Tampilkan postingan dengan label BUDAYA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BUDAYA. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 Juni 2015

4 Fakta Unik Candi Borobudur


CB, Jakarta - Di antara sendu cahaya purnama, ribuan lampion bakal diterbangkan ke langit Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, malam ini. Lampion-lampion yang menggantung di langit itu adalah pertanda berakhirnya prosesi Waisak, hari raya agama Buddha.

Candi yang dibangun pada masa Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra pada 824 Masehi ini memang menjadi tempat perayaan Waisak setiap tahunnya. Sebelum menerbangkan lampion, para biksu bersama umat Buddha membawa api dharma dan air berkah dari Candi Mendut ke Borobudur.

Doa-doa lalu dilantunkan hingga saatnya para biksu mengelilingi Borobudur sebanyak 3 kali atau pradaksina.

Namun tak cuma saat Waisak Borobudur menjadi pusat perhatian. Apalagi masih banyak fakta tersembunyi di balik kesohoran candi terbesar di dunia itu.

Berikut sederet fakta mengagumkan tentang Candi Borobudur yang dihimpun Liputan6.com pada Selasa (2/6/2015):


Misteri Nama Borobudur

Gubernur Jenderal Britania Raya, Thomas Stamford Raffles yang berjasa mengarahkan perhatian dunia pada susunan batu bergambar yang tersebar di daerah Kedu -- lokasi Borobudur menurut legenda Jawa. Hingga batu-batu yang sebagian besar telah terkubur di bawah gundukan tanah dan ditumbuhi semak belukar itu kemudian digali pada 1814.

Dia lantas menuliskan laporan temuannya itu lewat buku The History of Java pada 1817. Dan lewat buku itu pula nama Borobudur pertama kali dituliskan.

Tak banyak yang diketahui tentang asal-usul nama tersebut. Hingga kini pun masih misterius. Namun situs Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat, pada zaman dahulu di sekitar Candi Borobudur tumbuh subur pohon budur. Budur diartikan sebagai pohon bodhi atau pohon kehidupan.

Di samping itu, Raffles juga disebut memiliki 3 versi arti dari nama Borobudur. Yakni, budur yang kuno (Boro= kuno, budur= nama tempat), lalu Sang Buddha yang agung (Boro= agung, budur= Buddha), dan Buddha yang banyak (Boro= banyak, budur= Buddha)

Sementara ahli Jawa Kuno, Poerbatjaraka disebutkan memiliki pendapat lain tentang arti nama Borobudur. Menurut dia, Borobudur berasal dari kata biara (tempat suci atau kuil) dan bidur yang berarti tempat tinggi.

Kedua kata itu bermakna kuil di tempat yang tinggi. Atau biara di Budur (Budur=nama tempat/desa).


 Disebut dalam Kitab Nagarakertagama

Nama Borobudur juga disebut dalam kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca 1365 Masehi. Dalam kitab itu diceritakan tentang adanya bangunan suci agama Buddha dari aliran Wajradhara yang disebut sebagai budur.

Laman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud menyebutkan, sampai saat ini kata budur hanya dipakai oleh masyarakat pedesaan yang bertempat tinggal di wilayah Borobudur.

Karena itu kata budur yang disebut dalam kitab Negarakertagama diperkirakan adalah Candi Borobudur.

Nagarakertagama bercerita tentang kehidupan pada zaman Kerajaan Majapahit. Kitab yang ditulis di atas pelepah lontar itu sendiri kini telah diakui oleh Badan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB atau UNESCO sebagai warisan dokumenter ingatan dunia (Memory of the World).


Mengapa Ditinggalkan?

Hingga saat ini belum ada yang bisa menjawab alasan mengapa Borobudur ditinggalkan hingga akhirnya terkubur dalam tanah sebelum ditemukan kembali oleh Raffles. Sebagian menduga, candi tersebut ditinggalkan karena bencana letusan Gunung Merapi.

Borobudur memang terletak di lokasi istimewa. Diapit 2 pasang gunung, Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur serta Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara. Juga Pegunungan Menoreh di sebelah selatan. Selain itu Borobudur juga terletak di antara 2 sungai, Progo dan Elo.

Pun begitu dengan asal batu-batu besar penyusun Borobudur yang masih misterius. Tak diketahui pasti dari mana batu tersebut didapatkan.


