Tampilkan postingan dengan label TURKI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TURKI. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 April 2019

Pakar: Turki Bisa Beralih Beli Su-35 Rusia jika AS Tak Kirim F-35



Pakar: Turki Bisa Beralih Beli Su-35 Rusia jika AS Tak Kirim F-35
Pesawat jet tempur F-35 Amerika Serikat (kiri) dan pesawat jet tempur Su-35 Rusia. Foto/REUTERS/Amir Cohen/ Wikipedia/Rulexip


MOSKOW - Washington berisiko kehilangan pasar senjata di Turki sama sekali jika terus menunda pengiriman jet tempur siluman F-35 yang disepakati dengan Ankara. Negara yang dipimpin Presiden Tayyip Erdogan itu bisa melirik jet tempur Su-35 Rusia sebagai pengganti.

Peringatan itu disampaikan analis militer untuk kantor berita TASS, Viktor Litovkin, kepada Russia Today. "Jika AS gagal mengirimkan jet (F-35) ke Turki, Ankara tentu dapat membeli Su-35 dari Rusia sebagai gantinya," katanya, Jumat (29/3/2019) malam.

Menurut pakar tersebut, kedua jet tempur memiliki karakteristik yang sebanding. Moskow, kata dia, tidak akan mengambil risiko dengan membocorkan teknologi militer yang sensitif di luar negeri, karena perangkat lunak jet Su-35 sulit untuk dipecahkan. 

Menurut Litovkin, tidak akan membutuhkan banyak upaya untuk mengintegrasikan pesawat tempur Rusia dengan mulus ke dalam militer Turki.

Para politisi di Washington telah berusaha menekan sekutu pentingnya di NATO, Turki, untuk membatalkan kesepakatan pembelian sistem pertahanan rudal anti-udara S-400 Moskow. Pekan ini, para Senator AS mengajukan draf RUU yang berisi seruan larangan mengirim 100 unit jet tempur F-35.

Larangan dalam RUU itu bisa dicabut jika Ankara menjamin tidak akan mendapatkan senjata dari Rusia. Pengiriman pesawat tempur siluman buatan Lockheed Martin AS ke Turki sudah diblokir secara efektif oleh Senat pada tahun lalu.

Sementara itu, para pemimpin Turki tetap mempertahankan haknya untuk membeli senjata dari siapa pun yang diinginkannya. Ankara berulang kali menegaskan bahwa Turki tetap berpegang pada kontrak pembelian sistem rudal S-400 Rusia.

Litovkin mengatakan upaya-upaya untuk menekan Ankara adalah tanda persaingan tidak sehat yang digunakan AS untuk mengendalikan penjualan sistem pertahanan rudal anti-udaranya, MIM-104 Patriot Pac 3.

Dia percaya bahwa Washington kemungkinan akan terus memeras sekutunya selama mungkin, tetapi pada titik tertentu akan dipaksa untuk menyerah dan mengirim jet F-35 yang dijanjikan kepada Turki. 





Credit  sindonews.com


Pemilu Lokal Turki, Partai Erdogan Klaim Raih Kemenangan


Pemilu Lokal Turki, Partai Erdogan Klaim Raih Kemenangan
Presiden Turki Reccep Tayyip Erdogan. (Reuters)




Jakarta, CB -- Pemilu lokal yang digelar Turki, Minggu (31/3) disebut-sebut masih menjadi panggung politik partai kubu Presiden Reccep Tayyip Erdogan.

Kandidat wali kota dari Aliansi Nasional yang merupakan parpol koalisi bentukan partai AK, Binali Yildirim mengklaim kemenangan di Istanbul.

"Kami telah memenangkan pemilihan di Istanbul. Kami berterima kasih kepada penduduk Istanbul atas mandat yang telah mereka berikan kepada kami," ujar Binali Yildirim kepada para pendukungnya.


Dalam laporan Reuters, Minggu (31/3), Lembaga penyiaran Turki mengatakan dengan 98,8 persen kotak suara dibuka dan dihitung, menunjukkan Yildirim unggul tipis 4.111.219 suara melawan 4.106.776 suara milik Imamoglu.

Sementara itu dari pemilu di Ankara, kandidat dari Aliansi Nasional yaitu Mansur Yavas mendapat 49,9 persen suara. Mansur unggul tipis dari pesaingnya Mehmet Ozhaseki dengan 47,8 persen suara.

Namun demikian, kandidat oposisi, Ekrem Imamoglu menolak pernyataan Yildirim. Pihaknya menyebut kemenangan penguasa sebagai "manipulasi" dan mengatakan bahwa proses suara masih akan terus dihitung dan berubah.

Pemilu lokal di Turki menjadi tantangan tersendiri untuk Erdogan dan partainya. Pemilu dilangsungkan di saat angka pengangguran dan inflasi kian meningkat sebagai akibat krisis mata uang tahun lalu. Lebih 57 juta orang berhak memberikan suara. 

Pemilu lokal kali ini bakal menentukan wali kota, pemimpin kota kabupaten, anggota dewan kota, mukhtars (pejabat lingkungan), dan anggota dewan kehormatan.

Erdogan yang telah mendominasi politik Turki selama lebih 16 tahun dikenal sebagai pemimpin yang paling populer dan juga tegas dalam sejarah modern negara itu.

Namun, Erdogan mengalami pukulan dengan jajak pendapat yang mengindikasikan Partai AK (AKP) yang berkuasa berpotensi kehilangan kendali di Ankara, ibu kota Turki dan bahkan di Istanbul, kota terbesar di negara itu. 



Credit  cnnindonesia.com


Rakyat Turki beri suara dalam pemilihan lokal


Rakyat Turki beri suara dalam pemilihan lokal
Seorang perempuan berjalan melewati spanduk untuk pemilihan lokal yang akan datang di Ankara, Turki, Rabu (27/3/2019). Spanduk dengan foto Presiden Turki Tayyip Erdogan dan Devlet Bahceli, pemimpin Partai Pergerakan Nasional (MHP) bertuliskan: "Aliansi Rakyat: kesatuan akal sehat". ANTARA FOTO/REUTERS/Umit Bektas/cfo




Ankara (CB) - Rakyat Turki, Minggu, memberikan suara dalam pemilihan-pemilihan lokal yang dilukiskan oleh Presiden Tayyip Erdogan sebagai soal hidup dan mati Turki namun telah dirusak oleh kekerasan yang menyebabkan orang anggota partai tewas di bagian tenggara negara itu.

Erdogan yang telah mendominasi politik Turki selama lebih 16 tahun berkat sebagian karena pertumbuhan ekonomi yang kuat, menjadi pemimpin yang paling populer dan juga tegas dalam sejarah modern negara itu.

Namun, ia bisa mengalami pukulan dengan jajak pendapat yang mengindikasikan Partai AK (AKP) yang berkuasa berpotensi kehilangan kendali di Ankara, ibu kota Turki dan bahkan di Istanbul, kota terbesar di negara itu.

