agustus 2018, perang sipil di Yaman yang masih berkecamuk secara luas dilihat sebagai sebuah perang antara Arab Saudi dan Iran.Teheran dituding telah mendukung kelompok garis keras Houthi dan mensuplai senjata ke kelompok itu. Sedangkan Arab Saudi memimpin koalisi serangan udara ke Yaman. Analis Timur Tengah dari TS Lombard, Marcus Chevenix, mengatakan konflik dengan Arab Saudi dengan Iran telah menjadi konflik berkelanjutan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
3. Israel
Ulama paling disegani di Iran, Ayatollah Ahmad Khatami, pernah mengancam akan meremukkan dua kota di Israel, yakni Tel Aviv dan Haifa jika Negara Bintang Daud itu melakukan tindakan 'bodoh'.
Tindakan yang dimaksud Khatami itu adalah ketika Israel menghancurkan pangkalan militer Iran di Suriah lewat serangan ke Dataran Tinggi Golan. Seruan Khatami itu disambut oleh Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, yang mengatakan Israel tidak akan ada lagi dimuka bumi ini dalam 25 tahun mendatang.
Banyak insiden yang membuat Israel-Iran saling bertolak belakang. Khamenei mengatakan Israel bisa menghadapi kehancuran jika menantang Iran.





Credit  tempo.co



AS Minta Inggris Mempreteli Hulu Ledak Nuklir Korea Utara

Korea Utara telah mengoperasionalkan rudal balistik No Dong. Rudal ini termasuk Medium Range Ballistic Missiles (MRBM) yang mampu mencapai target sejauh 1.200-1.500 km. Seperti rudal balistik Korea Utara lainnya, No Dong dapat membawa hulu ledak konvensional atau nuklir. koreatimesus.com
Korea Utara telah mengoperasionalkan rudal balistik No Dong. Rudal ini termasuk Medium Range Ballistic Missiles (MRBM) yang mampu mencapai target sejauh 1.200-1.500 km. Seperti rudal balistik Korea Utara lainnya, No Dong dapat membawa hulu ledak konvensional atau nuklir. koreatimesus.com

CB, Jakarta - Pemerintah AS telah meminta Inggris untuk mempreteli 50 persen dari total hulu ledak nuklir Korea Utara sebagai rangkaian dari program denuklirisasi.
Menurut laporan media KBS.co.kr, Sabtu, 18 Agustus 2018, Inggris dikenal atas keahliannya mempreteli hulu ledak nuklir.

Pyongyang telah diberitahu Amerika Serikat akan mendapatkan bantuan dari Inggris dalam proses penanggalan hulu ledak nuklirnya.
Sumber diplomatik mengungkapkan, pejabat Kementerian Luar Negeri AS baru-baru ini mengunjungi Korea Selatan untuk membicarakan pemindahan 50 persen hulu ledak nuklir Korea Utara ke Inggris.

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un berbicera dengan ilmuan dan teknisi di bidang penelitian ke dalam senjata nuklir di Pyongyang, 9 maret 2016. Hulu ledak nuklir telah dibakukan untuk rudal balistik. REUTERS/KCNA
Menurut data Stokholm International Peace Research Institute, Korea Utara memiliki sekitar 20 buah hulu ledak nuklir.

Proposal penanggalan hulu ledak nuklir Korea Utara diajukan setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo saat bertemu Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson pada Juni lalu.Namun, pengangkatan setengah dari total hulu ledak nuklir bukan langkah pertama yang dilakukan Korea Utara. Sebelum hulu ledak dialihkan ke Inggris, Korea Utara perlu menyertakan daftar senjata nuklir yang dimiliki kepada AS.

Beberapa analis menduga AS dan Korea Utara telah membuat konsensi saat berlangsung pembicaraan soal pencopotan hulu ledak nuklir  ini.




Credit  tempo.co





Selangkah Lagi, India Beli 5 Sistem Rudal S-400 Rusia Rp94,6 Triliun

Selangkah Lagi, India Beli 5 Sistem Rudal S-400 Rusia Rp94,6 Triliun
Sistem rudal pertahanan S-400 Rusia. India ingin beli 5 unit senjata pertahanan canggih Moskow tersebut. Foto/REUTERS

MOSKOW - Rusia telah setuju untuk menjual lima sistem rudal S-400 ke India dalam sebuah kesepakatan senilai USD,6,5 miliar (Rp94,6 triliun). Rencana akuisisi senjata pertahanan canggih Moskow oleh New Delhi ini telah dibayangi ancaman sanksi dari Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan draft perjanjian, India akan membeli sistem rudal S-400 mutakhir dari Rusia untuk meningkatkan kekuatan militernya. Menurut media pemerintah Rusia, senjata pertahanan ini dapat menghancurkan target udara dari jarak hingga sejauh 248 miles (400km).