Danau Purba
Seniman dan pakar arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp mengajukan teori kontroversial pada 1931. Dia menyebut, daratan Kedu dulunya adalah sebuah danau purba.
Menurut dia, Borobudur merupakan perlambang bunga teratai yang mengapung di atas permukaan danau. Saat itu, hipotesa ini menjadi perdebatan hangat di kalangan para ilmuwan.
Sementara Van Bemmelen dalam bukunya The Geology of Indonesia menyebutkan, batu-batuan hasil letusan besar pada 1006 telah menutupi danau di Borobudur hingga menjadi kering. Material vulkanik itu pula yang diduga menutupi candi tersebut hingga dilupakan sebelum ditemukan kembali.
Namun masih diperlukan penelitian-penelitian lebih mendalam untuk menguak misteri di balik Candi Borobudur tersebut.



Credit  Liputan6.com


Gus Dur Diusulkan Jadi Wali ke-10

Kata-kata yang diucapkan Gus Dur sering menjadi kenyataan.

Gus Dur Diusulkan Jadi Wali ke-10
Makam Abdurahman Wahid (Gusdur) di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang (VIVA/Dody Handoko)
 
CB - Di pemakaman mantan Presiden Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, di komplek Pesantren Tebu Ireng Jombang, Jatim, terdengar banyak peziarah yang menambah kalimat tahlil sambil menangis, "Laa ilaaha illallah, Muhammadurrasulullah, Gus Dur waliyullaah," (Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah, dan Gus Dur adalah wali Allah).

Meski banyak yang tidak percaya, banyak juga yang percaya bahwa Gus Dur adalah seorang wali, yakni, manusia yang oleh Allah diberi kemampuan khusus untuk mengetahui dan mengantisipasi hal-hal yang belum terjadi.

Selama ini, masyarakat jawa mengenal Wali Sanga, atau wali sembilan di tanah Jawa. Kini, ada usulan almarhum mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid, alias Gus Dur dinobatkan sebagai wali ke-10.

Usulan itu datang dari mantan juru bicara kepresidenan, saat Gus Dur menjadi Presiden, Yahya C. Staquf. Pernyataan Yahya ini disampaikan,  ketika ditemui di rumahnya yang di Jl. Bisri Mustofa, Kota Rembang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

Gus Dur bagi banyak warga Nahdliyyin adalah "wali", sekaligus "orang suci" sejak waktu yang sudah cukup lama, ketika ia masih hidup. Banyak hal berkaitan dengan gaya hidup, pernyataan, dan tindakan Gus Dur sehari-hari yang bagi kalangan masyarakat tertentu sangat kontroversial, nyleneh , dan sulit dipahami; namun bagi banyak warga Nahdliyyin justru merupakan pertanda ‘kewalian’ Gus Dur.

Bagi banyak warga Nahdliyyin, seorang wali sederhananya tidak bisa dipahami dengan logika lurus, atau menggunakan pandangan dan indrawi kasat mata belaka. Ketika meninggal namanya pun semakin harum.

Yahya melihat, kecintaan umat yang begitu besar pada Alm. Gus Dur terlihat dari ribuan peziarah yang mengunjungi makam Gus Dur. ”Orang-orang yang berziarah ke makam Walisongo pasti menyempatkan untuk berziarah juga ke makam Gus Dur di Jombang. Malah justru sekarang terbalik ke makam Gus Dur dulu, baru pulangnya ziarah ke wali yang lain,” ujar Yahya.

Yahya mengungkapkan, peziarah yang datang ke makan Gus Dur banyak yang menangis. Mereka bukan hanya warga biasa. Banyak orang berpendidikan yang melakukan hal sama.

"Banyak yang menangis itu bukan orang biasa, tetapi ada yang bergelar doktor," ujar Yahya.

 Setiap hari banyak pelayat yang sangat antusias yang tidak hanya sekadar melayat dan membacakan tahlil buat almarhum, tetapi juga mengambil bunga-bunga dan tanah yang ada di pemakaman Gus Dur, yang mereka percayai mengandung berkah.
Bahkan, ada pelayat yang mencium kuburan, agar mendapat berkah dari mendiang Gus Dur.

Gus Dur juga bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan bidang apa saja, padahal Gus Dur tidak pernah mempelajarinya. Maka banyak orang menganggap Gus Dur mempunyai ilmu Ladunni, yaitu ilmu yang langsung diajarkan oleh Allah Diceritakan bahwa Gus Dur menguasai tujuh bahasa dunia.

"Kata–kata yang diucapkan Gus Dur, juga sering menjadi kenyataan," kataYahya.

Menurut Yahya, kekuatan fisik Gus Dur juga luar biasa, padahal telah kena stroke. Serangan stroke Gus Dur dialami suatu hari di kamar mandi kantor PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) di Kramat Raya, Jakarta. Pintu kamar mandi itu tak kunjung terbuka. Kamar mandi itu terkunci dari dalam dan Gus Dur berada di dalamnya.