Dengan ekonomi yang mengalami kontraksi setelah krisis keuangan tahun lalu -- nilai mata uang lira merosot lebih 30 persen, sebagian pemilih tampak siap menghukum Erdogan, yang sudah memerintah dengan sikap tanpa kompromi.

"Saya sebenarnya tak akan pergi memberi suara hari ini, tapi ketika saya melihat mereka (AKP) goyah, saya pikir ini saatnya untuk mendaratkan pukulan. Orang-orang tak senang. Orang-orang berjuang," kata Hakan, 47 tahun, setelah memberikan suara di Ankara.

Pemungutan suara mulai pukul 7 waktu setempat di bagian timur Turki, dan sejam kemudian di bagian lain negara itu. Tempat-tempat pemungutan suara tutup pukul 16 waktu setempat di bagian timur dan pukul 17 di bagaian barat.

Lebih 57 juta orang berhak memberikan suara. Pemenang dalam pemilihan itu diperkirakan akan diketahui pada tengah malam.



Credit  antaranews.com



Jumat, 29 Maret 2019

Presiden Turki Berniat Buat Hagia Sophia Kembali Jadi Masjid


Presiden Turki Berniat Buat Hagia Sophia Kembali Jadi Masjid
Ilustrasi Hagia Sophia. (Pixabay/niekverlaan)





Jakarta, CB -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menyatakan bakal mengembalikan fungsi Hagia Sophia menjadi masjid. Menurut dia membuat bangunan bersejarah itu sebagai museum adalah langkah yang keliru.

"Hagia Sophia tidak akan disebut museum. Status itu akan dicabut. Kita akan menyatakan Hagia Sophia adalah masjid. Mereka yang berkunjung ke Hagia Sophia akan datang ke sebuah masjid," kata Erdogan seperti dilansir AFP, Kamis (28/3).


Alasan Erdogan menyatakan akan mengubah status Hagia Sophia sedikit beraroma politis. Sebab, saat ini dia sedang mengumpulkan dukungan untuk partainya, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), dalam menghadapi pemilihan kepala daerah pada 31 Maret mendatang.

Apalagi, Erdogan menyatakan rencana mengubah status Hagia Sophia akan dibahas setelah pemilu.


"Kami pikir sudah tiba saatnya untuk mengambil langkah itu atas permintaan rakyat Turki," ujar Erdogan.


Hagia Sophia mulanya adalah gereja yang dibangun di masa Kekaisaran Byzantium. Setelah ditaklukkan oleh Kekhalifahan Ottoman, fungsi bangunan itu diubah menjadi masjid.

Setelah Kekhalifahan Ottoman runtuh dan berganti dengan Republik Turki yang sekuler, Hagia Sophia diubah menjadi museum.

Kegiatan keagamaan, seperti salat berjamaah atau membaca Alquran yang dilakukan di tempat itu kerap membuat umat Islam dan Kristen berselisih.

Sedangkan kalangan sekuler menyatakan Hagia Sophia boleh didatangi seluruh umat beragama. Baik untuk sekedar meditasi atau menikmati keindahan bangunannya.


Langkah Erdogan kemungkinan besar bakal membuat gesekan antara umat Islam dan Nasrani.





Credit  cnnindonesia.com



Senator AS Ajukan RUU Larangan Kirim Jet Tempur F-35 ke Turki



Senator AS Ajukan RUU Larangan Kirim Jet Tempur F-35 ke Turki
Pesawat jet tempur siluman F-35 produksi Lockheed Martin, Amerika Serikat. Foto/REUTERS


WASHINGTON - Para Senator Amerika Serikat (AS) mengajukan rancangan undang-undang (RUU) untuk melarang pengiriman pesawat jet tempur siluman F-35 ke Turki. Larangan yang diusulkan itu berlaku sampai pemerintah Washington menyatakan bahwa Ankara membatalkan pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.

Langkah para Senator Washington itu merupakan upaya untuk mengacaukan penjualan sistem senjata pertahanan Rusia yang telah diminati sejumlah negara. "Prospek Rusia memiliki akses pada pesawat dan teknologi AS di negara NATO, Turki, adalah risiko keamanan nasional dan global yang serius," kata Senator Demokrat Jeanne Shaheen, salah satu dari empat perancang RUU tersebut, seperti dikutip Reuters, Jumat (29/3/2019).

Turki sejatinya mitra produksi dalam program jet tempur F-35 Lockheed Martin. Namun, Ankara juga ingin membeli sistem pertahanan rudal Rusia, yang oleh Amerika Serikat dianggap membahayakan keamanan jet tempur siluman termahal itu.

Turki adalah pemasok tunggal layar kokpit panoramik dan unit antarmuka jarak jauh misil dari F-35. Sekutu NATO itu bisa menjadi bumerang, karena Turki memegang saham berharga dalam produksi jet tempur F-35.

Pada Desember 2017, Ankara membuat kesepakatan dengan Moskow untuk membeli dua unit sistem rudal S-400 buatan Rusia. Nilai kesepakatan itu lebih dari USD2 miliar.

Pejabat Turki telah berulang kali mengatakan bahwa pembelian sistem rudal S-400 dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keamanan negaran. Dengan pembelian S-400, Ankara bermaksud meningkatkan kemampuan pertahanannya di tengah ancaman dari kelompok PKK dan ISIS serta konflik lintas perbatasan di Suriah dan Irak.

Ankara kecewa dengan sekutu NATO-nya, AS, karena kurangnya kerja sama dalam memenuhi kebutuhan pertahanannya. Pada 25 Oktober, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan bahwa Turki akan memulai pemasangan sistem rudal anti-pesawat S-400 pada Oktober 2019.

Para pejabat Turki juga telah berulang kali menekankan bahwa pembelian S-400 adalah kesepakatan yang sudah final dan tidak dapat dibatalkan. 



Credit  sindonews.com



Rabu, 27 Maret 2019

Militer Turki-Rusia Mulai Patroli di Suriah


Perang Suriah
Perang Suriah
Foto: republika
Patroli itu menyebar di sejumlah titik di Suriah Utara.




CB, IDLIB -- Angkatan bersenjata Turki dan Rusia diketahui mulai melakukan patroli independen yang terkoordinasi pertama di Suriah Utara, Selasa (26/3) waktu setempat. Hal itu disampaikan oleh pihak Kementerian Pertahanan Turki. Selain itu, ditegaskan pula tentang upaya gencatan senjata di wilayah Tal Rifaat, Suriah.


"Dalam kerangka perjanjian sebelumnya, Angkatan Bersenjata Turki dan Angkatan Bersenjata Rusia melakukan patroli independen, namun tetap terkoordinasi pertama untuk mencapai gencatan senjata, memberikan stabilitas di wilayah Tal Rifat, dan mencegah serangan terhadap elemen kami," demikian pernyataan kementerian tersebut melalui Twitter resminya, Selasa (26/3).

