Presiden Hassan Rouhani menyerukan agar
warganya mementingkan persatuan saat demo di Iran, Senin (1/1).
Sedikitnya 13 orang tewas termasuk seorang polisi. (AFP PHOTO / STR)
"Bangsa kita yang besar telah menyaksikan sejumlah insiden serupa di masa lalu dan telah berhasil mengatasinya. Ini bukan apa-apa," kata Rohani dalam pertemuan dengan anggota Parlemen Iran, Senin (1/1) seperti dilaporkan CNN.
Rouhani menyerukan agar warganya tenang. Aparat terus berusaha meredam demo di Iran.
Aksi demo kian memanas saat seorang pria menembaki polisi dengan senapan berburu di Najafabad, Provinsi Isfahan, Senin (1/1). Media pemerintah menyebut satu polisi tewas dan tiga luka-luka.
Demonstrasi telah berlangsung lima hari berturut-turut, Senin (1/1). Menurut kantor berita Reuters, jumlah korban tewas mencapai 13 orang.
Down with Republic of Mullah— Mehdi Mirghaderi (@mobarez_nastooh) December 31, 2017
TEHRAN NOW#IranProtest pic.twitter.com/7SOC9s2BX2
Tayangan video yang beredar di media sosial memperlihatkan bentrokan di Kota Qahderijan antara demonstran dengan polisi. Pemrotes tampak berusaha menduduki kantor polisi dan membakarnya.
Di sebelah barat, Kota Kermanshah, pemrotes membakar pos polisi lalu lintas. Kantor berita Mehr menyatakan tidak ada korban dalam insiden tersebut.
Menurut pejabat, ratusan orang telah ditangkap. Tayangan video yang beredar viral memperlihatkan polisi Teheran menembakkan kanon air untuk membubarkan demonstran.
Aksi unjuk rasa berawal di Kota Mashhad, Kamis (28/12) akibat tekanan ekonomi dan dugaan korupsi. Aksi tersebut meninggal di seluruh negeri dan berujung pada tuntutan agar pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei mundur.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump lewat akun Twitter-nya menyerukan perubahan dalam sistem pemerintahan di Iran, yang disebutnya sarat dengan represi dan korupsi.
Tak hanya Trump, Wakil Presiden Mike Pence juga turut mendukung aksi protes. "Perlawanan rakyat Iran hari ini memberi harapan bagi semua yang berjuang bagi kebebasan dan melawan tirani. Kita tidak akan mengecewakan mereka," cuit Pence lewat akun Twitternya.
Komentar dua pemimpin Amerika Serikat itu membuat Rouhani geram. Di hadapan Parlemen, Rouhani menyatakan Trump terus menerus menyebabkan masalah bagi warga Iran. Termasuk soal visa dan keuangan.
Rouhan juga menyatakan rakyat boleh demo di Iran. Tapi menegaskan bahwa persatuan adalah hal yang terpenting bagi negara itu saat ini.
Credit cnnindonesia.com
Sudah hari kelima Iran diguncang unjuk rasa, belasan tewas
Dubai (CB) - Unjuk rasa di Iran memasuki hari kelima di
mana para demonstran menyerang pos-pos polisi Senin tengah malam tadi,
lapor kantor berita dan media massa Iran.
Pasukan keamanan mati-matian membendung tantangan terberani terhadap kepemimpinan mullah sejak gejolak 2009.
Video-video di media sosial memperlihatkan bentrok di pusat kota Qahderijan antara pasukan keamanan dengan pengunjuk rasa yang berusaha menduduki sebuah pos polisi yang memicu kebakaran.
Di kota Kermanshah, pengunjuk rasa membakar sebuah pos polisi tapi tidak ada korban yang terluka akibat insiden ini, lapor kantor berita Mehr.
Memasuki hari kelima unjuk rasa, sekitar 13 orang tewas dalam gelombang unjuk rasa terburuk sejak protes jalanan 2009 yang mengecam keterpilihan kembali Mahmoud Ahmadinejad sebagai presiden Iran.
Pengunjuk rasa menggugat kepemimpinan ulama di negeri itu. Presiden Hassan Rouhani menyatakan rakyat Irak berhak menyuarakan aspirasinya namun tidak boleh rusuh.
"Presiden tidak akan menoleransi mereka yang merusak properti publik, melanggar aturan dan menciptakan kerusuhan dalam masyarakat," kata Rouhani seperti dikutip Reuters.
Pasukan keamanan mati-matian membendung tantangan terberani terhadap kepemimpinan mullah sejak gejolak 2009.
Video-video di media sosial memperlihatkan bentrok di pusat kota Qahderijan antara pasukan keamanan dengan pengunjuk rasa yang berusaha menduduki sebuah pos polisi yang memicu kebakaran.