Orang-orang meng­gedor-gedor pintu, tak ada sahutan. Ketika akhirnya pintu itu dijebol, orang mendapati Gus Dur tergeletak bersimbah darah muntahannya. "Itulah strokenya yang pertama dan paling dahsyat yang sungguh-sungguh merenggut kedigdayaan fisiknya," kata Yahya.


Credit  VIVA.co.id


Jumat, 29 Mei 2015

Candi Kalasan Terancam Alami Pelapukan



 
Haris Firdaus/KOMPAS Petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta melakukan pemetaan di Candi Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (28/5/2015). Pemetaan itu untuk mengetahui kerusakan yang terjadi di candi tersebut. Sejumlah batuan di Candi Kalasan mengalami pelapukan antara lain karena terdapat rekahan di bagian atas bangunan candi sehingga air hujan pun dapat masuk ke dalam candi.


CB - Candi Kalasan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, terancam mengalami pelapukan. Rekahan di bagian atap candi menyebabkan air hujan bisa masuk dan meresap ke sela-sela bebatuan candi. Air juga meresap dari bagian bawah karena tanah tempat candi itu berdiri mengandung banyak air.

"Ada rekahan di bagian atap Candi Kalasan akibat beberapa gempa bumi yang melanda Yogyakarta," kata Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta Tri Hartono, Kamis (28/5/2015), di Sleman.

Candi Kalasan terletak di Dusun Kalibening, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, tidak jauh dari Jalan Yogyakarta-Solo. Candi tersebut didirikan pada 778 Masehi oleh penganut agama Buddha. Menurut data BPCB Yogyakarta, candi itu memiliki tinggi 34 meter, panjang 45 meter, dan lebar 45 meter.

Air hujan yang masuk ke sela-sela batuan candi menyebabkan penggaraman yang mengakibatkan pelapukan di sejumlah batu di Candi Kalasan. Penggaraman terjadi karena ada unsur kapur pada batu-batu candi.

"Pemugaran Candi Kalasan pada masa Pemerintah Hindia Belanda menggunakan semen sebagai bahan perekat batuan. Nah, semen itu kan mengandung kapur. Sementara jika kapur terkena air, akan terjadi penggaraman," katanya. Dia menambahkan, penggaraman tersebut menyebabkan batu-batu di Candi Kalasan mengelupas sehingga berpotensi dapat merusak relief di tempat itu.

Air meresap

Menurut Tri, meresapnya air dari bagian bawah candi karena permukaan tanah tempat Candi Kalasan berdiri saat ini lebih rendah dibandingkan dengan wilayah sekitar. "Tinggi genangan air bisa mencapai 50 sentimeter," ujarnya. Air dari dalam tanah kemudian meresap ke bangunan candi yang sebagian terkubur di dalam tanah. Hal tersebut membuat batuan candi lembab dan mudah ditumbuhi mikroorganisme, misalnya lumut, ganggang, dan jamur yang menyebabkan pelapukan batuan candi.

Tri menyatakan, BPCB Yogyakarta kemungkinan membuat saluran air di sekitar Candi Kalasan agar genangan tak lagi muncul. Selain itu, BPCB Yogyakarta berencana membuat atap pelindung. "Itu masih rencana. Kami sedang mengkaji untuk mencari solusi," katanya.

Petugas Bagian Pemeliharaan BPCB Yogyakarta, Andriyani Wardaningsih, mengatakan, pihaknya sedang memetakan pelapukan di Candi Kalasan. Pemetaan itu sejak pertengahan April 2015 dan direncanakan selesai pertengahan Juni mendatang. "Pemetaan di semua sisi candi, termasuk di bilik-bilik yang ada," ujarnya.



