Tampilkan postingan dengan label KESEHATAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KESEHATAN. Tampilkan semua postingan

Selasa, 06 September 2016

Racun anti-Zika membunuh jutaan lebah di Amerika Serikat

 
Racun anti-Zika membunuh jutaan lebah di Amerika Serikat
Nyamuk Aedes Aegypti (REUTERS/Paulo Whitaker)
Yang kami sangat khawatirkan sekarang bukan hanya matinya lebah, tapi kemungkinan kematian atau sterilisasi genetik terhadap lebah yang berhasil selamat dari penyemprotan pertama ini."
Perth (CB) - Upaya meredam perluasan paparan virus Zika dengan penyemprotan racun saraf anti-virus Zika berujung mematikan bagi lebah di Amerika Serikat, kata "The Guardian", Senin.

Racun serangga itu, yang disebarkan lewat pesawat pada awal pekan lalu di negara bagian Carolina Selatan, menyebabkan kematian ribuan lebah madu di dekat sarang mereka. Dalam video unggahan perusahaan peternakan lebah "Flowertown" diperkirakan lebah madu mati itu 2,5 juta ekor.

Selain itu, seperti dikutip "The Guardian", Andrew Macke -yang menggeluti hobi pengembiakan lebah- menyatakan ribuan lebahnya mati. "Apakah kita sudah gila? Menyemprotkan racun dari langit?" katanya di Facebook.

Usaha melibatkan lebah dan penyerbukan di Amerika Serikat menyumbang 29 miliar dolar terhadap pendapatan dari pertanian.

Menurut Dr Mike Weyman, Kepala Departemen Regulasi Pestisida Universitas Clemson, di South Carolina ada peraturan yang sangat keras dalam upaya melindungi lebah. Tapi pejabat pemerintahan setempat menggunakan "neurotoxin" Naled dengan alasan mengatasi "bencana kesehatan umum".

Di Carolina Selatan, tercatat sudah ada lebih dari 36 orang yang positif terpapar virus Zika, dan pemerintah mengutamakan segala upaya untuk mencegah penularan lokal virus itu lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Namun, keputusan untuk membunuh nyamuk pembawa virus Zika ini justru membunuh banyak lebah.

"Yang kami sangat khawatirkan sekarang bukan hanya matinya lebah, tapi kemungkinan kematian atau sterilisasi genetik terhadap lebah yang berhasil selamat dari penyemprotan pertama ini," kata Jennifer Holmes, Wakil Presiden Asosiasi Peternak Lebah Florida yang juga memilik bisnis sebuah perusahaan ternak lebah dengan 300 koloni di kawasan utara Palm Beach.

Pada Februari 2016, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut virus Zika, yang berpeluang menyebabkan kelainan kelahiran berupa ukuran kepala lebih kecil daripada bayi normal (mikrosefali), telah menjadi ketakutan sedunia.

Zika pertama kali ditemukan di monyet di Uganda pada 1947, paparannya terhadap manusia ditemukan menyebar di beberapa negara sejak 1952, termasuk Indonesia, Thailand, India, Malaysia, Vietnam, dan Pakistan.



Credit  ANTARA News






Senin, 05 September 2016

Menteri Kesehatan Malaysia Perkirakan Kasus Zika akan Bertambah

 Nyamuk Aedes aegypti penyebab visrus zika.
Nyamuk Aedes aegypti penyebab visrus zika.
 
CB, PETALING JAYA -- Menteri Kesehatan Malaysia, Datuk Seri Subramaniam, mengatakan kasus zika diperkirakan akan terus bertambah di Malaysia. Sebelumnya Pemerintah Malaysia telah mengonfirmasi adanya kasus kedua zika di Kota Kinabalu.

"Konfirmasi dari kasus kedua zika di Kota Kinabalu menunjukkan virus ini sudah hadir di dalam masyarakat kita. Pasien ini bahkan belum pernah ke negara lain, yang berarti dia terjangkit virus secara lokal," katanya dalam sebuah unggahan di Facebook kemarin seperti dilansir dari Strait Times.

Seorang pasian berusia 61 tahun yang positif terjangkit virus zika dilaporkan meninggal dunia pada Sabtu (3/9) lalu karena komplikasi penyakit jantung. Subramaniam mengatakan, kementerian sampai saat ini belum bisa memastikan dari mana virus tersebut berasal.

"Kami sedang dalam proses melacak pergerakan pasien selama beberapa pekan terakhir. Kami akan mengintensifkan kegiatan pengendalian di daerah-daerah," jelasnya.

Meski demikian, Subramaniam menuturkan Kementerian Kesehatan juga fokus pada investigasi apakah kematian pasien berhubungan dengan zika. Sebab pasien diketahui memiliki kondisi medis lainnya, termasuk masalah jantung dan penyakit ginjal kronis, yang mengancam jiwa.



Credit  REPUBLIKA.CO.ID






Sudah 242 Kasus Zika di Singapura

Dalam dua hari terakhir mereka yang terjangkit berjumlah 27 kasus.
Sudah 242 Kasus Zika di Singapura
Penyemprotan dilakukan pemerintah Singapura untuk mengurangi penyebaran virus Zika. (REUTERS/Edgar Su)
 
CB – Pemerintah Singapura kembali mengonfirmasi 27 kasus baru virus Zika, yang ditularkan secara lokal. Ini berarti sudah ada total 242 kasus Zika yang terjadi di Singapura, dalam sepekan terakhir.
Dilansir dari Channel News Asia, Senin, 5 September 2016, dalam pernyataan bersama Kementerian Kesehatan dan Badan Lingkungan Hidup Nasional (NEA) Singapura menyatakan, kasus-kasus yang baru terdeteksi tersebut berasal dari klaster seperti di Aljunied Crescent, Sims Drive, Kallang Way, dan Paya Lebar Way Cluster.
Selain tempat tersebut di atas, salah satu klaster baru yang berpotensi tertular Zika adalah daerah Joo Seng Road, di mana salah satu warganya terjangkit virus pada hari Minggu kemarin, 4 September 2014.
Untuk mengantisipasi penyebaran virus lebih lanjut, NEA telah mengupayakan berbagai cara salah satunya melalui operasi pengendalian vektor di berbagai klaster. Tercatat pada 3 September kemarin, 62 habitat nyamuk yang terdiri dari 36 rumah dan 26 area umum, telah terdeteksi dan dimusnahkan.
"Seiring waktu, kami harus bekerja keras untuk menghentikan penularan Zika di wilayah lain di Singapura. Selain itu, kami juga memperluas upaya pengendalian Zika di luar daerah yang terkena wabah," kata Menteri Kesehatan Singapura, Gan Kim Yong, beberapa waktu lalu.




credit  VIVA.co.id



Rabu, 31 Agustus 2016

Singapura akui wabah Zika menyebar, AS keluarkan "travel warning"

 
Singapura akui wabah Zika menyebar, AS keluarkan
Potongan gambar infeksi virus Zika pada otak bagian depan manusia. (Johns Hopkins University/ Xuyu Qian)
 
Singapura (CB) - Singapura mengakui wabah virus Zika telah menyebar dengan kasus akibat virus ini meningkat menjadi 82 kasus sejak Selasa, sedangkan AS dan sejumlah negara memperingkatkan perempuan hamil yang menjadi warga negaranya atau yang tengah berencana hamil untuk tidak bepergian ke Singapura.

Virus itu telah mewabah di benua Amerika dan Karibia sejak akhir tahun lalu dan menyerang wanita hamil dengan risiko bayi lahir dengan kepala kecil dan otak yang tidak berkembang (mikrosepali).