India selama ini menginginkan sistem pertahanan tersebut untuk melawan rudal balistik dan pesawat siluman yang dikembangkan oleh China.

Para pemimpin pertahanan di Moskow berharap untuk mengonfirmasi kesepakatan itu pada Oktober, ketika Rusia dan India akan mengadakan pertemuan bilateral.

"Adapun S-400, kami sudah menyiapkan segalanya untuk menandatangani kontrak ini," kata Dmitry Shugaev, pejabat yang mengawasi ekspor senjata Rusia.

"Semua aspek teknis dan komersial utama telah disepakati, dan saya pikir kami hampir membuat ini terjadi. Kami berharap untuk menandatangani kedua kontrak dengan mitra India kami pada akhir tahun ini," ujarnya.

"Jika kami menandatangani perjanjian sampai akhir tahun ini, saya pikir pengiriman ke India akan mungkin pada 2020," kata Shugaev.

Shugaev mengatakan, Moskow telah setuju untuk menurunkan harga setelah mempertimbangkan "kemitraan strategis" antara Moskow dan New Delhi.

"India adalah mitra strategis bagi kami, jadi kami mempertimbangkan keinginan mitra kami, dan membuat konsesi tertentu," imbuh dia.

Kesepakatan itu pertama kali diusulkan selama pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Narendra Modi pada tahun 2016.

Baru-baru ini dilaporkan bahwa Rusia dan India berencana untuk bersama-sama mendesain jet tempur generasi kelima. Namun, kata Shugaev, proposal tersebut ditangguhkan. "Ini dibekukan untuk saat ini," katanya kepada Sputnik, yang dilansir semalam (20/8/2018).

"Tapi kami berharap kami akan kembali ke dialog tentang jet tempur generasi kelima," lanjut dia. 

Komentarnya muncul setelah Menteri Perdagangan India, Suresh Prabhu, memuji hubungan yang telah teruji antara kedua negara.

"India penuh dengan peluang untuk industri penerbangan yang semakin meluas. Baik India dan Rusia dapat bekerja bersama untuk mengubah skenario penerbangan saat ini," katanya di sebuah acara penerbangan di New Delhi.


Credit  sindonews.com





India-Rusia Lanjutkan Kerjasama Kembangkan Jet Tempur Generasi Baru



India-Rusia Lanjutkan Kerjasama Kembangkan Jet Tempur Generasi Baru
Presiden UAC Rusia, Yuri Slyusar menyatakan, Rusia dan India terus melanjutkan kerjasama mereka dalam pengembangan jet tempur generasi kelima. Foto/Istimewa

MOSKOW - Presiden United Aircraft Corporation (UAC) Rusia, Yuri Slyusar menyatakan, Rusia dan India terus melanjutkan kerjasama mereka dalam pengembangan jet tempur generasi kelima. India sempat dikabarkan mundur dari kerjasama itu.

"Kami terus melakukan diskusi dengan India mengenai pengembangan jet tempur generasi kelima. Topiknya tidak tertutup. Telah dikatakan bahwa India menarik diri dari proyek ini. Tidak, mereka tidak mundur," kata Slyusar.

"Saya sangat berharap pembicaraan kami akhirnya akan dimahkotai oleh tahap perancangan dan kami akan mengembangkan pesawat generasi kelima," sambungnya, seperti dilasnir Tass pada Senin (20/8).

Surat kabar Economic Times India sebelumnya mengatakan, bahwa India berencana untuk menarik diri dari proyek bersama dengan Rusia untuk pengembangan jet tempur generasi kelima, dikarenakan Organisasi Riset dan Pengembangan Pertahanan India (DRDO) mengklaim ada setiap kemungkinan untuk mengembangkan teknologi yang sesuai secara independen.

Kesepakatan pada proyek semacam itu dicapai pada tahun 2007. Jet tempur generasi kelima sedang dikembangkan dengan dasar jet tempur Su-57 Rusia, dengan memperhitungkan persyaratan teknis pihak India. Nantinya, jet semacam itu akan dijual ke negara ketiga. 




Credit  sindonews.com





Putin Berharap Bisa Perbaiki Hubungan dengan AS

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump di KTT APEC di Hanoi, Vietnam, (11/11).
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump di KTT APEC di Hanoi, Vietnam, (11/11).
Foto: EPA
AS menjatuhkan sanksi baru kepada Rusia.