Credit  KOMPAS.com


Rabu, 27 Mei 2015

Status Warisan Dunia dalam Arsip KAA Jadi Soft Diplomacy

Mustari Irawan (kiri) Melantik Rieke Dyah Pitaloka (kanan) sebagai Duta Arsip Indonesia (Foto: Dika/Okezone)
Mustari Irawan (kiri) Melantik Rieke Dyah Pitaloka (kanan) sebagai Duta Arsip Indonesia (Foto: Dika/Okezone)
JAKARTA  (CB) – Anggota DPR RI dari Partai Demokrasi Indonesia Rieke Dyah Pitaloka mengatakan, diakuinya arsip Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Gerakan Non Blok (GNB) untuk menjadi Memory of the World UNESCO dapat menjadi soft diplomacy bagi Indonesia. Diharapkan pengakuan dari badan PBB untuk kebudayaan tersebut dapat menumbuhkan dan menjalin kembali persahabatan di antara negara-negara anggota KAA.
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) diketahui telah menunjuk anggota DPR RI dari Partai demokrasi Indonesia Rieke Dyah Pitaloka untuk menjadi Duta Arsip. Pelantikan perempuan yang pernah berprofesi sebagi artis itu dilakukan di sela acara Seminar Internasional Arsip KAA dan Arsip GNB sebagai Memory of the World (warisan budaya dunia), di Jakarta.
Dalam pidatonya, Rieke mengibaratkan arsip bagaikan harta karun yang mempunyai nilai dan bermakna baik di untuk saat ini dan di masa depan. Dia merasa mendapat sebuah tanggung jawab besar.
“Terima kasih kepada arsip nasional yang berkenan memberikan penghargaan yang juga merupakan tanggung jawab besar. Saya mencintai arsip. Harta karun dalam bentuk sosialisasi yang terorganisir. Dokumen sejarah yang bermakna untuk masa kini dan di masa depan,” ujar Rieke ketika ditemui wartawan di Jakarta, Selasa (26/5/2015).
Sebagai Duta Arsip, perempuan yang akrab dengan peran Oneng dalam komedi Bajaj Bajuri ini menyatakan ada beberapa hal yang ingin dia capai.
Mensosialisasikan arsip di tengah modernitas saat ini menjadi tujuan pertamanya. Dia juga ingin mengembalikan arsip-arsip Indonesia yang hilang atau berada di luar negeri, dan untuk saat ini dia ingin mendukung arsip KAA dan GNB untuk menjadi Memory of the World UNESCO.


Credit  Okezone

Selasa, 19 Mei 2015

Studi: Orang Melayu, Petani Pertama di Dunia

Mereka bertani dan beternak di daratan yang kini tenggelam: Sunda

Studi: Orang Melayu, Petani Pertama di Dunia
[Close]Ads bySelectionLinks
Petani di areal sawah di Jawa Timur (ANTARA FOTO/Saiful Bahri)
[Close]Ads bySelectionLinks
  CB - Penelitian Arkeolog Malaysia menyebutkan orang Melayu merupakan petani pertama. Orang Melayu, kata peneliti, lebih dahulu menjalankan praktik tani dengan budidaya padi dan beternak wilayah di Benua Sunda (Sundaland) pada masa lalu.

Presiden Institut Arkeologi Malaysia (IAAM), Dato Nik Hassan Shuhaimi Nik Abdul Rahman menyebutkan orang Melayu sudah bertani padi dan memelihara ternak pada 10 ribu sampai 14 ribu tahun lalu.

Dikutip Phys.org, Senin 18 Mei 2015, hal itu terungkap dalam seminar Asal-usul Orang Melayu dan kerajaan di Asia Tenggara yang diselenggarakan pertengahan bulan lalu.

Nik Hassan mengatakan ras Melayu yang dikenal Malay-Polyenesians itu mendirikan kerakaan yang polanya meminjam dari budaya India.

Seiring perluasan kerajaan, maka wilayah kerajaan ras Melayu kemudian muncul di Funan, Chanpa, Langkasuka, Sriwijaya, Majapahit dan Malaka.

Ditambahkan Nik Hassan, peradaban Melayu berkontribusi bagi peradaban dunia pada umumnya. Peradaban ini memberikan pengaruh pada kehidupan sosial budaya, bahasa, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi militer sampai hubungan antarbangsa.

Penelitian yang dijalani arkeolog tersebut juga menemukan bahwa orang Melayu berasal dari Benua Sunda. Wilayah semenanjung cekung besar yang membentuk Laut Jawa, Malaka, Selat Sunda dan pulau di sekitarnya.

Dia menambahkan pada masa lalu akibat naiknya permukaan laut menyebabkan pulau-pulau di Benua Sunda menyusut. Maka para pengembara laut saat itu terpaksa menjelajahi setiap sudut Melayu.

Dalam seminar itu, peneliti sejarah dan penulis studi, Zaharah Sulaiman mengatakan ras Melayu berasal dari nenek moyang Aborigin Orang Asli yang berakar dari Benua Sunda. Nenek moyang ras Melayu itu muncul dari 60 ribu tahun lalu.

Pendapat Zaharah itu dibuktikan dari hasil studi DNA yang dilakukan pada Orang Asli dan sisa-sisa manusia prasejarah.

Pada gilirannya orang Melayu menyebar ke berbagai wilayah melalui migrasi dan akhirnya membentuk suku Proto melayu dan masyarakat adat di Asia Tenggara.