Sejak Selasa, AS, Australia, Taiwan dan Korea Selatan mengeluarkan larangan kepada warga negaranya untuk tidak pergi ke Singapura.

 

Peringatan ini dikeluarkan setelah Singapura mengakui penularan virus Zika terjadi di luar kluster aslinya di mana paling sedikit lima dari 26 kasus baru dipastikan virus Zika di daerah Aljunied, bagian tenggara Singapura, umum kementerian kesehatan dan Badan Lingkungan Nasional (NEA) Singapura.

Singapura menyarankan wanita hamil menempuh tes bebas virus Zika jika mereka menemukan gejala atau jika mitra mereka terbukti positif membawa virus ini.

"Ini tidak hanya bagi mereka yang berada di daerah-daerah terpapar Zika," kata kementerian kesehatan Singapura.

Wabah Zika ini dikhawatirkan mempengaruhi dunia pariwisata Singapura di mana lebih dari 55 juta orang transit di Bandara Changi, Singapura, setiap tahun. Pada semester pertama tahun ini saja, jumlah turis yang datang ke negeri ini mencapai 8 juta orang atau lebih dari satu juta orang dibandingkan dengan setahun sebelumnya.

Singapura pertama kali melaporkan Zika bisa menular dari daerah setempat pada akhir pekan lalu, dan sejak itu jumlah orang yang positif terinfeksi virus itu meningkat dari hari ke hari. Namun puluhan orang dinyatakan pulih seketika dari virus ini.

 

Warga Singapura sendiri sigap menanggapi seruan pemerintah dengan berhati-hati saat digigit nyamuk, yang menjadi penyebar virus Zika.

Menurut Singapura, kebanyakan yang awalnya terinfeksi adalah para pekerja migran dari daerah anak benua Asia (India, Bangladesh dan Pakistan), yang bekerja di sektor konstruksi dan kelautan.

Zika pertama kali ditemukan di Uganda pada 1947, dan kemudian menciptakan kluster infeksi manusia dari 1960-an sampai 1980-an di Afrika dan Asia. Zika menyebar ke Brasil setelah warga Brasil bepergian ke Asia.

WHO menyebut Zika sebagai darurat kesehatan global karena kaitannya dengan mikrosepali. Di Brasil saja, Zika dikaitkan dengan sekitar 1.800 kasus mikrosepali, demikian Reuters.



Credit  ANTARA News


Australia, Taiwan, Korsel keluarkan peringatan perjalanan ke Singapura

Australia, Taiwan, Korsel keluarkan peringatan perjalanan ke Singapura
Potongan gambar infeksi virus Zika pada otak bagian depan manusia. (Johns Hopkins University/ Xuyu Qian)
 
Singapura (CB) - Australia, Taiwan dan Korea Selatan menyarankan perempuan hamil dan yang tengah merancang kehamilan tidak bepergian ke Singapura setelah virus Zika menulari lebih dari 50 orang di negara kota itu.

Wabah dan peringatan tersebut menjadi pukulan telak bagi pariwisata di salah satu pusat pelancongan tersibuk di dunia itu, yang berjuang pulih dari keterpurukan di tengah perlambatan pertumbuhan dunia.

Singapura melaporkan kasus pertama penularan Zika pada akhir pekan lalu dan jumlah penularan virus yang dibawa nyamuk itu dilaporkan terus melonjak hingga 56 penderita. Setidaknya 36 penderita sudah pulih.

Virus Zika terlacak di Brasil pada 2015 dan sejak itu menyebar ke seluruh Amerika. Virus tersebut mengancam perempuan hamil karena bisa menyebabkan cacat lahir parah.

Virus tersebut di Brasil dikaitkan dengan lebih dari 1.800 kasus mikrosefalus, cacat lahir pada bayi dengan kepala dan otak yang kecil.

Dari 56 kasus terkonfirmasi di Singapura, hanya seorang perempuan yang terinfeksi.

Taiwan, Australia, dan Korsel menyarankan perempuan hamil dan mereka yang tengah merencanakan kehamilan untuk menunda perjalanan ke Singapura.

Mereka yang kembali dari negara tersebut harus mencegah kehamilan selama dua bulan.

Para pelancong Korsel akan menerima pesan teks peringatan saat mereka tiba di Singapura.

Malaysia dan Indonesia yang merupakan tetangga terdekat Singapura, telah meningkatkan langkah pencegahan menyusul wabah tersebut, dengan memasang pemindai suhu tubuh di bandara-bandara dan pos-pos pemeriksaan perbatasan.

Badan Pariwisata Singapura mengatakan tengah memantau perkembangan dan menambahkan bahwa negara kota itu masih tetap merupakan "tujuan wisata yang aman", dan terlalu dini untuk menilai dampaknya.

Lebih dari 55 juta orang melintasi bandara Changi, Singapura setiap tahun. Pada pertengahan pertama tahun ini, kedatangan pariwisata mencapai hampir 8,2 juta, dibandingkan dengan sekitar 7,3 juta pada periode sama 2015.

Perdagangan retail Lazada Singapura mengatakan pada Selasa, penjualan obat pengusir nyamuk dan produk-produk pencegahan lainnya meningkat hingga lima kali lipat dalam tiga hari terakhir, dibandingkan penjualan sepekan lalu.

Asing

Pihak berwenang terus memeriksa ribuan rumah di tujuh wilayah Singapura, termasuk lima asrama pekerja asing, Selasa.

Petugas menyemprotkan insektisida dan menyingkirkan habitat potensial bagi nyamuk untuk berkembang biak seperti air yang menggenang dan tanah lembap pada saluran air.

Mayoritas orang yang terinfeksi Zika di Singapura adalah pekerja asing, namun pemerintah tidak mengungkapkan kewarganegaraan mereka.

Komisi Tinggi Bangladesh yang mewakili komunitas pekerja asing terbesar mengatakan tidak ada seorang pun dari pekerja asing yang terinfeksi itu warga Bangladesh.

Kedutaan besar China dan Myanmar di Singapura mengatakan mereka tidak diberitahu oleh pihak Singapura apakah warga negara mereka termasuk di antara mereka yang terinfeksi. Kedubes Thailand tidak menjawab telepon untuk meminta komentar.

Para pekerja asing di Singapura yang kebanyakan bekerja di sektor konstruksi dan industri kelautan, mendapat upah minimal 2 dolar Singapura per jam, seringkali bekerja 12-14 jam per hari dan mengambil cuti beberapa hari. Mereka tidak sering bepergian.

Lokasi konstruksi GuocoLand, tempat ditemukannya para pekerja yang terinfeksi, masih tutup pada Selasa pagi, kata fotografer Reuters yang berada di lokasi.

Lokasi tersebut diperintahkan menghentikan aktivitasnya pada Minggu dan memperbaiki kondisi yang memungkinkan nyamuk berkembang biak.

Para pakar kesehatan kawasan mengatakan virus Zika diduga tidak semuanya dilaporkan di seluruh kawasan tropis Asia Tenggara karena otoritas kesehatan setempat gagal melakukan penyaringan secukupnya.




Credit  ANTARA News


Senin, 29 Agustus 2016

Singapura akui terpapar virus Zika

 
Singapura akui terpapar virus Zika
Representasi permukaan virus Zika. (Purdue University/Tim Riset Richard Kuhn-Michael Rossmann)
kami perkirakan akan banyak lagi kasus serupa mengingat kebanyakan orang-orang yang terinfeksi virus ini memperlihatkan sedikit atau sama sekali tidak ada gejala
Singapura (CB) - Kementerian kesehatan Singapura memastikan kasus pertama virus Zika yang ditularkan dari dalam negerinya sendiri yang berkaitan dengan mikrosefali atau cacat pada bayi sejak lahir seperti terjadi di Brasil.