Tal Rifaat dikendalikan terutama oleh pasukan pimpinan Kurdi. Wilayah itu terletak 20 kilometer sebelah timur Afrin, yang sudah terlebih dahulu berada di bawah kendali pasukan Turki. Sebelumnya, Ankara telah berhasil dengan operasi militer 'Operation Olive Branch terhadap milisi YPG pada 2018.


Turki menganggap YPG sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang berupaya membentuk negara Kurdi independen. Bagi Ankara, mereka adalah pemberontak bersenjata sehak tahun 1970-an.


Laman Daily Sabah menuliskan, rute patroli meliputi enam titik yakni Kafr Lusin dan Al-Dana, distrik utara Idlib; Kota Atarib di sebelah barat kota Aleppo; dan kota Qammari, Qanater dan Al-Eiss di barat daya kota Aleppo. Dalam kerangka perjanjian Astana, Turki saat ini memegang 12 titik pengamatan gencatan senjata di zona de-eskalasi Idlib sementara Rusia memiliki 10 titik.

Sebuah perjanjian dimulai pada Desember 2016 oleh Turki, Rusia dan Iran. Ketiga negara meletakkan dasar bagi kerja sama tripartit mereka pada penyelesaian damai di Suriah yang dikenal sebagai perjanjian Astana. Turki dan Rusia juga menandatangani perjanjian Sochi pada September tahun lalu untuk mengurangi ketegangan dan menghindari konflik baru di provinsi Idlib.


Pada awal Maret, Angkatan bersenjata Turki telah memulai patroli di kota Idlib, Suriah Barat Laut. Patroli di zona de-eskalasi Idlib didasarkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Sochi pada 14 Februari 2019 dari negara-negara penjamin seperti Turki, Rusia, dan Iran.





Credit republika.co.id





Selasa, 26 Maret 2019

Erdogan Akan Bawa Masalah Golan ke PBB


Erdogan Akan Bawa Masalah Golan ke PBB
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan sebut Turki akan membawa masalah pengakuan Amerika Serikat (AS) atas kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan ke PBB. Foto/Reuters

ANKARA - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Turki akan membawa masalah pengakuan Amerika Serikat (AS) atas kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan ke PBB.

Erdogan adalah salah satu pihak yang menentang rencana pengakuan AS atas Dataran Tinggi Golan, dengan mencatat bahwa legitimasi pendudukan Dataran Tinggi Golan tidak dapat diizinkan.

"Pernyataan Presiden AS Donald Trump tentang Dataran Tinggi Golan adalah "hadiah" bagi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menjelang pemilihan parlemen yang ditetapkan akan digelar pada April," ucap Erdogan, seperti dilansir Xinhua pada Senin (25/3).

Sementara itu, sebelumnya Trump diklaim akan menandatangani dekrit yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Klaim ini disampaikan Pelaksana Tugas Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, kemarin.

Menurut Katz, Trump akan meneken dekrit sembari menjamu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Gedung Putih.

"Besok, Presiden Trump, di hadapan PM Netanyahu, akan menandatangani dekrit yang mengakui kedaulatan Israel atas Golan. Hubungan Israel-AS lebih dekat dari sebelumnya," tulis Katz di Twitter, kemarin. 








Credit  sindonews.com









Senin, 25 Maret 2019

Erdogan: Apapun Kata AS, Turki Tetap Beli S-400 Rusia




Erdogan: Apapun Kata AS, Turki Tetap Beli S-400 Rusia
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) saat melayani wawancara media. Foto/Anadolu


ISTANBUL - Presiden Recep Tayyip Erdogan menegaskan apapun yang Amerika Serikat (AS) katakan, Turki tidak akan mundur dalam pembelian sistem rudal pertahanan S-400 dari Rusia. Penegasan itu dia sampaikan hari Minggu dalam sebuah wawancara dengan penyiar TGRT Haber.

Para pejabat Washington kepada Reuters, yang dilansir Senin (25/3/2019), mengatakan AS segera membekukan pengiriman pesawat jet tempur siluman F-35 ke Turki. Langkah itu menjadi sinyal terkuat dari Washington bahwa Ankara tidak dapat memiliki jet tempur canggih itu bersamaan dengan sistem rudal S-400 Moskow.

Dalam wawancara yang disiarkan langsung, Erdogan juga memuji sikap manusiawi warga Selandia Baru setelah serangan teroris terhadap dua masjid di kota Christchurch.

"Orang-orang Selandia Baru memberi pelajaran kemanusiaan kepada mereka yang tidak mendapat jatah kemanusiaan," kata Erdogan.

Setidaknya 50 warga Muslim terbunuh dan banyak lainnya yang terluka pada 15 Maret 2019 ketika seorang teroris—diidentifikasi sebagai Brenton Tarrant, kelahiran Australia—menembaki jamaah Masjid Al-Noor dan Masjid Linwood di Christchurch saat salat Jumat.

Massa telah berkumpul di depan masjid untuk memberikan penghormatan kepada para korban ketika Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyerukan persatuan dan solidaritas dengan komunitas Muslim.

Selama wawancara, Erdogan memuji pertemuan massa di tempat serangan teroris dan tindakan orang-orang menghormati para korban. Dia mengatakan bahwa orang-orang Selandia Baru akan pernah bisa dikaitkan dengan terorisme.

“Mereka mengorganisir upacara peringatan, mereka berkumpul di tempat kejadian dan meninggalkan bunga untuk memberikan penghormatan kepada para korban. Ini adalah tindakan kemanusiaan. Kita tidak bisa mengabaikan tindakan kemanusiaan ini," katanya.

Dia menegaskan bahwa serangan di Christchurch bukan tindakan terorisme individu tetapi tindakan terorisme terorganisir. Dia percaya pihak berwenang di Selandia Baru akan mengungkap pelaku di balik serangan itu. 






Credit  sindonews.com



Diancam AS, Erdogan Tetap akan Beli Sistem Pertahanan Rusia


Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: PA-EFE/KAYHAN OZER

AS mengancam akan membatalkan pengiriman jet F-35 ke Turki.



CB, ISTANBUL -- Presiden Turki Reccep Tayyep Erdogan mengatakan tidak akan mundur dari pembelian sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia. Ia tidak mau menarik proses kesepakatan itu apa pun yang terjadi.

Pernyataan itu Erdogan ungkapkan saat diwawancara stasiun televisi TGRT Haber, Senin (25/3). Sebelumnya Amerika Serikat (AS) berencana membekukan persiapan pengiriman pesawat jet F-35 ke Turki. Langkah tersebut menjadi sinyal paling kuat Washington terhadap Ankara tentang pembelian sistem pertahanan udara S-400.