Credit  VIVA.co.id

Jumat, 15 Mei 2015

Mahasiswa Lintas Bangsa Mainkan Angklung di Australia

Mahasiswa lintas bangsa memainkan Angklung bersama-sama. (Foto: Dok. Okezone)
Mahasiswa lintas bangsa memainkan Angklung bersama-sama. (Foto: Dok. Okezone)
Surabaya  (CB) - Suhu 8 derajat celcius di penghujung musim gugur tidak menghalangi semangat para mahasiswa dan akademisi lintas bangsa dan budaya untuk memainkan angklung di Australia. Dalam rangka memeriahkan Flinders University Multicultural Festival, mereka memainkan alunan angklung dengan lagu Australia, Waltzing Matilda.
Di bawah arahan para pemain profesional dari grup Adelindo Angklung pimpinan Ferry Chandra itu, para mahasiswa tersebut juga menyajikan lagu-lagu lain, seperti Manuk Dadali, Madu dan Racun, sampai We are the Champions.
Salah satu panitia festival, Siti Maesaroh menuturkan bahwa instrumen musik dari Tanah Sunda ini memenuhi misi dari Flinders University Multicultural Festival sebagai jembatan dan ruang bersama untuk bertemu dan saling berinteraksi.
"Angklung menjadi media yang sangat efektif untuk mempertemukan para pelajar internasional dengan keragaman bangsa, budaya, dan agamanya," ujarnya dalam surat elektronik, Jumat (15/5/2015).
Perempuan yang akrab disapa Site ini memaparkan, para pelajar Flinders dari Australia, Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika dalam festival yang diselenggarakan Flinders University Student Association (FUSA) itu berusaha untuk mendemonstrasikan kekhasan budaya masing-masing, baik musik, nyanyian, tarian, permainan, maupun makanan masing-masing negara.
"Dalam kesempatan itu, selama tiga hari perwakilan Indonesia selain menampilkan angklung dan juga tari Bali, Saman, Yospan, Tor Tor, Jaipong, rebana, dan pencak silat. Makanan Indonesia, seperti rendang, bakso, bakwan, dan risol juga dijajakan," imbuh mahasiswi yang sedang menempuh program master kajian disabilitas itu.
Beberapa mahasiswa asing yang turut memainkan angklung tersebut merasa senang bisa berpartisipasi dalam festival multikultural di kampus Flinders yang dilaksanakan pada 13 sampai 15 Mei tersebut. "Cantik, harmonis, dan saya langsung jatuh cinta pada angklung," ucap Soira Tamang, mahasiswi berkebangsaan Bhutan saat meluapkan perasaannya sambil memeluk angklung.
Kekaguman yang sama juga dialami oleh Shizuka Nakagawa yang mengenakan baju khas Jepangnya. "Amazing! Saya bahagia luar biasa bisa bersama-sama teman dan mahasiswa lainnya memainkan alat musik dari bambu ini," tuturnya.


 Credit  Okezone





Aktor Didi Petet meninggal dunia


Aktor Didi Petet meninggal dunia
Aktor Didi Petet (tengah) bersama Laudya Cynthia Bella dan Verdi Solaiman (ki-ka atas) saat konferensi pers Indonesian Movie Award 2013 di Jakarta, Selasa (21/5). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja) 
 
 
Jakarta (CB) - Aktor senior Didi Widiatmoko atau yang lebih dikenal dengan nama Didi Petet meninggal dunia pada usia 58 tahun di Bambu Apus, Tangerang Selatan, Jumat pagi.

"Beliau meninggal pukul 05.30 di kediamannya," kata Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf saat dihubungi Antara News, Jumat.

Triawan, yang mendapat kabar duka dari keluarga almarhum, mengatakan Didi Petet kelelahan setelah pulang dari Milan mengurusi Pavilion Indonesia di World Expo Milano 2015.

"Sakit, kelelahan, asam lambung naik setelah pulang dari Milan," ujar ayah dari Sherina Munaf itu.

Menurut dia, kondisi Didi Petet sudah melemah sejak di Milan dan sempat dirawat di rumah sakit Milan sebelum pulang ke Indonesia pada 9 Mei 2015.

Didi Petet, yang lahir di Surabaya pada 12 Juli 1956, menghembuskan nafas terakhir di rumahnya di Jl. Bambu Apus No. 75 Kedaung, Ciputat, Tangerang Selatan.

Dia telah membintangi banyak film dan tampil di teater sejak era 80an. Ia antara lain dikenal dengan perannya dalam film-film seperti "Catatan Si Boy", "Si Kabayan Saba Kota", "Petualangan Sherina", "Pasir Berbisik", "Ketika Cinta Bertasbih" dan "Guru Bangsa: Tjokroaminoto".



Credit   ANTARA News

Rabu, 13 Mei 2015

Upaya Warga Australia Tampilkan dan Ajarkan Pencak Silat


 
ABC International Mick Honegger saat beraksi di atas panggung Festival Sate Indonesia.