Seorang perempuan Malaysia berusia 47 tahun yang bekerja di negara kota itu dipastikan tertular virus itu, namun kondisinya dinyatakan sehat dan telah pulih.

Mengingat perempuan ini tidak pernah bepergian ke wilayah-wilayah terpapar virus Zika, maka kemungkinan dia tertular virus itu di Singapura, kata kementerian kesehatan Singapura.

Tiga kasus lainnya dinyatakan positif virus Zika lewat uji pendahuluan terhadap sampel urin dan kini sedang diperiksa lebih jauh.

Zika terdeteksi di Brasil tahun lalu dan sejak itu menyebar ke benua Amerika. Virus ini membuat wanita hamil terancam risiko cacat sejak lahir pada bayi. Virus ini sudah terpapar pada 1.600 kasus mikrosefali di Brasil.

Singapura menaksir kasus serupa akibat virus yang berasal dari nyamuk yang menciptakan kehebohan di Amerika Latin dan Karibia itu akan lebih banyak lagi.

"Dengan kehadiran Zika di wilayah kami dan volume perjalanan warga Singapura dan juga para turis, adalah tak terelakkan akan ada kasus impor Zika ke Singapura," kata kementerian itu.

"Juga ada risiko penularan lokal lebih lanjut, kami perkirakan akan banyak lagi kasus serupa mengingat kebanyakan orang-orang yang terinfeksi virus ini memperlihatkan sedikit atau sama sekali tidak ada gejala," sambungnya.

Kementerian Singapura mengaku tengah menskirining kontak-kontak terdekat pasien dan menggelar serangkain tes pada makhluk atau kehidupan di sekitar pasien. Klinik-klinik telah diperintahkan bersiap untuk menghadapi semakin banyaknya kasus ini, demikian Reuters.





Credit  ANTARA News

















Rabu, 03 Agustus 2016

Korea Utara Tembakkan Misil ke Laut Jepang


 
Ed Jones/AFP Misil balistik Musudan dalam sebuah parade militer di Pyongyang, Korea Utara.
SEOUL, CB - Korea Utara, Rabu (2/8/2016), kembali melakukan uji coba teknologi perang dengan menembakkan misil ke arah Laut Jepang.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan memperkirakan, uji coba misil ini dilakukan sebagai reaksi Korea Utara atas rencana penempatan sistem pertahanan rudal AS di Korea Selatan.

Misil itu ditembakkan dari dekat kota Unyul, wilayah barat Korea Utara, pada sekitar pukul 07.50 waktu setempat atau sekitar pukul 04.50 WIB.

Uji coba ini menyusul penembakan tiga misil balistik pada 19 Juli lalu yang disebut Korea Utara sebagai simulasi serangan nuklir terhadap Korea Selatan.

Pyongyang telah melakukan serangkaian uji coba misil balistik tahun ini sebagai bentuk perlawanan terhadap sanksi yang dijatuhkan PBB.

Korea Utara bahkan bersumpah akan melakukan aksi fisik melawan rencana penempatan sistem pertahanan rudal AS di Korea Selatan.

Pyongyang juga berulang kali mengancam akan melakukan serangan nuklir terhadap Korea Selatan dan AS, meski tujuan utamanya adalah mengembangkan teknologi nuklir khusus untuk menyerang AS.

Secara khusus ketegangan antara AS dan Korea Utara semakin meruncing setelah Washington memutuskan memasukkan nama Kim Jong Un ke dalam daftar para pelanggar HAM dunia.


Credit  KOMPAS.com






Selasa, 17 Mei 2016

Studi: 50 Tahun ke Depan, Hawaii Hancur Total oleh Mega-Tsunami


Studi 50 Tahun ke Depan Hawaii Hancur Total oleh Mega Tsunami
Sebuah studi menyatakan wilayah Hawaii akan hancur total oleh mega-tsunami dalam 50 tahun ke depan. | (Reuters)

HAWAII - Sebuah studi mengungkap bahwa gempa besar akan melanda Alaska dan menghasilkan tsunami yang akan menghancurkan total wilayah Hawaii dalam 50 tahun ke depan.

Studi itu dilakukan para peneliti di University of Hawaii (UH) di Manoa. Para peneliti menemukan potensi  gempa berkekuatan lebih dari 9 skala richter yang akan mengguncang Kepulauan Aleutian. Potensi gempa besar itulah yang diyakini akan memicu mega-tsunami yang bisa membuat Hawaii hancur total.

Hasil studi itu telah dipublikasikan di Journal of Geophysical Research.

”Ini adalah peristiwa langka. Tidak terjadi sepanjang waktu, tetapi ada kesempatan bagi mereka dan usaha kami di sini adalah untuk mencoba  menentukan seberapa kesempatan yang mungkin ada,” kata salah satu ilmuwan, Rhett Butler, yang merupakan ahli geofisika di School of Ocean and Earth Science and Technology UH.

Butler, Neil Frazer dan William Templeton dari Portland State University menciptakan model numerik berdasarkan dasar dari lempeng tektonik yang memungkinkan mereka untuk membuat perhitungan seperti itu.

Tim peneliti melihat data gempa yang diikuti tsunami hampir 500 tahun yang lalu, di mana hampir 400.000 penduduk dan wisatawan terkena dampak. Selain itu, kerusakan juga terjadi dengan kerugian sekitar USD40 miliar.

Tim mempelajari informasi pada gempa bumi paling kuat yang terjadi selama dua abad terakhir, yang meliputi gempa Tohoku pada tahun 2011, gempa Sumtera-Andaman tahun 2004, gempa Alaska pada tahun 1964, gempa Chile pada tahun 1960, dan gempa Kamchatka pada tahun 1952.

”Kelima peristiwa mewakili setengah dari energi seismik yang telah dirilis secara global sejak tahun 1900. Peristiwa berbeda dalam rincian, tetapi semuanya menghasilkan tsunami besar yang menyebabkan kerusakan besar,” kata Butler, seperti dilansir Russia Today, Senin (16/5/2016).

Masih menurut para ilmuwan, jika gempa besar benar-benar melanda Kepulauan Aleutian, maka penduduk Hawaii memiliki waktu sekitar empat jam untuk menyelamatkan diri dari tsunami.

Penelitian ini, kata Butler, bukan untuk menakut-nakuti. Tapi, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan warga.

Tim ini sekarang mengumpulkan data untuk menghitung probabilitas gempa bumi di Pasifik.



Credit  Sindonews






Senin, 16 Mei 2016

Virus Zika terdeteksi di Singapura


Virus Zika terdeteksi di Singapura
Waspada virus zika. (ANTARANews/Ardika)
 
Singapura (CB) – Singapura pada Jumat (13/05) mendeteksi kasus Zika pertama dari seseorang yang pernah berkunjung ke Brasil, ungkap pusat wabah penyakit tersebut seperti dikutip dari AFP. 

Kementerian Kesehatan mengatakan pria asing berusia 48 tahun itu, yang memiliki izin tinggal permanen di Singapura, pernah mengunjungi Sao Paolo pada 27 Maret hingga 7 Mei. 

Dia mengalami demam dan ruam mulai 10 Mei dan dirawat di rumah sakit dua hari kemudian serta diisolasi, menurut pernyataan bersama kementerian kesehatan bersama National Environment Agency (NEA). 

Brasil merupakan sumber wabah virus Zika, dengan virus itu dituding sebagai penyebab cacat pada bayi yang baru lahir dari wanita yang terinfeksi.

“Pasien itu terbukti positif mengidap Zika pada 13 Mei,” menurut pernyataan bersama itu seraya menambahkan pasien tersebut akan dipindahkan ke Communicable Diseases Centre di Tan Tock Seng Hospital milik pemerintah.