AS mencapai titik puncak dalam perselisihan dengan Turki, sekutu NATO mereka. Langkah itu dilakukan setelah AS gagal menyakinkan Presiden Tayyep Erdogan pembelian sistem pertahanan udara dari Rusia dapat merusak kesepakatan F-35.

"S-400 itu komputer, F-35 itu komputer, Anda tidak menghubungkan komputer Anda dengan komputer lawan dan pada dasarnya itu yang kami lakukan," kata Pelaksana Tugas Asisten Menteri Pertahanan bidang Urusan Keamanan Internasional AS, Katie Wheelbarger, pada Kamis (21/3) pekan lalu.

Wheelbarger mengakui keputusan untuk membekukan pengiriman itu belum dilakukan. Tapi sekarang pertimbangan Washington untuk membatalkan pengiriman jet yang dibangun Lockheed Martin itu sedang diproses.

"Ada keputusan yang terus mencul tentang hal-hal yang disampaikan sebagai antisipasi mereka mengambil alih pesawat itu jadi banyak hal yang bisa dihentikan untuk mengirim sinyal kepada mereka (bahwa kami serius)," kata Wheelbarger.





Credit  republika.co.id




Jumat, 22 Maret 2019

Turki kecam cuitan Trump mengenai Dataran Tinggi Golan


Turki kecam cuitan Trump mengenai Dataran Tinggi Golan
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu. (Anadolu)



 
Ankara (CB) - Pejabat senior Turki pada Kamis (21/3) mengecam cuitan Presiden AS Donald Trump untuk mensahkan penyerbuan Israel ke Dataran Tinggi Golan, yang diduduki.
"Keutuhan wilayah semua negara adalah prinsip paling mendasar hukum internasional," kata Menteri Luar Negeri Turki

"Upaya AS untuk mensahkan tindakan Israel yang bertentangan dengan hukum internasional hanya akan mengarah ke kerusuhan lebih lanjut dan kepedihan di wilayah ini. Turki mendukung keutuhan wilayah Suriah," ia menambahkan, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat siang.

Juru Bicara Presiden Suriah, Ibrahim Kalin, juga mengutuk pernyataan yang tak masuk akal itu.

"Keutuhan wilayah semua negara dilindungi berdasarkan hukum internasional," kata Kalin di dalam satu cuitan.

"Pemerintah AS @realDonaldTrump berusaha mensahkan tindakan tidak sah Israel mengenai Dataran Tinggi Golan tak berarti apa-apa selain mendukung kebijakan pendudukan Israel dan memperdalam konflik di wilayah ini," tambah Kalin.

Pada Kamis pagi, Trump mengatakan dalam satu cuitan "sudah tiba waktunya untuk mengakui kendali Israel atas Dataran Tinggi Golan, yang diduduki.

Momentum Kongres telah terbentuk di Capitol Hill bagi perubahan, dan Departemen Luar Negeri AS pekan lalu mengubah sebutannya untuk pertama kali mengenai wilayah sengketa tersebut, dan merujuknya sebagai "yang dikuasai Israel" dan bukan istrilah sebelumnya "yang diduduki Israel".

Israel telah lama mendorong Washington agar mengakui klaimnya atas wilayah itu, yang direbutnya dari Suriah selama Perang Enam Hari 1967.

Israel menduduki dua-pertiga Dataran Tinggi Golan sebagai akibat de fakto dari konflik. Israel secara resmi mencaplok wilayah tersebut pada 1981 --tindakan yang dengan bulan ditolak pada saat itu oleh Dewan Keamanan PBB.

AS untuk pertama kali menyampaikan penentangan terhadap resolusi tahunan PBB yang mengutuk kekuasaan Israel atas Dataran Tinggi Golan pada November. Secara keseluruhan, 151 negara memberi suara dukungan, dan cuma Israel bersama AS yang memberi suara menentangnya.




Credit  antaranews.com



Sistem Rudal S-400 Rusia dan F-35 AS Sulit Rekonsiliasi di Turki



Sistem Rudal S-400 Rusia dan F-35 AS Sulit Rekonsiliasi di Turki
Pesawat jet tempur siluman F-35 produksi Lockheed Martin, Amerika Serikat. Foto/REUTERS


WASHINGTON - Kepala Staf Gabungan Militer Amerika Serikat (AS) Jenderal Joseph Dunford mengatakan sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia yang akan dioperasikan Turki sulit berekonsiliasi dengan pesawat jet tempur siluman F-35. Dia berharap dapat menemukan solusi untuk perselisihan dengan Turki atas pembelian senjata pertahanan Moskow itu.

"Posisi kami telah dibuat sangat jelas untuk Turki, dan kami berharap bahwa kami dapat menemukan cara untuk menyelesaikan masalah sulit ini," kata Jenderal Dunford di forum Dewan Atlantik di Washington pada hari Kamis.

"Baik cabang eksekutif dan legislatif pemerintah AS akan mengalami kesulitan merekonsiliasikan kehadiran S-400 dan jet tempur tercanggih yang kita miliki, F-35," lanjut dia, dikutip Sputnik, Jumat (22/3/2019).

"Kami berharap bahwa kami dapat menemukan jalan keluar dari ini, tetapi ini adalah masalah yang sulit," imbuh Dunford.

Komentar itu muncul setelah Kamis pekan lalu Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan Ankara mengharapkan pengiriman jet tempur F-35 buatan AS pada November kendati Washington mengkritik keputusan Turki soal pembelian sistem pertahanan udara S-400 Rusia.

Pada saat yang sama, Ankara terus menghadapi kritik keras dari Washington terkait dengan perjanjian pinjaman untuk pasokan sistem pertahanan S-400 Rusia yang ditandatangani oleh kedua negara tersebut pada Desember 2017. 




Credit  sindonews.com


Turki: Komentar Erdogan soal Christchurch Disalahartikan


Turki: Komentar Erdogan soal Christchurch Disalahartikan
Kantor Kepresidenan Turki menyebut pernyataan Presiden Recep Tayyip Erdogan terkait teror penembakan di Christchurch, Selandia Baru, disalahartikan. (Reuters/Tumay Berkin)



Jakarta, CB -- Kantor Kepresidenan Turki menyebut pernyataan kontroversial Presiden Recep Tayyip Erdogan terkait teror penembakan di Christchurch, Selandia Baru, telah disalahartikan.

"Pernyataan Presiden Erdogan sayangnya telah disalahartikan," ucap Direktur Komunikasi Kantor Kepresidenan Turki, Fahrettin Altun, melalui akun Twitter-nya, Kamis (21/3).

Menurut Altan, pernyataan itu diutarakan Erdogan "sebagai repsons terhadap apa yang disebut-sebut sebagai manifesto yang dibuat pelaku sebelum penembakan terjadi."