Di kota Kermanshah, pengunjuk rasa membakar sebuah pos polisi tapi tidak ada korban yang terluka akibat insiden ini, lapor kantor berita Mehr.
Memasuki hari kelima unjuk rasa, sekitar 13 orang tewas dalam gelombang unjuk rasa terburuk sejak protes jalanan 2009 yang mengecam keterpilihan kembali Mahmoud Ahmadinejad sebagai presiden Iran.
Pengunjuk rasa menggugat kepemimpinan ulama di negeri itu. Presiden Hassan Rouhani menyatakan rakyat Irak berhak menyuarakan aspirasinya namun tidak boleh rusuh.
"Presiden tidak akan menoleransi mereka yang merusak properti publik, melanggar aturan dan menciptakan kerusuhan dalam masyarakat," kata Rouhani seperti dikutip Reuters.
Credit antaranews.com
Seorang Polisi Iran Dilaporkan Tewas Ditembak Demonstran
Gelombang demo di Iran menewaskan seorang polisi dan belasan demonstran. (AFP PHOTO / STR)
"Seorang demonstran di kota Najaf Abad melepaskan tembakan ke pasukan polisi dengan senapan. Akibatnya, tiga orang terluka, dan satu orang menjadi martir," kata juru bicara kepolisian Saeed Montazer al-Mahdi kepada stasiun televisi pemerintah Iran, seperti dikutip dari Reuters.
Saeed tidak merinci kejadian penembakan tersebut.
Sementara itu, mengutip AFP, pada Senin (1/1), jumlah pengunjuk rasa yang meninggal sejak aksi unjuk rasa pekan lalu, mencapai 10 orang.
Menurut laporan televisi pemerintah, enam orang demonstran terbunuh di kota barat Tuyserkan, dua orang di kota barat daya Izeh, dan dua orang lainnya, termasuk seorang remaja laki-laki, tewas di kota Dorud di barat kota.
|
Gelombang protes di Iran semakin besar selama dua hari terakhir, terutama setelah terjadi kerusuhan pada aksi demonstrasi terjadi di kota Mashhad, kota terbesar kedua Iran.
Unjuk rasa ini dimulai dari kota Masyhad di wilayah utara, Kamis (28/12), menolak kenaikan harga barang bahan pokok, dan demo ini menyebar ke kota-kota besar lainnya. Aksi protes bahkan berlangung hingga malam hari.
Rouhani telah meminta agar para demonstran tetap tenang. Kata Rouhani warga Iran berhak mengkritik pihak berwenang, tapi ia mengingatkan, para pelaku kerusuhan akan ditindak tegas.
Aparat keamanan Iran telah menangkap ratusan orang yang terlibat dalam kerusuhan.
Intelijen Iran menyatakan, aksi massa digerakan oleh "perusuh dan penghasut", dan mereka mengklaim telah mengidentifikasi orang-orang yang diduga menghasut tersebut. Intelijen juga telah menyebarkan foto tiga orang yang diduga berperan dalam kerusuhan tersebut.
Seorang warga Iran mengatakan, aksi itu merupakan bentuk solidaritas. Aksi itu dipicu karena sulitnya perekonomian.
"Hidup benar-benar sulit, harga tinggi benar-benar membuat saya tertekan, suami saya adalah pegawai pemerintah tapi gajinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kita," kata Farzaneh Mirzaie (42).
Rouhani yang mulai berkuasa pada tahun 2013 berjanji untuk memperbaiki ekonomi dan mengurangi ketegangan sosial, namun biaya hidup yang tinggi dan tingkat pengangguran 12 persen telah membuat banyak orang merasa bahwa kemajuannya terlalu lambat.
"Kami tidak memiliki masalah lebih besar dari pada pengangguran, ekonomi kita butuh sebuah operasi Kita semua harus berdiri bersama," kata Rouhani.
Credit cnnindonesia.com
Protes Anti Rezim Iran Meluas ke Eropa
PARIS
- Aksi demonstrasi anti pemerintah Iran tidak hanya terjadi di dalam
negeri. Aksi serupa juga telah meluas hingga Eropa, ke Prancis dan
Jerman tepatnya.
Para penentang rezim Iran mengadakan demonstrasi kecil di hari di Prancis dan Jerman dalam sebuah demonstrasi solidaritas dengan aksi protes yang sedang berlangsung di tanah air mereka.
"Sekitar 40 orang berdemonstrasi di dekat kedutaan Iran di Paris untuk menyerukan diakhirinya "campur tangan" Teheran di Suriah dan Lebanon," kata Afchine Alavi, dari Dewan Nasional Perlawanan Iran (CNRI), sembari menambahkan bahwa ada tuntutan serupa di Iran seperti dikutip dari Asharq Al-Awsat, Minggu (31/12/2017).