Credit  ANTARA News




Selasa, 15 Maret 2016

Ini Chamber Hiperbarik di RSAL Mintohardjo




CB, Jakarta -  chamber hiperbarik adalah ruangan yang memiliki tekanan lebih dari udara atmosfer normal (1 atm atau 760 mmHg).
Dalam kondisi normal, oksigen dibawa oleh sel darah merah ke seluruh tubuh. Tekanan udara yang tinggi akan menyebabkan jumlah oksigen yang dibawa oleh sel darah merah meningkat hingga 400 persen.

Terapi oksigen hiperbarik adalah suatu cara pengobatan di mana peserta terapi bernapas dengan menghirup oksigen murni (100 persen) di dalam RUBT, lebih dari 1 atmosfer absolut.

HBO merupakan terapi utama pada penyakit penyelaman dan terapi tambahan pada berbagai penyakit klinis. Oksigen sangat diperlukan makhluk hidup agar seluruh organ tubuhnya dapat berfungsi normal dan tetap sehat.

Oksigen hiperbarik merupakan metode terapi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dan didukung berbagai hasil penelitian (Evidence Based Medicine).


Manfaat Terapi HBO

Ada 3 manfaat terapi oksigen hiperbarik, pertama untuk pengobatan utama, di antaranya penyakit penyelaman (Decompression Sickness dan Emboli Gas Arteri), keracunan gas (CO, HCN, H2S), mempercepat pelepasan gas beracun, dan meningkatkan kadar oksigen.

Kedua, manfaat klinis di antaranya untuk luka yang sulit sembuh seperti luka penderita kencing manis, luka terinfeksi, gas gangren, infeksi tulang, crush injury, compartment syndrome, luka bakar, luka pascaoperasi dan transplantasi.
Manfaat klinis lainnya seperti meningkatkan sistem pertahanan tubuh untuk mengatasi infeksi dan pembentukan cabang-cabang pembuluh darah baru untuk mengatasi penyumbatan dan kerusakan pembuluh darah.

Ada juga pengobatan kencing manis, gangguan saraf seperti stroke dan neuropati, gangguan telinga seperti tuli mendadak dan telinga berdenging, gangguan keseimbangan seperti vertigo, penyempitan pembuluh darah mata, gangguan saluran cerna seperti tukak lambung, mengatasi infeksi jamur dan alergi.

Terakhir, adalah meningkatkan kebugaran dan kecantikan. Sebab, terapi ini dapat meningkatkan kadar oksigen seluruh tubuh, mempercepat penyembuhan pada kelelahan fisik, dan meningkatkan pembentukan jaringan kolagen untuk kelenturan. Bahkan, terapi ini bermanfaat untuk kecantikan kulit dan memperbaiki pola tidur.

Kadispenal Laksamana Muda Muhammad Zainuddin sebelumnya menjelaskan tabung chamber‎ yang telah menewaskan 4 orang itu digunakan untuk pengobatan HBO.

"‎Pengobatan hiperbarik oksigen pertama kalinya digunakan untuk penyakit dekompresi atau decompression sickness," ucap Zainuddin, Jakarta, Senin.

Menurut dia, penyakit dekompresi adalah suatu penyakit yang dialami oleh penyelam atau pekerja tambang bawah tanah akibat penurunan tekanan udara atau naik ke permukaan secara mendadak.

Saat ini pemakaian HBO dengan chamber selain untuk penyakit dekompresi akibat penyelaman, juga bermanfaat bagi berbagai penyakit klinis lainnya.

"Selama ini memang (chamber) digunakan oleh penyelam-penyelam TNI AL," ujar Zainuddin.

Chamber sendiri berfungsi untuk menetralisasi oksigen dalam tubuh usai menyelam atau kecelakaan saat menyelam. Alat yang pada tahun 2012 lalu seharga sekitar Rp 3 miliar itu jarang dimiliki instansi lain selain TNI AL.
Alat khusus milik TNI AL itu saat ini hanya ada di RSAL Mintohardjo, Jakarta, dan di RSAL di Surabaya, Jawa Timur. Alat ini bekerja dengan cara memasok oksigen ke dalam tubuh. Sehingga oksigen dalam tubuh kembali normal jika mengalami kecelakaan saat menyelam pada kedalaman tertentu.

Pada kecelakaan saat penyelaman, biasanya akan terjadi kekurangan tekanan udara dalam tubuh akibat terbentuknya gelembung gas nitrogen di paru-paru, aliran darah, dan jaringan lainnya. Kondisi ini umumnya terjadi saat penyelam naik ke permukaan air.

Sistem kerjanya dilakukan melalui proses pemberian oksigen 100 persen kepada pasien di dalam ruangan (hyperbaric chamber) dengan tekanan udara tertentu.

Selain untuk kecelakaan, alat ini juga bisa menyembuhkan berbagai penyakit seperti penyakit kulit, otot, tulang, atau untuk kebugaran.

Di Jakarta, banyak warga yang memanfaatkan alat ini. RSAL Mintoharjo Jakarta, misalnya, rata-rata setiap hari 20 orang berkunjung untuk menjalani terapi oksigen tersebut‎.







Credit  Liputan6.com


Senin, 29 Februari 2016

Warsito: Kalau Cuma Jual Lisensi, Buat Apa Pulang ke RI

Belum ada perlindungan untuk perusahaan riset alat kesehatan di RI.

Warsito: Kalau Cuma Jual Lisensi, Buat Apa Pulang ke RI
Pertemuan Kemenkes dan tim Warsito P Taruno (kanan) di Jakarta, Rabu (2/12/2015). (Tangkapan layar YouTube)
CB - Penemu Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) untuk terapi kanker, Warsito Purwo Taruno mengakui telah menekan kontrak dengan Singapura. Dalam kontrak tersebut ia menceritakan, Singapura menawarkan iming-iming agar teknologinya diproduksi dan label Singapura. Namun ia tegas menolaknya.

"Kita tidak ada kontrak penjualan lisensi. Riset, pengembangan dan produksi kita masih berusaha untuk bisa dilakukan di dalam negeri. Riset di Indonesia jalan terus," kata dia kepada VIVA.co.id, Minggu 28 Februari 2016.

Meski mengharapkan riset dibangun di dalam negeri, tapi pria asal Karanganyar, Jawa Tengah itu masih sangsi dengan jaminan keberlangsungan riset di Indonesia.

Absennya jaminan itu, kata dia, bisa dilihat tidak ada produk hukum yang melindungi risetnya. Warsito mencontohkan, belum adanya Peraturan Pemerintah turunan penelitian alat kesehatan dari UU Kesehatan yang dikeluarkan 2009. Sementara Permenkes untuk uji klinis alat kesehatan dan aturan khusus dari riset agar masuk pasar berkembang juga belum ada.

"Selama itu tak ada, tak ada yang akan jamin perusahaan kecil berbasis riset seperti kita," tutur doktor Shizuoka University, Jepang tersebut.

Dia mengatakan bagi perusahaan kecil atau riset yang muncul dari penemu tidak bisa langsung serta merta masuk ke standar pasar. Sebab perusahaan atau produk inovasi harus melalui inkubasi dan peningkatan dari pasar yang terbatas, sebelum menembus pasar bebas. Proses tersebut, kata Warsito, belum dijamin berjalan di Indonesia.

"Jadi pada dasarnya tak ada perlindungan bagi kita inventor atau perusahaan kecil berbasis riset," jelas dia.

Dengan peta penelitian tersebut, maka Warsito mengatakan, peluang yang paling mungkin bagi penemu atau inovator Indonesia mau tak mau menjual Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan merapat ke pemodal.