Erdogan membuat geram Australia setelah dia mengancam akan mengembalikan setiap warga Negeri Kanguru dalam bentuk jasad atau peti mati jika berani melakukan aksi serupa teror Christchurch yang berbau anti-Islam.


Dalam sebuah kampanye, Erdogan mengatakan akan mengembalikan setiap warga Australia yang anti-Islam dalam bentuk jenazah seperti nenek moyang mereka di Gallipoli.

Gallipoli merupakan salah satu pertempuran yang terjadi semasa Perang Dunia I, di mana lebih dari 8.000 pasukan Australia tewas saat menghadapi angkatan bersenjata Kekhalifahan Ottoman, yang saat ini menjadi Turki.

Selain itu, Erdogan juga membuat gerah Selandia Baru lantaran memutar rekaman video penembakan Christchurch.

Akibat pernyataan Erdogan itu, Australia bahkan telah memanggil duta besar Turki di Canberra untuk meminta klarifikasi.




Credit  cnnindonesia.com



Kamis, 21 Maret 2019

PM Australia Scott Morrison Siapkan Segala Opsi Hadapi Erdogan



Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. Sumber: Tracey Nearmy/Getty Images/aljazeera.com
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. Sumber: Tracey Nearmy/Getty Images/aljazeera.com

CB, Jakarta - Perdana Menteri Scott Morrison menyatakan segala opsi sudah disiapkan menanggapi pernyataan sembrono presiden Turki Recep Tayyib Erdogan yang akan memulangkan para pengunjung peringatan Hari Anzac di Gallipoli dalam peti jenazah.
Erdogan mengeluarkan pernyataan itu sehubungan terjadinya serangan teroris terhadap 2 masjid di kota Christchurch, Selandia Baru pada Jumat pekan lalu, menewaskan 50 orang dan melukai puluhan orang. Menurut Scott tidak sepantasnya Erdogan mengeluarkan pernyataan itu.


"Pernyataan yang dibuat Presiden Turki Erdogan saya anggap sangat menyinggung warga Australia dan sangat ceroboh dalam situasi yang sangat sensitif ini," kata Scott seperti dikutip dari News.coma.au, Rabu, 20 Maret 2019.
"Mereka menyakitkan hati karena mereka menghina ingatan tentang Anzac kita dan mereka melanggar janji yang terukir di batu di Gallipoli tentang janji Ataturk kepada ibu-ibu Anzac lainnya."
Peringatan Gollipoli dilakukan setiap tahun oleh warga Australia dan Selandia Baru untuk mengenang para prajurit kedua negara yang tewas dalam pertempuran Perang Dunia Pertama untuk merebut semenanjung Gallipoli guna membuka Dardanelle untuk dilewati pasukan angkatan laut sekutu. Tujuan utama pasukan Australia, Selandia Baru dan Jerman adalah menguasai Constantinople atau Istanbul saat itu yang dulu menjadi pusat pemerintahan Dinasti Ottoman.
Peringatan hari Anzac diadakan setiap tanggal 25 April. Tahun ini juga diperingati sebagai 100 tahun persahabatan dengan Turki.


Scott menyatakan kesiapannya untuk menghadapi memburuknya hubungan kedua negara dipicu pernyataan Erdogan.
Seperti dilansir Sydney Morning Herald, 20 Maret 2019, segala opsi yang dimaksud Scott mulai terlihat. Di antaranya Scott memerintahkan Duta Besar Australia untuk Turki berbciara dengan penashat presiden Erdogan di Ankara guna mencegah perselisihan yang semakin mendalam lantaran pernyataan yang menyerang tersebut.
Jika hasilnya tidak memuaskan, Scott diperkirakan akan mengusir Duta Besar Turki untuk Australia, Korhan Karakoc.
Badan Nasional Keamanan Australia juga mengingatkan warga Australia untuk berhati-hati melakukan perjalanan ke Turki untuk memperingati hari Anzac di Gallipoli.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern mengatakan, Menteri Luar Negeri Winston Peters terbang ke Turki hari ini untuk meminta tanggapan atas pernyataan Erdogan.


"Dia pergi ke sana untuk meluruskan, berhadapan muka," kata Ardern seperti dikutip dari Sydney Morning Herald.
Menanggapi serangan teroris di 2 masjid di Christchurch, Selandia Baru Jumat pekan lalu, Erdogan mengatakan serangan itu sebagai ujian bagi umat Muslim dan rakyat Australia dan Selandia Baru akan menderita jika mereka pergi ke Turki.
"Kakek nenekmu datang dan beberapa di antara mereka pulang dalam peti mati. Jika kamu juga datang seperti kakek nenekmu, pastikan anda akan hilang seperti kakak nenek anda," kata Erdogan.
Pemimpin oposisi Australia, Bill Shorten menyesalkan pernyataan Erdogan yang disebutnya sebagai pernyataan bodoh dan menyerang di saat Selandia Baru berduka akibat serangan teroris di 2 masjid di Christchurch.




Credit  tempo.co




Selandia Baru Minta Erdogan Klarifikasi Komentar Soal Teror


Selandia Baru Minta Erdogan Klarifikasi Komentar Soal Teror
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardens. (Reuters/Ross Setford)




Jakarta, CB -- Wakil Perdana Menteri Selandia Baru, Winston Peters, akan bertolak ke Turki untuk meminta klarifikasi kepada Presiden Recep Tayyip Erdogan, atas pernyataan kontroversialnya terkait teror penembakan di dua masjid Kota Christchurch pekan lalu.

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardens, menuturkan mengutus wakilnya yang juga merangkap sebagai menteri luar negeri itu ke Turki untuk meminta penjelasan segera kepada Erdogan.

"Wakil PM kami akan menghadapi komentar-komentar (Erdogan) itu di Turki. Dia (Peters) akan meluruskan hal ini secara langsung dalam tatap muka," ucap Jacinda kepada wartawan di Christchurch seperti dikutip Reuters, Rabu (20/3).


Langkah itu dilakukan Selandia Baru sebagai tanggapan atas komentar Erdogan yang mendesak Selandia Baru menerapkan hukuman mati kepada Brenton Tarrant, warga Australia yang menjadi pelaku penembakan Christchurch.


Di hadapan ribuan warganya saat kampanye, Erdogan mengatakan Turki akan menghukum Tarrant jika Selandia Baru enggan melakukannya.

Dalam kampanye itu, Erdogan juga memperingatkan setiap warga Selandia Baru dan Australia yang anti-Muslim di negaranya akan "dipulangkan dalam peti" oleh Turki seperti yang terjadi dengan pendahulu mereka di Gallipoli.

Gallipoli merupakan salah satu pertempuran yang terjadi semasa Perang Dunia I, di mana lebih dari 8.000 pasukan Australia tewas saat menghadapi angkatan bersenjata Kekhalifahan Ottoman, yang saat ini menjadi Turki.