CB, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin masih berharap dapat memperbaiki hubungan negaranya dengan Amerika Serikat (AS). Namun ia tak akan kecewa bila AS bersikap sebaliknya.

Hal tersebut diungkapkan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Ia mengatakan, Putin masih ingin menarik hubungan bilateral Rusia dan AS keluar dari krisis. "Dia (Putin) masih memiliki keinginan itu, tapi pada saat yang sama tidak ada yang berencana untuk bersedih jika pendekatan kami tidak dibalas oleh Washington," kata Peskov pada Senin (20/8).

Namun menurutnya hingga kini AS tampaknya belum menunjukkan minat seperti Rusia. "Mari kita tunggu dan lihat apa yang akan terjadi," ujarnya.

AS telah mengumumkan sanksi ekonomi baru bagi Rusia. Sanksi yang akan diberlakukan pada 22 Agustus itu menargetkan semua perusahaan negara dan perusahaan yang didanai Rusia.

Kongres AS juga telah menerbitkan rancangan undang-undang (RUU) bipartisan yang mengatur tentang pembatasan investasi dalam utang luar negeri Rusia. RUU itu melarang bank-bank yang dikelola Pemerintah Rusia untuk beroperasi di AS.

Adapun alasan AS menjatuhkan sanksi ekonomi terbaru berkaitan dengan dugaan keterlibatan Rusia dalam aksi penyerangan agen ganda Sergei Skripal di Salisbury, Inggris, pada Maret lalu. Ia diserang dengan menggunakan agen saraf novichok.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan, sanksi terbaru kemungkinan akan diikuti langkah-langkah yang lebih luas, seperti menangguhkan hubungan diplomatik dan mencabut hak mendarat Aeroflot, yakni maskapai penerbangan nasional Rusia. Peskov telah menyatakan bahwa sanksi ekonomi terbaru yang dijatuhkan terhadap negaranya ilegal dan tak dapat diterima. Menurutnya, sanksi itu akan membuat Putin menghentikan pendekatan konstruktif terhadap AS. 





Credit  republika.co.id



PM Australia Lolos dari Pemberontakan Partai Liberal

PM Australia Lolos dari Pemberontakan Partai Liberal
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mempertahankan posisinya sebagai Ketua Partai Liberal. (AAP/Paul Miller//via REUTERS)



Jakarta, CB -- Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull berhasil mempertahankan dukungan untuk tetap memimpin partainya, di tengah ketidakpuasan atas kebijakannya, Selasa (21/8). Dalam pemilihan Ketua Partai Liberal, Turnbull unggul dari penantangnya, Menteri Dalam Negeri Peter Dutton.

Turnbull memperoleh 48 suara dukungan, dibandingkan 35 suara bagi Dutton dalam pemungutan suara, Selasa.

Peter Dutton, sebelumnya Menteri Dalam Negeri Australia, menyatakan mundur dari kabinet. Dilansir Sky News, Dutton dikabarkan menolak tawaran Turnbull untuk tetap menjadi Mendagri.



Turnbull menerima tantangan Petter Dutton untuk memperebutkan jabatan Ketua, setelah Partai Liberal berulang kali kalah dalam jajak pendapat dari oposisi Partai Liberal.



Perpecahan di Partai Liberal Australia memuncak pada Senin, (20/8). Turnbull terpaksa menangguhkan rencana menetapkan undang-undang target emisi karbon di tengah pemberontakan dari dalam partainya sendiri di Parlemen.

Turnbull mengosongkan jabatan ketua Partai Liberal, Selasa (21/8) pagi sebelum pemungutan suara yang mengukuhkan dukungan terhadap dia.

"Hasil pemungutan suara, Malcolm Turnbull terpilih sebagai pemimpin Partai Liberal dengan selisih suara 48-35 dari Peter Dutton," kata Nola Marino, salah satu penggerak Partai Liberal kepada wartawan seperti dilansir kantor berita AFP.

"Dalam pemilihan wakil ketua partai, Julie Bishop (Menteri Luar Negeri) menjadi Deputi Ketua Partai Liberal."

Perpecahan dalam partai berkuasa sehingga menantang posisi dalam negeri pernah terjadi sebelumnya di Australia. Pada 2010, Perdana Menteri dari Partai Buruh Kevin Rudd digulingkan wakilnya Julia Gillard. Rudd membalasnya dengan kembali ke tampuk kekuasaan pada 2013, sebelum kalah dalam pemilihan atas koalisi Partai Liberal/Nasional, Tony Abbott.

Abbott kemudian digulingkan dalam kudeta partai oleh Turnbull pada 2015. Abbott diduga menjadi dalang upaya penggulingan Turnbull dengan mengusung Dutton.