"Kalau itu saya lakukan, buat apa saya dulu pulang ke Indonesia," ujar penemu Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT).

Diberitakan sebelumnya, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad nasir menceritakan Warsito curhat Singapura ingin penetapan label adalah buatan Singapura, kendati produksi dilakukan di negara mereka.

Namun, menurut Nasir, label harus tetap buatan Indonesia, karena di Indonesia ada pengakuan teknologi ECCT dan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) temuan Warsito dan hak cipta ada di tangannya.

“Nanti keuntungannya, sebagian Indonesia, sebagian Singapura,” katanya.

Awal bulan ini, Warsito telah menerima undangan pelatihan mengenai alat yang ia temukan ke Warsawa, Polandia. Selanjutnya, ilmu teknologi antikanker Warsito sudah ditunggu-tunggu di Kanada, Amerika Serikat, Australia, Singapura, Malaysia, Sri Lanka, Rusia, Dubai, Arab Saudi sampai India.





Credit  VIVA.co.id





Selasa, 16 Februari 2016

Kepala Bayi Mengecil Bukan Disebabkan oleh Virus Zika?


Riset dokter menemukan mikrocephaly disebabkan ada virus di air minum.

Kepala Bayi Mengecil Bukan Disebabkan oleh Virus Zika?
Ilustrasi/Bayi terdampak virus Zika di Amerika Selatan (http://www.clickittefaq.com)
 
CB – Merebaknya virus Zika di sejumlah negara telah menjadi kekhawatiran. Perempuan hamil pun disarankan berhati-hati.
Sebab, virus ini disebut berkaitan erat dengan penyakit cacat lahir pada bayi yang baru lahir yakni, Mikrocephaly, atau mengecilnya kepala bayi.
Namun, baru-baru ini, kabar bahwa virus Zika yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegepty, justru mendapat bantahan dari sekelompok dokter di Argentina.
Mereka mencurigai bahwa munculnya kasus mikrocephaly, belum tentu berkaitan dengan virus Zika. Namun, lebih kepada munculnya larva beracun yang berada di air yang berada di Brasil.
Seperti dikutip dalam techtimes.com, Selasa 16 Februari 2016, dari riset dokter terungkap bila pada 2014, di Brasil pernah disuntikkan sebuah larvasida kimia untuk menghentikan populasi jentik nyamuk di tangki air minum negara itu.
Cairan kimia itu dikenal dengan Pyriproxyfen yang diproduksi oleh Sumitomo Chemical, yakni anak perusahaan dari Monsanto.
"Malformasi terdeteksi dalam ribuan anak-anak dari ibu hamil yang tinggal di daerah, di mana negara bagian Brasil menambahkan pyriproxyfen untuk air minum, ini bukan kebetulan," tulis laporan dokter Argentina dalam PCST.
Kelompok dokter ini juga membandingkan dengan masa lalu. Kala itu, riset mereka menunjukkan bahwa meski 75 persen warga di Brasil terinfeksi virus Zika, namun tidak ada catatan kemunculan mikrocephaly.
"Di negara-negara seperti Kolombia di mana ada banyak kasus Zika, tidak ada catatan dari microcephaly terkait dengan Zika," ujar laporan tersebut.




Credit  VIVA.co.id




Kamis, 11 Februari 2016

Warsito ke Luar Negeri, Kemenristekdikti Panik

Teknologi antikanker Warsito di dalam negeri masih dievaluasi.

Warsito ke Luar Negeri, Kemenristekdikti Panik
Warsito Purwo Taruno saat mendapatkan penghargaan BJ Habibie Award (VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto)
 
CB - Penemu Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) untuk terapi kanker, Warsito Purwo Taruno, memilih untuk mengembangkan teknologi antikankernya di luar negeri, setelah di dalam negeri belum mendapatkan lampu hijau dari pemerintah. Dua kementerian yaitu Kementerian Kesehatan dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi masih mengevaluasi teknologi temuan Warsito tersebut.

Warsito mengawali berbagi teknologi antikanker di mancanegara dalam pelatihan internasional ECCT. Dia memulainya dari Warsawa, Polandia. Pria berkacamata itu mengatakan, setelah memutuskan berkarya di luar negeri, ada perwakilan dari kementerian yang menghubunginya.

"Ada (yang menghubungi). Sepertinya panik juga, terutama kemenristekdikti. Tapi ya apa boleh buat," kata Warsito kepada VIVA.co.id, Rabu malam, 10 Februari 2016.

Dia berpandangan perlunya pemerintah segera mengeluarkan aturan untuk penelitian alat kesehatan dan aturan uji klinis. Aturan ini, kata dia, untuk jaminan perlindungan hukum bagi praktik uji klinik dan riset alat kesehatan di Indonesia.

"Tapi itu tidak ada di Indonesia. Selama aturan tak ada, setiap orang bisa klaim valid apa yang dilakukan oleh para peneliti. Sebaliknya pula, setiap orang bisa klaim tidak valid kalau tak suka," tuturnya.

Terkait produk perlindungan hukum, Warsito mengatakan menyerahkan kepada pemerintah apakah aturan itu berupa Peraturan Pemerintah atau Peraturan Menteri.

"PP/Permen itu turunan dari amanah Pasal 38 UU No.36/2009 tentang penelitian alat kesehatan," kata dia.

Dalam kesempatan itu, Warsito juga mengkritik sikap lamban pemerintah atas aturan penelitian alat kesehatan dan uji klinis terhadap manusia. Selama 7 tahun, aturan yang dimaksud itu belum dibuat oleh pemerintah, padahal penelitian dan riset klinis terhadap manusia bisa dianggap penting.

"Dan kita disalahkan karena tidak mengikuti standar aturan yang benar, sementara aturannya sudah 7 tahun tak dibuat," keluh Warsito.

Sebelumnya, Warsito mengumumkan misi pelatihan teknologi ECCT di luar negeri melalui akun Facebooknya. Keputusan itu diambil setelah dia mengaku bingung dengan nasib teknologi antikanker yang ia kembangkan di dalam negeri.

"Warsawa adalah kota kelahiran Marie Curie, fisikawan, penemu Polon dan Radon, satu-satunya wanita yang meraih Nobel dua kali, pionir radio terapi 100 tahun lebih yang lalu. Sekarang, kami memulai pelatihan ECCT internasional pertama untuk pengobatan kanker dari tempat pertama kali Curie Intitute of Oncology, Warsawa didirikan," tulis Warsito dalam akun Facebooknya.
Setelah menggelar pelatihan di Polandia, ilmu teknologi antikanker Warsito sudah ditunggu-tunggu di Kanada, AS, Australia, Singapura, Malaysia, Sri Lanka, Rusia, Dubai, Arab Saudi sampai India.


Credit  VIVA.co.id



Seluruh Dunia Antre Pelajari Teknologi Antikanker Warsito

Di Tanah Air, teknologinya kurang direspons positif oleh pemerintah.