Erdogan juga disebut menggunakan rekaman teror penembakan Christchurch selama kampanyenya, sebagai pengingat akan propaganda anti-Islam.

Sementara itu, di Jakarta, Peters kembali mengecam pernyataan Erdogan tersebut.

Peters menganggap Erdogan tidak cukup memahami situasi sebenarnya yang terjadi di Selandia Baru.

"Saya bisa melihat (reaksi) Presiden Turki ketika berita (terkait pernyataannya) itu keluar. Saya sejujurnya merasa dia tidak tahu terkait masalah ini," kata Peters dalam pernyataan bersamanya dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla usai melakukan pertemuan bilateral di sela-sela High Level Dialogue on Indo-Pacific Cooperation di Hotel Fairmont.

Peters enggan mengomentari lebih banyak lagi pernyataan Erdogan tersebut. Dia mengatakan pemerintahnya sedang berfokus menangani penanggulangan pasca-teror.

Aksi teror yang dilakukan seorang warga Australia, Brenton Tarrant, terjadi di dua masjid di Kota Christchurch pada 15 Maret 2019. Yakni Masjid Al Noor dan Masjid Linwood.

Insiden terjadi ketika umat Islam setempat sedang bersiap untuk melaksanakan salat Jumat. Jumlah korban meninggal akibat peristiwa itu mencapai 50 orang.

Korban luka dalam kejadian itu juga mencapai 50 orang. WNI yang menjadi korban luka adalah Zulfirmansyah dan anaknya, dan yang meninggal dalam insiden itu adalah Lilik Abdul Hamid.

Setelah peristiwa itu terjadi, kepolisian Selandia Baru menangkap empat orang, terdiri dari tiga lelaki dan seorang perempuan. Namun, baru Tarrant yang dijerat dengan dakwaan pembunuhan dan disidangkan.





Credit  cnnindonesia.com



Erdogan Samakan Teroris Brenton Tarrant dengan ISIS



Erdogan Samakan Teroris Brenton Tarrant dengan ISIS
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto/REUTERS


ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyamakan Brenton Tarrant, teroris pembantai 50 orang di dua masjid Selandia Baru, dengan kelompok Islamic State atau ISIS. Menurutnya, keduanya memiliki kesamaan dalam hal ideologi.

Pendapat Presiden Turki itu muncul dalam kolom opininya di surat kabar Washington Post edisi Selasa lalu.

Menurut Erdogan, Tarrant dan ISIS memiliki tujuan sama, yakni menaklukkan Istanbul. Dia menulis ISIS pernah menyerukan pengikutnya untuk menaklukkan Istanbul. Sedangkan Tarrant, dalam manifestonya bersumpah menjadikan kota Turki itu kembali dikuasai Kristen.

"Setelah serangan Selandia Baru, pihak berwenang Turki menemukan bahwa Brenton Harrison Tarrant, yang diduga sebagai pria bersenjata, telah mengunjungi Turki dua kali pada 2016 dan menghabiskan waktu di berbagai bagian negara ini," tulis Erdogan dalam kolomnya, dikutip International Business Times, Kamis (21/3/2019).

"Selain itu, kami menetapkan bahwa Tarrant melakukan perjalanan ke sejumlah tempat lain, termasuk Maroko, Israel dan Kroasia. Badan intelijen dan penegak hukum Turki, bekerja sama dengan Selandia Baru dan yang lainnya, melanjutkan upaya mereka untuk menjelaskan apa yang terjadi dan untuk mencegah serangan masa depan," lanjut dia.

Erdogan mengecam ekstremis kulit putih dengan mengatakan bahwa penyerang dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, berusaha untuk melegitimasi pandangannya yang memutarbalikkan dan mendistorsi sejarah dunia dan kepercayaan Kristen. "Dia berusaha menanam benih kebencian di antara sesama manusia," tulis Erdogan.

"Jika ada, apa yang terjadi di Selandia Baru adalah produk beracun dari kebodohan dan kebencian," imbuh dia.

"Sama sekali tidak ada perbedaan antara pembunuh yang membunuh orang tak berdosa di Selandia Baru dan mereka yang telah melakukan teroris di Turki, Prancis, Indonesia dan di tempat lain," paparnya.

Erdogan juga menyalahkan Eropa dan bagian lain dari dunia Barat karena diam terhadap Islamofobia dan xenophobia. 

"Sebagai akibat dari pembantaian Christchurch, Barat memiliki tanggung jawab tertentu. Masyarakat dan pemerintah Barat harus menolak normalisasi rasisme, xenophobia dan Islamofobia, yang telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Sangat penting untuk menetapkan bahwa ideologi yang melenceng seperti itu, seperti anti-Semitisme, sama dengan kejahatan terhadap kemanusiaan," tulis dia.

“Kami tidak bisa membiarkan ini lagi. Jika dunia ingin mencegah serangan di masa depan yang serupa dengan yang terjadi di Selandia Baru, itu harus dimulai dengan menetapkan bahwa apa yang terjadi adalah produk dari kampanye kotor terkoordinasi," sambung Erdogan.

Pemimpin Turki itu telah mengabaikan kritik yang meluas dengan tetap menunjukkan cuplikan video yang direkam oleh penembak di Selandia Baru. Erdogan menggunakan rekaman video itu untuk mengecam apa yang disebutnya sebagai peningkatan kebencian dan prasangka terhadap Islam.

Erdogan juga mengecam Selandia Baru dan Australia karena mengirim pasukan ke Turki dalam kampanye Perang Dunia I Gallipoli, dan mengklaim motif mereka berorientasi pada Islam.

Pada hari Rabu, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengutuk komentar yang dibuat oleh Erdogan. Menurutnya, komentar pemimpin Turki itu ceroboh dan sangat ofensif.

"Pernyataan Presiden Turki Erdogan dibuat bahwa saya menganggap sangat ofensif kepada Australia dan sangat ceroboh dalam lingkungan yang sangat sensitif ini," kata Morrison, setelah memanggil duta besar Turki dan menolak alasan yang ditawarkan.

"Saya mengharapkan, dan saya telah meminta, agar komentar ini diklarifikasi, untuk ditarik. Saya berharap itu terjadi," kata Morrison.


Credit  sindonews.com




Iran bantah lagi operasi gabungan dengan Turki perangi PKK


Iran bantah lagi operasi gabungan dengan Turki perangi PKK

Iran Menyerang Basis Kelompok Oposisi Kurdi Irak Ilustrasi (REUTERS/Ako Rasheed) (REUTERS/Ako Rasheed/)





London (CB) - Seorang juru bicara pasukan angkatan bersenjata Iran mengatakan pada Rabu bahwa tak ada operasi gabungan dengan Turki dekat perbatasan mereka.

Untuk kedua kali, Teheran membantah ada keterlibatan dalam serangan-serangan Turki terhadap gerilyawan Partai Pekerja Kurdi (PKK).