  CB - Pencak silat mungkin tidak sepopuler olahraga bela diri lain, seperti taekwondo dari Korea Selatan, muay thai dari Thailand, atau jiu jitsu asal Jepang. Tapi dedikasi para atlet pencak silat di Australia patut diacungi jempol karena berupaya mempopulerkan bela diri, yang diketahui berasal dari Indonesia ini.

Federasi Pencak Silat Australia, atau APSF, membawahi lebih dari 20 cabang perguruan tinggi silat yang tersebar di Australia.

Menurut Michael Honegger, Sekretaris Federasi Pencak Silat Australia, ada beberapa tantangan untuk mempopulerkan bela diri yang pertama kali dimainkan di Sumatera ini.

"Pencak silat mungkin belum terlalu dikenal di Australia seperti bela diri dari negara lainnya," ujar Mick, sapaan akrab Michael. "Salah satu alasannya adalah belum ada pola bisnis yang cukup baik untuk mempopulerkan pencak silat, seperti muay thai atau jiu jitsu."

Tetapi Mick menilai meski tidak terlalu populer dengan pesat, jumlah peminatnya bisa dikatakan tetap ada.

Mick mengaku mulai menyukai pencak silat, setelah ia tinggal di Singapura.

"Pencak silat ini bukan sekedar ilmu bela diri, tetapi filosofi dan unsur budaya Asia yang sangat kental," ujarnya usai tampil dalam Festival Sate Indonesia, yang digelar di Box Hill, Melbourne, Minggu (10/5/2015).

Federasi Pencak Silat Australia baru saja memenangkan medali emas dalam Kejuaraan Silat Dunia yang digelar di Thailand, pada Januari 2015 lalu. Selain warga lokal Australia, beberapa anggota dari federasi ini adalah warga keturunan Indonesia dan Malaysia.

"Dalam pencak silat ini kami sering tampilkan dengan budaya lain, yakni gendang pencak," ungkap Mick. Mick juga menambahkan budaya Indonesia bisa diperkenalkan melalui pencak silat.

"Kami melakukan juga kunjungan ke sekolah-sekolah di Australia untuk memperkenalkan pencak silat," kata Mick.

Di sekolah-sekolah, seperti di sekolah dasar, mereka membuat pelatihan pencak silat. Murid-murid pun diajarkan beberapa jurus dasar pencak silat.

Dalam beberapa festival budaya pun, Pencak Silat Australia kerap tampil. Usai tampil, biasanya mereka mengajarkan teknik-teknik dasar pencak silat.

Salah satunya saat Festival Sate Indonesia 2015. Mereka beraksi di atas panggung dan memberikan pelatihan kepada para penonton.




Credit  KOMPAS.com





Adik Sri Sultan: GKR Pembayun Jadi Putri Mahkota, Ini Bencana Silsilah

Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun
Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun (wikipedia) 

Yogyakarta  (CB) - Adik tiri Sri Sultan HB X, GBPH Prabukusumo mengaku sudah bertemu dengan Sri Sultan pekan lalu. Menurut Prabukusumo, Sultan menjawab bahwa apa yang diucapkan dan dilakukan tersebut adalah perintah Allah SWT. Bahkan Sultan meminta adik-adiknya untuk bisa mengerti, karena itu adalah kehendak Tuhan. Mendengar jawaban itu, ujar Prabukusumo, dirinya dan 10 adik-adiknya tidak bisa menerima, sebab jawaban Sri Sultan sulit diterima nalar.
"Kepada adik-adiknya yang mempertahankan kebenaran paugeran, beliau berkata begitu. Sekarang terserah masyarakat memaknai ucapan dan tindakan Ngarso Dalem (Sri Sultan-red)," kata Prabukusumo.
Menambahkan pendapat kakaknya, GBPH Yudhaningrat menyatakan bahwa 11 adik Sultan telah menyatakan sikap menentang Sabdaraja dan Dawuh Raja yang dikeluarkan Sultan Hamengku Buwono X.
Ke-11 Pangeran tersebut berasal dari tiga istri Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Putra KRAy Ciptamurti (istri ke-4) antara lain GBPH Pakuningrat, GBPH Cakraningrat, GBPH Suryodiningrat, GBPH Suryomataram, GBPH Hadinegoro, GBPH Suryonegoro. Dari istri ke-3, KRAy Hastungkara antara lain, GBPH Condrodiningrat, GBPH Yudhaningrat, GBPH Prabukusumo.
Sedangkan dari istri pertama, KRAy Pintoku Purnomo yaitu GBPH Hadisuryo, dan dari istri kedua, KRAy Windyaningrum adalah KGPH Hadiwinoto, adik kandung HB X. Yudhaningrat juga menyebutkan, pengangkatan GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi yang adalah putri mahkota, akan memutus silsilah Hamengku Buwono. Jika ada perubahan gelar dan perubahan silsilah dari keturunan bukan laki-laki, maka silsilah tersebut akan terputus dan hilang.
“Ini bencana bagi silsilahnya. Silsilahnya akan menurunkan putra-putra GKR Mangkubumi, silsilah Hamengku Buwono akan hilang. Sebab kita ini  patriarki bukan matriarki. Kami para adik berupaya mengingatkan pada Sultan HB X untuk kembali menghayati amanat leluhur, supaya beliau sadar bahwa langkahnya salah,” ujar Yudhaningrat.
Sementara itu, pengamat politik UGM Bayu Dardias Kurniawan mengatakan, alasan mendasar mengenai adanya penolakan oleh para adik-adik Sultan terhadap Sabdaraja dan Dawuh raja, karena Dawuhraja telah menghilangkan kemampuan Kasultanan Yogyakarta untuk memilih pemimpinnya.
Menurutnya, Sultan sama sekali tidak memberikan alternatif sistem. Sehingga Kasultanan Yogyakarta akan dihadapkan pada krisis mencari pemimpin jika garis laki-laki dihapuskan. Bayu juga menyoroti, Sri Sultan HB X tidak mau secara terbuka mengatakan bahwa GKR Mangkubumi-lah yang akan meneruskan tahtanya.
Kondisi pro dan kontra di internal Kraton Yogyakarta masih akan berlanjut, meski Sri Sultan sudah mengemukakannya secara terbuka. Menurut Bayu adik-adik Sultan berupaya mempertahankan masa lalu, sekaligus masa depan Kasultanan. Sementara, Sultan sendiri menyatakan bahwa sikapnya adalah amanat leluhur yang harus ditaati.