Seluruh Dunia Antre Pelajari Teknologi Antikanker Warsito
Warsito P. Taruno, pencipta alat pembasmi kanker payudara
 
CB – Penemu Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) untuk terapi kanker, Warsito Purwo Taruno, memilih untuk mengembangkan teknologi antikankernya di luar negeri. Ia memulainya dari Warsawa, Polandia.
Langkah itu dilakukan menyusul ketidakjelasan status teknologinya itu di dalam negeri.
Dua kementerian yaitu, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Riset dan Teknologi sudah berbulan-bulan, sejak akhir tahun lalu, mengevaluasi teknologinya.
Namun evaluasi belum selesai, malah kedua kementerian itu masih butuh waktu lagi untuk evaluasi.
Warsito mengatakan mulai menggelar pelatihan internasional ECCT di Warsawa, Polandia. Alasannya, ada lembaga di kota ini yang sudah melirik teknologi antikankernya sejak tahun lalu.
"Tadinya kami kurang begitu merespons, tetapi karena mereka sangat antusias dan kondisi dalam negeri tak kondusif, akhirnya kami lebih fokus ke sana (Polandia)," kata dia kepada VIVA.co.id, Rabu 10 Februari 2016.
Namun ternyata tak hanya Warsawa saja yang berminat untuk mendalami teknologi antikanker. Warsito mengatakan hampir seluruh dunia sudah antre mempelajari teknologi temuannya.
"Yang sekarang lagi menunggu yaitu Kanada, AS, Australia, Singapura, Malaysia, Sri Lanka, Rusia, Dubai, Arab Saudi, India juga," ujar Warsito.
Selain antrean dari lembaga atau komunitas, teknologi ECCT Warsito itu juga diminati kalangan individual, yang tak kalah antusias.
"Tambah perorangan banyak sekali. Kemungkinan kita akan jadwalkan training tahun ini sebisanya," ujar Warsito.
Terkait banyaknya permintaan pelatihan teknologi antikanker di luar negeri, Warsito mengaku tak menutup kemungkinan akan memboyong mantan karyawannya yang sudah dirumahkan menyusul tutupnya klinik riset teknologi kanker di Tanah Air.
Diketahui pada awal Februari lalu, 70 persen karyawannya di-PHK setelah klinik ditutup.
"Kalau di luar negeri sudah berkembang, kemungkinan bisa direkrut kembali," tutur dia.
Sebelumnya, Warsito mengumumkan misi pelatihan teknologi ECCT di luar negeri melalui akun Facebooknya.
Keputusan itu diambil setelah dia mengaku bingung dengan nasib teknologi antikanker yang ia kembangkan di dalam negeri.
"Warsawa adalah kota kelahiran Marie Curie, fisikawan, penemu Polon dan Radon, satu-satunya wanita yang meraih Nobel dua kali, pionir radio terapi 100 tahun lebih yang lalu. Sekarang, kamu memulai pelatihan ECCT internasional pertama untuk pengobatan kanker dari tempat pertama kali Curie Intitute od Oncology, Warsawa didirikan," tulis Warsito dalam akun Facebooknya.




Credit  VIVA.co.id





Rabu, 10 Februari 2016

Peneliti AS ke Puerto Riko Pelajari Guillain-Barre

Menyelidiki kaitan penyebaran Zika dengan sindrom ini.

Peneliti AS ke Puerto Riko Pelajari Guillain-Barre
Guillian-Barre bisa menyebabkan kelumpuhan total (cpreplab.weebly.com)
 
  CB - Dr. James J. Sejvar, seorang pakar neuroepidemiologi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Amerika Serikat (U.S. Centers for Disease Control and Prevention/CDC) bertolak ke Puerto Riko untuk mempelajari apakah virus Zika menyebabkan peningkatan kasus gangguan neurologis langka yang dikenal sebagai sindrom Guillain-Barre.

"Saat ini kami sedang fokus di Puerto Riko, di mana kami baru saja mulai meneliti kaitan kasus Zika dengan sindrom Guillain-Barre. Dengan harapan kami dapat menemukan titik terang penyebab munculnya wabah ini," ujar Sejvar, seperti dikutip dari situs Channel News Asia, Rabu, 10 Februari 2016.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bulan lalu meramalkan bahwa Zika akan menyebar ke semua negara di Amerika, kecuali Kanada dan Chili. Pada 5 Februari lalu, Pemerintah Puerto Riko mengumumkan negara dalam keadaan darurat terhadap Zika lantaran wabah ini berkembang menjadi 22 kasus.

Guillain-Barre adalah sindrom langka di mana kekebalan tubuh menyerang sistem saraf di dalam tubuh kita. Ini biasanya terjadi beberapa hari setelah terpapar virus, bakteri atau parasit.

Seseorang yang terkena Guillain-Barre akan merasakan rasa lemas pada kaki, lengan dan menyerang tubuh bagian atas. Dalam beberapa kasus, sindrom ini menyebabkan kelumpuhan total.

Nantinya, kata Sejvar, hasil penelitiannya di Puerto Riko ini akan dikembangkan lebih lanjut dan mengidentifikasinya apakah penyebaran Zika ini berhubungan erat dengan Guillain-Barre.



Credit  VIVA.co.id








Selasa, 09 Februari 2016

Universitas Airlangga perlu enam bulan produksi vaksin Zika


Universitas Airlangga perlu enam bulan produksi vaksin Zika
Dokumentasi Menteri Kesehatan, Nila Moeloek (kiri), dan Menko PMK, Puan Maharani (kanan), saat memberikan keterangan pers usai mengikuti rapat kabinet terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu (3/2). Rapat tersebut membahas soal pencegahan penyebaran virus Zika di Indonesia. (ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf)
 
Surabaya (CB) - Pusat Penelitian Flu Burung (AIRC) Universitas Airlangga membutuhkan waktu enam bulan untuk membuat vaksin Zika jika diperlukan pemerintah, karena hampir semua negara yang bisa membuat vaksin, pasti akan menawarkan dan mengikrarkan untuk membuat vaksin Zika.

"Kami hanya membutuhkan waktu selama enam bulan untuk bisa menghasilkan vaksin Zika, namun kami akan bekerjasama dengan industri vaksin nasional, seperti PT Bio Farma di Bandung, yang selama ini telah kerjasama dengan kami," kata Ketua AIRC Universitas Airlangga, Chairul A Nidom, saat dihubungi, Minggu.

Ahli vaksin ini menjelaskan, pembuatan vaksin Zika lebih mudah dibandingkan vaksin DBD, yang sampai saat ini belum pernah dihasilkan. Karena struktur virus DBD rumit, seperti halnya perkembangbiakan nyamuk di daerah satu dengan lain yang berbeda.

"Vaksin DBD sampai saat ini memang sulit, namun untuk vaksin Zika kami siap memproduksinya karena kami telah membuat beragam vaksin terkait penyakit tropis yang pernah menjadi wabah di Indonesia seperti vaksin flu burung, vaksin Pandemic, vaksin MERS, dan vaksin flu haji dan umroh," paparnya.

Ia mengatakan pada Mei mendatang, pihak itu juga siap bekerja sama untuk menghasilkan vaksin polio dan vaksin virus Rota yang selama ini masih belum diproduksi.

Dengan kemampuan para ahli di Indonesia, tambahnya masyarakat tidak perlu khawatir terhadap isu penyakit Zika karena virus ini bisa diantisipasi dengan menjaga daya tahan tubuh atau immune manusia yaitu mengonsumsi rempah-rempah berkulitas dalam makanan atau minuman.

"Masyarakat bisa mengonsumsi rempah-rempah atau dalam bahasa Jawa, empon-empon, dalam makanan atau minumannya, jangan mengonsumsi makanan cepat saji maupun penyetan karena tidak mengandung gizi," tuturnya.

Sementara itu, Institut Penyakit Tropis Universitas Airlangga juga telah mampu mendeteksi virus Zika dengan menggunakan Real Time Polymerase Chain Reaction (RTPCR), meskipun beberapa laboratorium riset lainnya juga telah memiliki alat ini screening virus ini.

"Beberapa laboratorium riset sudah memiliki alat RTPCR, namun tidak semua laboratorium riset memiliki tenaga ahli menganalisa menggunakan alat ini karena teknik analisa tidak hanya didukung kelengkapan alat tetapi pengembangan dari analisa identifikasi virus," jelas Kepala ITD Universitas Airlangga, ProfMaria Inge Lusida MD PhD.