Credit  cnnindonesia.com





RI Desak Filipina Percepat Ratifikasi Perjanjian Batas ZEE


RI Desak Filipina Percepat Ratifikasi Perjanjian Batas ZEE
Desakan itu disampaikan Retno saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Filipina, Alan Peter Cayetano di kantor Kementerian Luar Negeri Indonesia di Jakarta. Foto/Victor Maulana/Sindonews

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi mendesak Filipina untuk mempercepat retifikasi delimitasi Zona Ekonomi Esklusif (ZEE). Desakan itu disampaikan Retno saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Filipina, Alan Peter Cayetano.

Ditemui pasca berdialog dengan Alan di kantor Kementerian Luar Negeri Indonesia di bilangan Pejambon, Jakarta Pusat, Retno menyatakan perjanjian delimitasi ZEE dengan Filipina sudah selesai sejak dua tahun lalu dan Indonesia sudah meratifikasinya. Namun, dari sisi Filipina belum meratifikasi perjanjian itu hingga saat ini.

"Kita bicara mengenai delimitasi ZEE. Negosiasi ini sudah kita selesaikan pada 2014, pada 2016 kita sudah lakukan proses ratifikasi, tapi dari pihak Filipina proses ratifikasi belum selesai," ungkap Retno pada Senin (20/8).

"Karena itu saya menyampaikan kepada beliau apakah memungkinkan agar proses ratifikasi disegerakan sehingga pada saat pertemuan Sidang Majelis Umum PBB misalnya September di New York, di sela-sela pertemuan di New York atau nanti pada saat KTT ASEAN pada November di Singapura maka pertukaran dokumen ratifikasi bisa dilakukan antara Indonesia dan Filipina, sebagaimana yang telah kita lakukan dengan Singapura," sambungnya.

Retno kemudian menuturkan, dalam pertemuan tersebut Alan menyatakan akan mempercepat proses ratifikasi ini dan mudah-mudahan September atau November exchange of ratification instrument dapat dilakukan.

Diplomat senior Indonesia menambahkan, dalam pertemuan tersebut Alan menyampaikan pujian atas prosesi pembukaan Asian Games 2018 yang berlangsung akhir pekan lalu, yang dalam pandangan ya berlangsung sangat megah. 



Credit  sindonews.com


Duterte Disebut Koma, Malacanang: Dia Baik-baik Saja


Duterte Disebut Koma, Malacanang: Dia Baik-baik Saja
Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Foto/REUTERS/Kepresidenan Filipina/Simeon Celi Jr

MANILA - Pendiri sekaligus pemimpin Partai Komunis Filipina, Jose Maria Sison, menyebut Presiden Rodrigo Duterte sedang sakit dan dalam keadaan koma. Pihak Malacanang (Istana Kepresidenan) membatah klaim tersebut.

Juru bicara Kepresidenan Filipina, Harry Roque, pada hari Senin (20/8/2018) menekankan bahwa Duterte sehat.

"Bertentangan dengan apa yang dikatakan Joma Sison, presiden baik-baik saja, di Davao berpartisipasi dalam Kadayawan (festival)," kata Roque. Menurutnya, presiden akan muncul di depan publik pada hari Selasa besok.

Roque mengatakan, pemimpin Partai Komunis Filipina itu mustahil tahu tentang kondisi kesehatan Duterte, karena Sison berada di Belanda.

"Berhenti berharap dia sakit," kata Roque, menambahkan bahwa rumor yang diembuskan Sison justru memberikan kekuatan kepada presiden.

Juru bicara Kepresidenan Filipina ini mengatakan, tangan presiden Duterte hanya goyah sebagai tanda kemarahan ketika menghadapi korupsi.

Ditanya apakah Malacanang perlu merilis data medis dari Presiden Duterte, Roque menjawab bahwa penampilan publik sang presiden cukup untuk mengatasi desas-desus bahwa kesehatannya bermasalah.

"Dokumen apa lagi yang Anda inginkan?," kata Roque. "Saya tidak melihat alasan mengapa orang-orang...saya bahkan tidak mengerti mengapa Joma Sison mengatakan bahwa dia dalam keadaan koma."

Menurutnya, Presiden Duterte telah mengatakan kepada publik bahwa dia diberi catatan kesehatan yang bersih. "Jadi, itu benar-benar mengumumkan hasil tes medisnya," kata Roque, seperti dikutip Phil Star.

Pada Bab 12 dari Pasal VII Konstitusi 1987 menyatakan,"Kasus penyakit serius presiden, masyarakat wajib diberitahu tentang keadaan kesehatannya."






Credit  sindonews.com