"Angkatan bersenjata Iran tak ikut bergabung dalam operasi bersama dengan tentara Turki di kawasan perbatasan," kata Abolfazl Shekarchi yang dikutip kantor berita Tasnim.

Sebelumnya, diberitakan bahwa Turki dan Iran melancarkan operasi gabungan melawan gerilyawan terlarang PKK pada Senin (18/3), menurut informasi dari media milik negara yang mengutip Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu.

"Kami mulai melancarkan operasi gabungan dengan Iran untuk melawan PKK di perbatasan timur kami pagi ini (dan) akan mengumumkan hasilnya," kata Soylu seperti yang dikutip Kantor Berita Anadolu. Lembaga penyiaran negara TRT Haber juga mengutip komentarnya mengenai operasi tersebut.

Militer Turki kerap melancarkan serangan udara terhadap gerilyawan PKK di Irak Utara dan menggelar operasi penangkapan terhadap terduga anggota kelompok tersebut di Turki. PKK dianggap sebagai kelompok teroris oleh sejumlah negara, seperti Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa.





Credit  antaranews.com




Rabu, 20 Maret 2019

Australia Desak Erdogan Tarik Ucapan Soal Teror Selandia Baru


Australia Desak Erdogan Tarik Ucapan Soal Teror Selandia Baru
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. (Reuters/David Gray)




Jakarta, CB -- Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, tidak terima dengan pernyataan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang menyinggung soal sentimen anti-Islam dalam aksi teror penembakan di Kota Christchurch, Selandia Baru. Dia mengancam akan mempertimbangkan untuk meninjau ulang hubungan Negeri Kanguru dengan Turki jika pernyataan itu tidak dicabut.

"Pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menurut saya sangat menyinggung bangsa Australia dan sangat ceroboh di waktu yang sensitif seperti saat ini," kata Morrison, seperti dilansir AFP, Rabu (20/3).

Morrison menyatakan dia sudah memanggil Duta Besar Turki untuk Australia, guna meminta klarifikasi. Dia menyatakan enggan menerima permintaan maaf dari sang diplomat.


"Saya berharap dan telah meminta supaya pernyataan ini diklarifikasi dan ditarik," ujar Morrison.


Sedangkan Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, enggan menanggapi terlalu jauh pernyataan Erdogan. Namun, dia mengatakan Wakil PM, Winston Peters, akan melawat ke Turki untuk menyampaikan sikap mereka.

"Wakil perdana menteri akan mengkonfrontasi pernyataan itu di Turki. Dia akan menyelesaikannya secara tatap muka," kata Ardern.

Dalam ajang kampanye pemilihan kepala daerah di Antalya, Erdogan menayangkan rekaman teror penembakan di Selandia Baru yang dilakukan warga Australia Brenton Tarrant, dengan alasan sebagai pengingat akan propaganda anti-Islam. Erdogan turut menyitir isi manifesto Tarrant yang ditulis sebelum beraksi yang menyatakan hendak mengusir bangsa Turki dari Eropa.

Erdogan mengancam bakal memerangi pihak-pihak yang hendak menebar teror anti-Islam di Turki. Dia juga menyinggung soal peristiwa Pertempuran Gallipoli pada 1915 dalam Perang Dunia I.

Saat itu pasukan Kekhalifahan Ottoman menaklukkan pasukan Inggris, Australia, dan Selandia Baru yang hendak menguasai kota itu. Tercatat ada delapan ribu pasukan Australia meninggal dalam pertempuran itu.

Erdogan menyatakan warga asing yang hendak menebar teror anti-Islam bakal menghadapi nasib sama seperti pasukan Inggris, Australia, dan Selandia Baru dalam pertempuran Gallipoli.


"Kami sudah berada di sini seribu tahun, dan akan terus di sini hingga kiamat. Insya Allah. Buyut kalian datang dan pulang dalam peti mati. Saya tidak ragu kalian juga bakal bernasib sama seperti itu," ujar Erdogan.




Credit  cnnindonesia.com





Menlu Selandia Baru menuju Turki untuk tanggapi komentar Erdogan


Menlu Selandia Baru menuju Turki untuk tanggapi komentar Erdogan
Seorang wanita menangis di dekat Masjid Al Noor di Christchurch, Selandia Baru, Minggu (17/3/2019). ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva/pras.




Christchurch (CB) - Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern pada Rabu mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Winston Peters akan pergi ke Turki untuk "menanggapi" komentar yang dikeluarkan oleh Presiden Turki Tayyip Erdogan mengenai pembunuhan sekitar 50 orang di masjid-masjid di Christchurch.

Warga Australia Brenton Tarrant (28), seorang tersangka supremasi kulit putih, didakwa melakukan pembunuhan pada Sabtu, setelah seorang pria bersenjata melepas tembakan di dua masjid pada waktu shalat Jumat.

Erdogan -- yang sedang berusaha menghidupkan dukungan bagi partai AK, yang berakar-Islami untuk pemilihan daerah pada 31 Maret-- mengatakan Turki akan memberi perhitungan kepada tersangka apabila Selandia Baru tidak melakukannya.

Komentar tersebut disampaikan dalam kampanye dengan menyertakan tayangan rekaman penembakan yang diduga disebarkan di Facebook oleh pria bersenjata itu.

Ardern mengatakan Peters akan meminta penjelasan penting.

"Wakil perdana menteri kami akan menentang komentar tersebut di Turki," kata Ardern kepada wartawan di Christchurch. "Dia akan di sana untuk mencatat langsung, berhadap-hadapan."

Peters sebelumnya mengecam penyiaran rekaman penembakan yang disebutnya dapat membahayakan warga Selandia Baru di luar negeri

Selain campur tangan Peters, inti sari dari manifesto Tarrant kembali ditayangkan sekilas dalam kampanye Erdogan pada Selasa, termasuk gambar saat pria bersenjata itu memasuki salah satu masjid dan menembaki sambil mendekati pintu.

Sementara itu Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan dia memanggil Duta Besar Turki untuk suatu pertemuan dan pada kesempatan tersebut meminta komentar Erdogan dihapus dari lembaga penyiaran negara Turki.

"Saya akan menunggu untuk melihat tanggapan dari pemerintah Turki sebelum mengambil tindakan lebih lanjut, tetapi dapat saya sampaikan kepada Anda bahwa semua pilihan telah tersedia," kata Morisson kepada para wartawan di Canberra.

Morisson mengatakan bahwa dubes Turki untuk Australia dijadwalkan mengadakan rapat dengan anggota pemerintahan Erdogan pada Rabu, sebagaimana diberitakan Reuters.

Morisson mengatakan bahwa Canberra juga mempertimbangkan ulang untuk membuat peringatan perjalanan bagi warga Australia yang merencanakan perjalanan ke Turki.