Menurut dia, alat ini bisa mendeteksi beragam virus dengan menggunakan serum untuk mengenali virusnya, namun dalam pengenalan virus ini dibutuhkan tenaga ahli yang bisa mendeteksi beragam virus.

"Prinsip dasar alat ini yaitu memperbanyak gen dalam virus yang bereaksi dengan serum tertentu, misalnya dengan serum A diketahui virus tertentu akan bereaksi, maka saat dilakukan screening akan terlihat jumlah virus ini lebih banyak," katanya. 

"Alat ini bekerja secara kuantitatif pada komputer setelah sampel dimasukkan dalam alat," ujarnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, untuk memastikan virus Zika, maka dibutuhkan waktu hingga satu pekan dari hasil deteksi virus DBD, terlihat virus jenis lain yang belum dikenali. 

Analisa kecurigaan ini bisa sampai dua hari, kemudian dilakukan pemastian dengan berbagai pengujian hingga lima hari.



Credit  ANTARA News


Perangi Zika, Presiden Obama Bakal Gelontorkan Rp 25 Triliun

Perangi Zika, Presiden Obama Bakal Gelontorkan Rp 25 Triliun

Presiden AS, Barack Obama memberikan pidato kenegaraan (state of union address) terakhir di Washington, 13 Januari 2016. Presiden Barack Obama meminta rakyat Amerika Serikat untuk tidak mencemaskan teror dan perekonomian sehingga tidak perlu mengkhawatirkan masa depan mereka. REUTERS/Evan Vucci
 
CBJakarta - Presiden Barack Obama meminta Kongres Amerika Serikat mencairkan dana sebesar US$ 1,8 miliar atau hampir Rp 25 triliun guna melawan penyebaran virus Zika. Seperti yang dilansir dari Reuters, dana tersebut nantinya akan digunakan untuk menciptakan vaksin virus Zika.

Meski demikian, Obama mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari virus yang menyebar cepat di Amerika Latin, Amerika Tengah, dan Karibia tersebut. “Berita baiknya adalah ini tidak seperti Ebola, orang tidak mati karena Zika. Banyak orang terinfeksi dan tidak sadar mereka memilikinya,” kata Obama kepada CBS News, Senin, 8 Februari 2016.

Obama meminta Kongres mencairkan dana US$ 200 juta untuk penelitian, pengembangan, dan komersialisasi vaksin baru dan tes diagnostik untuk virus. "Namun seharusnya tidak ada kepanikan. Ini bukan sesuatu di mana orang akan mati karenanya. Namun ini harus disikapi dengan serius,” katanya.

Hingga saat ini, tak ada vaksin atau pengobatan untuk Zika. Virus yang dianggap membawa wabah microcephaly (mikrosefalia), atau penyusutan otak pada balita, tersebut dianggap relatif jinak. Kebanyakan orang terinfeksi tidak merasa sedang sakit karena tak ada gejala seperti demam ataupun iritasi pada kulit.

Badan obat-obatan Eropa (EMA) yang berbasis di London, regulator obat Eropa, mengatakan telah membentuk tim ahli untuk menangani Zika. Badan ini bertugas memberi saran dan masukan kepada perusahaan-perusahaan pembuat vaksin dan obat-obatan.

Di tempat terpisah, Direktur Institut Nasional Alergi dan Infeksi Amerika Serikat Anthony Fauci berharap Amerika Serikat tak terinfeksi Zika secara besar-besaran. Sebab, vaksin tidak akan siap dalam beberapa tahun mendatang.

"Kami sudah mulai mengembangkan vaksin pada tahap awal, dan kami tidak bisa memprediksi bahwa kami mungkin akan berada pada fase percobaan pertama, hanya untuk menentukan apakah itu aman. Jika ada respons yang baik, mungkin itu terjawab pada akhir musim panas atau pada akhir tahun ini,” kata Fauci.

Para ilmuwan sedang bekerja untuk mencari tahu apakah ada hubungan sebab-akibat antara Zika dan bayi yang lahir dengan mikrosefalia. Penelitian ini dimulai setelah lonjakan kelahiran cacat di Brasil pada saat yang sama ketika virus itu menginfeksi ribuan perempuan hamil.

Di Kongres, upaya Obama ini menghadapi tantangan dari Partai Republik dan beberapa rekannya di Demokrat, yang memintanya untuk bertindak tegas menghadapi Zika. Meski demikian, Obama menegaskan dana tersebut akan dihabiskan di Amerika Serikat untuk pengujian, pengawasan, dan respons di daerah yang terdampak.

Permintaan dana Obama kepada Kongres juga termasuk US$ 335 juta untuk Badan Pembangunan Internasional AS guna mengontrol nyamuk, kesehatan ibu, dan upaya kesehatan lainnya yang menyangkut Zika.




Credit  TEMPO.CO



Jumat, 05 Februari 2016

Kementerian Kesehatan Keluarkan Travel Advisory Terkait Virus Zika


Ilustrasi (Foto: Latin Times)
Ilustrasi (Foto: Latin Times)


JAKARTA - Kementerian Kesehatan mengunggah travel advisory melalui situs resmi mereka. Hal ini sebagai upaya melindungi masyarakat Indonesia terhadap kemungkinan tertular penyakit yang bersumber dari virus Zika, yang tengah menjangkit di beberapa negara terutama negara-negara Amerika Latin.
Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), memberikan pesan bagi warga negara Indonesia (WNI) yang hendak berkunjung negara yang sedang terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) virus Zika, dianjurkan untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk dengan cara memakai pakaian panjang dan tertutup, menggunakan obat oles antinyamuk, dan tidur menggunakan kelambu atau dalam kamar dengan kawat kassa antinyamuk.
Selanjutnya, dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter bila mengalami sakit.
“Wanita hamil sebaiknya tidak berkunjung ke negara yang sedang KLB penyakit virus Zika. Jika terpaksa harus melakukan perjalanan ke negara tersebut, hendaknya melakukan tindakan pencegahan dari gigitan nyamuk secara ketat”, ujar Menkes, dalam situs resmi Kemenkes, Jumat (5/2/2016).
Bagi siapa saja yang baru kembali dari negara yang sedang mengalami KLB penyakit virus Zika, juga diminta untuk memeriksakan kondisi kesehatannya dalam kurun waktu 14 hari setelah tiba di Indonesia.

“Segera periksakan diri ke dokter apabila mengalami keluhan atau gejala demam, ruam kulit, nyeri sendi dan otot, sakit kepala, dan mata merah. Jangan lupa, sebutkan riwayat perjalanan dari negara yang sedang KLB penyakit virus Zika kepada dokter pemeriksa”, pesan Menkes.
Pemerintah dinilai perlu mengambil langkah untuk mencegah kemungkinan masuknya virus dari luar negeri yang dilakukan oleh tingginya intensitas lalu lintas barang dan manusia lintas negara. Kementerian Kesehatan akan meningkatkan kewaspadaan di pintu masuk negara melalui Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di seluruh bandara dan pelabuhan di Indonesia. Upaya lainnya adalah meningkatkan pelayanan di fasilitas kesehatan.
Adapun negara-negara yang mengalami KLB Virus Zika, yaitu: Brazil, Cape Verde, Colombia, El Savador, Honduras, Martinique, Panama, dan Suriname. Sedangkan negara-negara yang memiliki status transmisi aktif, yaitu: Barbados, Bolivia, Curacao, The Dominican Republic, Ecuador, Fiji, French Guiana, Guadalope, Guatemala, Guyana, Haiti, Meksiko, New Caledonia, Nicaragua, Paraguay, Puerto Rico, Saint Martin, Samoa, Tonga, Thailand, US Virgin Islands, dan Venezuela.
Menkes berpesan agar masyarakat tetap waspada terhadap perkembangan virus Zika, namun hendaknya tidak panik dan berlebihan.