Sementara itu di Berlin, sekitar 100 anti rezim Teheran berkumpul di dekat kedutaan Iran untuk menuntut pembebasan segera orang-orang yang ditangkap selama tiga hari demonstrasi.
Sekitar 50 orang berkumpul di tempat yang sama pada hari Jumat.
Demonstrasi anti pemerintah dimulai di kota Masyhad di Iran pada hari Kamis sebagai serangan terhadap biaya hidup yang tinggi. Namun aksi ini belakangan dengan cepat berbalik menjadi aksi melawan rezim Islam secara keseluruhan.
Alavi mengatakan bahwa demonstrasi tersebut berhubungan dengan basis masyarakat Iran yang semakin luas.
"Bukan hanya dari kelas menengah tetapi juga sejumlah besar orang yang merupakan pengangguran dan kelaparan yang telah menderita secara ekonomi akibat konsekuensi korupsi," tuturnya.
Demonstrasi di Iran adalah yang pertama sejak Teheran memadamkan gerakan protes yang jauh lebih luas di tahun 2009. Pemerintah Iran juga telah memberikan peringatkan terhadap "pertemuan ilegal".
Video yang dibagikan oleh pengguna media sosial di luar Iran namun tidak dapat diverifikasi secara independen mengklaim untuk menunjukkan ribuan orang berbaris damai menentang rezim tersebut di beberapa kota termasuk Khorramabad, Zanjan dan Ahvaz, dengan nyanyian "Kematian untuk diktator".
Pada hari Sabtu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyuarakan dukungannya untuk demonstrasi tersebut, mengeposkan di Twitter dua klip pidatonya di Majelis Umum PBB pada bulan September di mana dia membidik rezim Iran.
"Rezim yang menindas tidak dapat bertahan selamanya, dan hari akan tiba ketika orang-orang Iran akan menghadapi pilihan," cuitnya dia, mengutip dari pidato tersebut.
Pos-pos Trump muncul saat beberapa ratus demonstran anti-pemerintah bentrok dengan polisi di Universitas Teheran dalam demonstrasi hari ketiga berturut-turut.
Para penentang rezim Iran mengadakan demonstrasi kecil di hari di Prancis dan Jerman dalam sebuah demonstrasi solidaritas dengan aksi protes yang sedang berlangsung di tanah air mereka.
"Sekitar 40 orang berdemonstrasi di dekat kedutaan Iran di Paris untuk menyerukan diakhirinya "campur tangan" Teheran di Suriah dan Lebanon," kata Afchine Alavi, dari Dewan Nasional Perlawanan Iran (CNRI), sembari menambahkan bahwa ada tuntutan serupa di Iran seperti dikutip dari Asharq Al-Awsat, Minggu (31/12/2017).
Sementara itu di Berlin, sekitar 100 anti rezim Teheran berkumpul di dekat kedutaan Iran untuk menuntut pembebasan segera orang-orang yang ditangkap selama tiga hari demonstrasi.
Sekitar 50 orang berkumpul di tempat yang sama pada hari Jumat.
Demonstrasi anti pemerintah dimulai di kota Masyhad di Iran pada hari Kamis sebagai serangan terhadap biaya hidup yang tinggi. Namun aksi ini belakangan dengan cepat berbalik menjadi aksi melawan rezim Islam secara keseluruhan.
Alavi mengatakan bahwa demonstrasi tersebut berhubungan dengan basis masyarakat Iran yang semakin luas.
"Bukan hanya dari kelas menengah tetapi juga sejumlah besar orang yang merupakan pengangguran dan kelaparan yang telah menderita secara ekonomi akibat konsekuensi korupsi," tuturnya.
Demonstrasi di Iran adalah yang pertama sejak Teheran memadamkan gerakan protes yang jauh lebih luas di tahun 2009. Pemerintah Iran juga telah memberikan peringatkan terhadap "pertemuan ilegal".
Video yang dibagikan oleh pengguna media sosial di luar Iran namun tidak dapat diverifikasi secara independen mengklaim untuk menunjukkan ribuan orang berbaris damai menentang rezim tersebut di beberapa kota termasuk Khorramabad, Zanjan dan Ahvaz, dengan nyanyian "Kematian untuk diktator".
Pada hari Sabtu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyuarakan dukungannya untuk demonstrasi tersebut, mengeposkan di Twitter dua klip pidatonya di Majelis Umum PBB pada bulan September di mana dia membidik rezim Iran.
"Rezim yang menindas tidak dapat bertahan selamanya, dan hari akan tiba ketika orang-orang Iran akan menghadapi pilihan," cuitnya dia, mengutip dari pidato tersebut.
Pos-pos Trump muncul saat beberapa ratus demonstran anti-pemerintah bentrok dengan polisi di Universitas Teheran dalam demonstrasi hari ketiga berturut-turut.
Credit sindonews.com