Hubungan antara Turki, Selandia Baru dan Australia pada umumnya baik. Ribuan warga Australia dan Selandia Baru setiap tahun bepergian ke Turki untuk mengadakan doa kenangan perang.

Lebih seabad lampau, ribuan tentara dari Pasukan Australia dan Selandia Baru (ANZAC) berjuang di luar negeri, tepatnya di pesisir sempit di Gallipoli dan malangnya, merenggut 130.000 nyawa.

Kawasan tersebut menjadi situs peziarahan untuk menghormati mereka bersemanyam di pemakaman yang berjarak setengah lingkar bumi, pada peringatan hari ANZAC setiap 25 April.





Credit  antaranews.com





Erdogan Minta Pelaku Penembakan di Christchurch Dihukum Mati



Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengecam pernyataan Penasehat Keamanan AS, John Bolton, agar negaranya melindungi pasukan milisi Kurdi YPG pasca penarikan pasukan AS dari Kota Manbij, Suriah. Reuters.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengecam pernyataan Penasehat Keamanan AS, John Bolton, agar negaranya melindungi pasukan milisi Kurdi YPG pasca penarikan pasukan AS dari Kota Manbij, Suriah. Reuters.

CB, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta Selandia Baru menerapkan hukuman mati bagi teroris penembakan di Christchurch.
Erdogan juga memperingatkan Turki akan membalas aksi pelaku jika Selandia Baru tidak menghukum mati.
Terdakwa teroris, Brenton Tarrant, warga Australia berusia 28 tahun, didakwa dengan pasal pembunuhan pada Sabtu kemarin setelah dirinya menyerang dua masjid di Christchurch saat salat Jumat.

"Anda membunuh 50 saudara kami dengan kejam. Anda akan membayar untuk ini. Jika Selandia Baru tidak membalas aksi Anda, kami tahu bagaimana membuat Anda membayar dengan satu atau lain cara," kata Erdogan mengancam pelaku, dikutip dari Reuters, 20 Maret 2019.

Erdogan juga menyatakan Turki membuat kesalahan karena menghapus hukuman mati 15 tahun yang lalu. Dia mengatakan Selandia Baru harus membuat pengaturan hukum sehingga pelaku teror Christchurch dapat menghadapi hukuman mati.
"Jika parlemen Selandia Baru tidak membuat keputusan ini, saya akan terus berdebat dengan mereka terus-menerus. Tindakan yang perlu perlu diambil," katanya.

Ringkasan dari manifesto Brenton ditampilkan di layar pada rapat umum Erdogan Selasa kemarin, beserta cuplikan singkat pria bersenjata itu memasuki salah satu masjid dan menembak ketika dia mendekati pintu masjid.
Erdogan mengatakan, menurut manifesto, pelaku penembakan di Christchurch mengeluarkan ancaman terhadap Turki dan presidennya, serta ingin mengusir orang-orang Turki dari wilayah barat laut Turki, Eropa. 




Credit  tempo.co



Erdogan: kita harus tolak xenofobia, Islamfobia


Erdogan: kita harus tolak xenofobia, Islamfobia

Pengunjuk rasa membawa poster menentang kekerasan dan xenofobia di luar gedung pengadilan di Johannesburg, Afrika Selatan, saat empat terdakwa disidang atas pembunuhan seorang warga Mozambik. Sejumlah gambar yang memperlihatkan sejumlah pria memukuli dan menusuk warga Mozambik Emmanuel Sithole di siang hari bolong disiarkan di harian lokal da memicu seruan kepada polisi untuk melakukan tindakan lebih untuk melindungi para imigran. (REUTERS/Mike Hutchings)




Washington (CB) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa (19/3) mendesak Barat agar bangkit melawan rasisme, xenofobia dan Islamfobia setelah serangan teroris di Selandia Baru.

Di dalam satu artikel yang disiarkan di surat kabar Washington Post, Erdogan mengatakan setelah pembantaian di Christchurch, Barat memiliki "tanggung-jawab tertentu".

"Pemerintah dan masyarakat Barat harus menolak normalisasi rasisme, kebencian kepada orang asing dan Islamfobia, yang telah meningkat dalam beberapa tahun belakangan ini," kata Erdogan sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu siang. "Penting untuk menegaskan bahwa ideologi pelintiran, seperti anti-Semitsme, meningkat jadi kejahatan terhadap umat manusia."

Sedikitnya 50 orang Muslim wafat ketika seorang tersangka  teroris menembaki orang yang sedang Shalat Jumat di Masjid An-Nur dan Linwood di Christchurch.

Brenton Harrison Tarrant, warga Australia yang berusia 28 tahun, didakwa melakukan pembantaian.

"Kita harus mengungkapkan pada semua aspek mengenai apa yang terjadi dan sepenuhnya memahami bagaimana teroris menjadi radikal dan hubungannya dengan kelompok teroris guna mencegah tragedi pada masa depan," kata Erdogan.

Ia menyatakan semua pemimpin Barat harus belajar dari "keberanian, kepemimpinan dan ketulusan" atas Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern dan merangkul orang Muslim yang tinggal di negerinya.

Pembantaian tersebut disiarkan langsung di media sosial, dan disertai oleh penyiaran pernyataan terbuka yang rasis serta Islamfobi yang juga menyerang Turki dan presidennya.

Erdogan mengatakan ada banyak rujukan sejarah mengenai senjata pembunuh dan dalam pernyataan terbuka. "Jumlah waktu yang ia sebutkan mengenai Turki dan diri saya mengundang perhatian dan pertimbangan yang lebih dalam."

Tarrant berusaha mensahkan pandangannya dengan menyimpangkan sejarah dunia, kepercayaan Kristen dan berusaha menyebar benih kebencian di kalangan umat manusia, kata presiden Turki itu.

"Sebagai seorang pemimpin yang telah berulangkali menegaskan bahwa terorisme tak memiliki agama, bahasa atau ras, saya dengan tegas menolak setiap upaya untuk mengaitkan serangan teroris pekan lalu dengan ajaran, moral atau ujaran Kristen," katanya. "... Apa yang terjadi di Selandia Baru adalah produk beracun ketidak-tahuan dan kebencian."

Erdogan menyamakan ideologi penyerang Christchurch dengan kelompok teror Da'esh, yang menyerukan "penaklukan" Istanbul seperti Tarrant berjanji di dalam pernyataan terbukanya untuk membuat kota Turki itu "secara benar menjadi milik Kristen lagi".

"Sehubungan dengan ini, kita harus menetapkan bahwa benar-benar tak ada perbedaan antara pembunuh yang membunuh orang yang tak berdosa di Selandia Baru dan mereka yang telah melancarkan aksi teroris di Turki, Prancis, Indonesia dan negara lain," tulis presiden Turki tersebut.

Erdogan berpendapat Islamfobia dan xenofobia diterima dengan kebungkaman di Eropa dan belahan lain dunia Barat.




Credit  antaranews.com