Credit Beritasatu.com



Sri Sultan Jelaskan Pergantian Gelarnya

Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Antara/Agus Nugroho) 


Yogyakarta  (CB) - Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menjelaskan pergantian gelar yang disandangnya yang sebelumnya tercakup dalam isi sabdaraja yang dikeluarkan pada 30 April 2015.
Sri Sultan yang mengenakan kemeja batik duduk bersila didampingi istri, GKR Hemas, menjelaskan ihwal pergantian gelar yang disandangnya di hadapan masyarakat dari berbagai daerah di Dalem Wironegaran yang merupakan kediaman puteri pertamanya, GKR Mangkubumi, Jumat (8/5) sore.
Sultan mengatakan, sejak sabdaraja tersebut dikeluarkan, gelar yang disandangnya berubah menjadi Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Suryaning Mataram Senapati Ing Ngalaga Langgeng Ing Bawono Langgeng, Langgeng Ing Toto Panoto Gomo.
Gelar itu mengubah gelar sebelumnya yakni Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senapati Ing Ngalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping Sedasa Ing Ngayogyakarta Hadiningrat.
Menurut Sultan, pergantian nama itu merupakan dawuh atau perintah dari Allah SWT melalui leluluhurnya. Dengan demikian tidak bisa dibantah, dan hanya bisa menjalankan saja.
"Dawuh itu mendadak. Kewenangan Gusti Allah dan tidak diperbolehkan dibantah," kata dia.
Adapun gelar Buwono menjadi Bawono, dia menjelaskan, Buwono memiliki arti jagat kecil sementara Bawono memiliki arti jagat besar.
"Kalau disebut Buwono daerah, ya Bawono berarti nasional. Kalau Buwono disebut nasional, Bawono berarti internasional," kata dia.
Selanjutnya, perubahan kaping sedasa menjadi kasepuluh adalah untuk menunjukkan urutan. Sebab kaping memiliki arti hitungan tambahan, bukan lir gumanti (urutan).
"Seperti kapisan (pertama), kapindo (kedua), katelu (ketiga), dan seterusnya. Jadi tidak bisa kaping sedoso karena dasarnya lir gumanti," kata dia.
Sementara itu, tambahan Suryaning Mataram menunjukkan berakhirnya perjanjian Ki Ageng Pemanahan dengan Ki Ageng Giring yang merupakan periode mataram lama dari zaman Kerajaan Singasari sampai Kerajaan Pajang. Sementara mulai zaman Kerajaan Mataram dengan Raja Panembahan Senapati hingga Kerajaan Ngayogyakarta saat ini merupakan Mataram baru.
Adapun penggantian Kalifatullah Sayidin diganti Langgeng Ing Toto Panoto Gomo adalah menunjukkan berlanjutnya tatanan agama Allah di jagat.
"Hanya itu yang bisa saya artikan, kalau lebih dari itu nanti jadi ngarang sendiri dan belum tentu benar. Saya hanya sekadar menyampaikan dawuh," kata dia.