Credit  Okezone


Perusahaan Farmasi India Klaim Berhasil Kembangkan Vaksin Virus Zika

Perusahaan farmasi India mengklaim berhasil mengembangkan vaksin virus zika (Foto: Reuters)
Perusahaan farmasi India mengklaim berhasil mengembangkan vaksin virus zika (Foto: Reuters)

HYDERABAD – Kabar baik muncul dari India. Ilmuwan-ilmuwan India mengklaim mereka berhasil mengembangkan dua vaksin virus Zika. Dua vaksin tersebut berhasil dikembangkan oleh Bharat Biotech International yang berpusat di Hyderabad, India.
“Kami mungkin adalah perusahaan vaksin pertama di dunia yang memasukkan hak paten vaksin zika sembilan bulan lalu. Diharapkan formula tersebut dapat meningkatkan antibodi sebagai pertahanan utama menghadapi infeksi virus zika,” ujar Direktur Bharat Biotech Krishna Ella, dilansir Russia Today, Jumat (5/2/2016).
Riset mengenai vaksin antivirus zika tersebut dimulai sejak sembilan bulan lalu. Mereka kini akan memulai uji coba vaksin kepada hewan dan manusia. Jika berhasil, vaksin tersebut akan mulai tersedia bagi masyarakat umum dalam waktu empat bulan. Ella mengklaim perusahaannya dapat memproduksi hingga satu juta vaksin.
Riset tersebut dilakukan usai Bharat Biotech secara legal mengimpor virus tersebut ke India pada 2015. Ella meminta izin secara langsung kepada Perdana Menteri Narendra Modi. Dia mendesak Modi agar penelitian segera dilakukan lewat serangkaian uji klinis.
“Perdana Menteri harus ambil bagian dalam proyek ini untuk membantu negara seperti Brasil dan Kolombia di mana kita bisa melakukan ‘diplomasi vaksin’. Kita harus membantu mereka. Kami sangat ingin membantu dan mewujudkan masyarakat dunia yang sehat,” tutup Ella.




Credit  Okezone




Kamis, 04 Februari 2016

Kasus Pertama Virus Zika Tahun Ini Tercatat di Thailand


Kasus Pertama Virus Zika Tahun Ini Tercatat di Thailand  
Ilustrasi (Getty Images)
 
Jakarta, CB -- Kasus pertama virus Zika tercatat pada awal tahun ini di Thailand. Pemerintah Thailand mengatakan virus Zika bukan sesuatu yang baru di negara itu dan mengimbau masyarakat untuk tidak panik.

Diberitakan Bangkok Post, Rabu (3/2), Rumah Sakit Bhumibol Adulyadej mengonfirmasi telah merawat pasien yang terjangkit Zika pada awal bulan lalu.

AVM Santi Srisermphok, direktur rumah sakit itu mengatakan seorang pria berusia 20 tahunan dirawat pada 24 Januari karena virus Zika yang membuatnya menderita demam, ruam-ruam, mata merah, serta nyeri pada sendi dan otot.

Pasien telah dipulangkan setelah dinyatakan sehat. AVM Santi menambahkan, rumah sakit itu kini menerapkan langkah pengawasan infeksi Zika yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti.

Menteri Kesehatan Publik Amnuay Kajina menegaskan Thailand telah menerapkan langkah pengawasan dan pencegahan penyebaran virus Zika seperti yang diimbau oleh WHO.

Sebagai bagian dari upaya ini, Kementerian Thailand bekerja sama dengan Royal Thai College of Obstetricians and Gynaecologists untuk melakukan pemindaian yang lebih baik terhadap wanita hamil yang menunjukkan gejala infeksi Zika seperti demam dan ruam.

Jika menjangkiti ibu hamil, Zika bisa menyebabkan cacat pada janin, seperti mikrosepalus, atau ukuran kepala bayi yang kecil dan menyebabkan perkembangan otak janin tidak sempurna.

Namun Kementerian Kesehatan Thailand menegaskan publik tidak perlu panik karena virus ini belum mewabah di Thailand. Negara itu juga bukan kali pertama mengenal virus ini.

Menurut Kementerian Kesehatan Publik Thailand, setiap tahunnya hanya ada lima kasus Zika di negara itu sejak tahun 2012.

"Warga Thailand tidak perlu khawatir. Thailand tidak terkena wabah penyakit ini. Kami telah meminta semua orang untuk mengawasi dan mempersiapkan langkah untuk mengatasi virus ini. Kebanyakan pasien dengan penyakit ini bisa sembuh," ujar Kementerian Kesehatan Publik Thailand, dikutip Reuters.

Virus Zika menjadi perhatian dunia setelah menyebabkan ribuan cacat pada bayi di Brasil. WHO bulan lalu mengatakan bahwa penyebaran Zika yang pesat di Amerika Latin karena kurangnya kekebalan tubuh.

Belakangan, virus Zika dilaporkan telah memasuki Amerika Serikat dan menyebar melalui hubungan seksual dengan penderita yang diduga baru melakukan perjalanan ke Brasil.

Malaysia dan Singapura juga mewaspadai risiko tinggi penyebaran Zika dari Thailand.

Di Indonesia sendiri, berdasar data dari Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Kementerian Kesehatan RI, virus zika sudah bersirkulasi sejak 1977. Namun, sampai saat ini, Indonesia belum melaporkan adanya virus zika yang menjangkit.


Credit  CNN Indonesia



Ini Hasil Sementara Uji Teknologi Antikanker Warsito


Kemenkes nilai teknologi itu belum sesuai dengan kaidah kesehatan.

Ini Hasil Sementara Uji Teknologi Antikanker Warsito
 (ANTARA)
 
CB - Pelaksana tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Tritarayati, memaparkan alasan mengapa Kemenkes belum juga memberikan status klinik terapi kanker yang dikembangkan oleh Warsito P Taruno.
Diketahui, peneliti tersebut telah menemukan alat Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) untuk diagnosis kanker dan Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) untuk terapi kanker.
Menurut hasil uji dari Kemenkes, wanita yang akrab disapa Tari itu mengatakan, pengembangan alat ECCT dan ECVT baik pra-klinik maupun klinik, tidak seusai dengan alat pengembangan kesehatan yang benar. Meskipun, ECCT dan EVCT dilakukan secara simultan atau bersamaan.

“Jadi kalau kita bicara tahapan penelitian, itu mulai dari invitro, uji hewan sampai invivo, invivo ini artinya uji klinis ke manusia, masuk fase 1, 2, 3, ini (teknologi Warsito) simultan sekaligus,” jelasnya.

Hasil lain dari uji yang telah dilakukan, kata Tari, yaitu mengenai penelitian klinik yang tidak dikerjakan di fasilitas kesehatan. "Nah, ini tidak seusai dengan kaidah penelitian kesehatan yang benar," katanya.

Kemudian, terkait penelitian yang menyangkut manusia, Tari menegaskan, untuk itu seharusnya menggunakan ethical clearance atau kelayakan etik, yang merupakan keterangan tertulis yang diberikan oleh komisi etik penelitian untuk riset.

“Di Edwar Technology (klinik riset Warsito), pengembangan alat, produsen alat dan penggunaan alat, ada pada single agency di Edwar Technology, nah yang tidak lazim dalam pengembangan alat kesehatan medis,” tuturnya.


Credit  VIVA.co.id