Amelia Earhart (AFP PHOTO / FILES)
Jakarta, CB -- Misteri hilangnya pilot wanita pertama
dalam perjalanannya keliling dunia 'terungkap'. Penelitian terbaru
menyebut tulang-tulang yang ditemukan pada 1940 di kepulauan terpencil
di Pasifik adalah milik Amelia Earhart, pilot wanita yang hilang bersama pesawat dan navigatornya pada 1937.
Earhart
tengah dalam perjalanan mengelilingi dunia saat pesawatnya hilang di
atas laut Pasifik. Dia mencuri perhatian dunia sebagai wanita pertama
yang terbang melintasi Atlantik pada tahun 1932.
Richard Jantz,
seorang peneliti afiliasi Universitas Tennessee, memeriksa kembali data
tulang-tulang yang ditemukan tiga tahun setelah Earhart menghilang.
Dalam tulisan di jurnal Forensic Anthropology, Jantz menyatakan
tulang-tulang yang ditemukan di Nikumaroro, Pulau Phoenix sesuai dengan
profil Earhart.
Adapun tiga teori utama tentang hilangnya pesawat Earhart selama bertahun-tahun terus ditentang serta belum dapat dibuktikan.
Teori
pertama dan paling sederhana adalah dugaan bahwa Earhart dan navigator
pesawat Lockheed Electra 10E-nya, Fred Noonan, kehabisan bahan bakar dan
jatuh ke Samudra Pasifik. Perkiraan lokasi jatuhnya adalah di sekitar
pulau Howland, tempat mereka seharusnya mendarat.
Teori lain menyatakan Earhart (dan mungkin Noonan) selamat dari
jatuhnya pewasat mereka namun tertangkap pasukan Jepang yang pada saat
itu sedang memperluas wilayah menjelang Perang Dunia II.
Satu
teori lain berpendapat bahwa Lockheed Electra 10E jatuh di dekat pulau
Nikumaroro, sekitar 400 mil selatan Howland akibat kesalahan navigasi.
Nikumaroro yang dulunya bernama pulau Gardner, adalah kumpulan karang
kecil yang sekarang dikenal sebagai Kiribati.
Teori terakhir ini
didukung Jantz, seorang profesor emeritus antropologi dan direktur
emeritus dari Pusat Antropologi Forensik Universitas Tennessee.
Dia
mempelajari data sisa kerangka yang ditemukan pada tahun 1940 dalam
ekspedisi Inggris ke Nikumaroro. Ditemukan tengkorak manusia, humeri dan
radii (keduanya tulang lengan), tabia dan fibula dari kaki bawah dan
dua femur (tulang paha). Semua tulang tersebut lalu dikirim ke Fiji
untuk diperiksa dan diukur oleh Dr. D.W. Hoodless.
Hoodless,
kepala Sekolah Kedokteran Pusat di Fiji, menyimpulkan bahwa
tulang-tulang tersebut adalah milik seorang pria Eropa gemuk. Sejak itu,
tulang-tulang tersebut hilang dan tidak dapat ditemukan lagi.
Bersama Internatioanl Group for Histric Aircraft Recovery, Jantz menguji
ulang pengukuran tulang yang dilakukan Hoodless 80 tahun lalu.
Menggunakan sebuah program bernama Fordisc, dapat diperkirakan jenis
kelamin, asal, dan perawakan pemilik tulang saat masih hidup. Fordisc
digunakan oleh hampir semua antropolog forensik bersertifikat di AS dan
seluruh dunia.
Analisis membuktikan Hoodless salah menentukan
jenis kelamin pemilik tulang tersebut. "Antropologi forensik tidak
dikembangkan dengan baik pada awal abad ke-20," kata Jantz dalam
penelitian tersebut. "Ada banyak contoh penelitian yang keliru oleh
antropolog pada periode tersebut."
Jantz juga membandingkan
ukuran tulang dan catatan badan Earhart, foto, serta beberapa baju yang
disimpan oleh Koleksi George Palmer Putnam dari Amelia Earhart Papers di
Universitas Purde.
Setelah melalui banyak uji coba, Jantz
menyimpulkan bahwa "satu-satunya dokumen orang yang mungkin merupakan
pemilik [tulang-tulang di Nikumaroro] adalah Amelia Earhart."
Dorothy
Cochrane, kurator Departemen Aeronautika di Smithsonian National Air
and Space Museum mengatakan, "Saya tidak menyalahkan keingintahuan
orang. Ini adalah salah satu misteri terbesar abad ke-20 karena dia
sangat terkenal"
Credit
cnnindonesia.com