Credit   Beritasatu.com

Jumat, 08 Mei 2015

Candi Angkor Wat Buatan Warga Magelang Berdiri di Belgia

Batu-batunya diambil dari lava Gunung Merapi

Candi Angkor Wat Buatan Warga Magelang Berdiri di Belgia
Candi Angkor Wat Kamboja dibangun oleh warga Magelang di Belgia (VIVA / Miranti Hirschmann )
 
CB - Candi Angkor Wat dari Kamboja dipilih Taman Pairi Daiza, Belgia, sebagai salah satu wahana yang ada di taman tematik yang terletak di Brugelette, Belgia. Uniknya, proses pengerjaan wahana candi asal Kamboja itu dikerjakan oleh tangan-tangan kreatif asal Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.

Untuk bisa sampai ke Pairi Daiza ini, dapat ditempuh perjalanan sekitar satu jam dari ibukota Brussel. Taman ini memiliki sejumlah wahana dengan tema warisan budaya dan koleksi satwa yang dilindungi.

Setelah memiliki Taman Indonesia dan Kuil Gajah, musim panas tahun ini Pairi Daiza akan membuka wahana baru yaitu The Temple of The Tigers atau Kuil Harimau.

Konsep dari Kuil Harimau ini sebetulnya adalah kandang harimau dan macan tutul, dalam sebuah kompleks kuil replika, yang diambil dari kemegahan candi candi Angkor Wat di Kamboja.

Dalam proses perancangannya, pihak Pairi Daiza tidak menemukan perajin batu asal Kamboja yang sanggup membangun replika tersebut. Belajar dari pembuatan Taman Indonesia yang juga banyak menggunakan batu, maka Pairi Daiza memutuskan untuk kembali menggunakan batu-batu lava Gunung Merapi. Perajin batunya pun, diambil dari Muntilan, Magelang, Jawa Tengah.

Pairi Daiza merancang replika kuil ini. Mengingat ini adalah dekorasi kandang satwa, maka konstruksinya tak hanya menggunakan batu lava, namun juga dilapis dengan beton.

Batu-batu lava guguran Gunung Merapi ini ditata oleh sekitar seribu perajin di Muntilan, kemudian dikirim lewat kontainer laut. Sekitar 150 kontainer berisi batu lava merapi telah tiba di Belgia dan telah memasuki tahap akhir.

Nyoman Alim Mustapha, pimpinan proyek Kuil Harimau ini mengatakan bahwa ia membawa 65 perajin batu asal Muntilan Jawa Tengah untuk merampungkan proyek kuil tersebut. Sekitar 15 orang telah kembali ke Tanah Air,

"Kami mengerjakan di sini kurang lebih enam bulan dan akhir bulan Mei ini harus selesai," ungkapnya.

Selain kandang Harimau dan Macan Tutul, Nyoman Alim Mustapha dan timnya juga menyiapkan gerbang yang dibuat mirip dengan salah satu sisi gerbang di Angkor Wat. Di samping kedua kandang ini juga disiapkan Teras bertema Gajah, yang diambil dari dinding berelief gajah di lokasi lapangan gajah Angkor Wat.

Tak hanya gajah, Teras ini juga dihias dengan relief kera, garuda dan naga berkepala lima yang merupakan ragam hias klasik Kamboja yang banyak terdapat di kompleks candi Angkor Wat.

Selama proses pengerjaan, Nyoman dan timnya yang berasal dari Indonesia itu tinggal di sebuah rumah di sekitar lokasi taman. Tim itu dilengkapi dengan tukang masak. Sehingga setiap hari mereka tetap makan nasi dan lauk pauk khas Indonesia.

Pengunjung  Taman Pairi Daiza mengalami peningkatan dari tahun ke tahun , terutama pada musim semi, musim panas dan awal musim gugur. Biaya masuk taman ini adalah 27 Euro untuk dewasa (sekitar Rp. 350.000) dan 22 Euro untuk anak-anak.



Credit  VIVA.co.id


Kamis, 07 Mei 2015

Kecewa pada Sultan, Abdi Dalem Kembalikan Surat Tugas


Dia kecewa karena Sultan menghapus gelar khalifatullah.

Kecewa pada Sultan, Abdi Dalem Kembalikan Surat Tugas
Sri Sultan Hamengku Buwono X (Antara/ Regina Safri)
 
CB - Seorang abdi dalem (orang yang mengabdikan diri kepada keraton dan raja) Keraton Yogyakarta mengembalikan surat kekancingan atau surat penugasan sebagai kawula kepada Kerajaan. Pengembalian itu adalah bentuk pengunduran diri sebagai abdi dalem.
Abdi dalem bernama Kardi itu mengaku kecewa pada Sultan yang menitahkan Sabda Raja yang, di antaranya, menghapus gelar khalifatullah pada nama Raja Yogyakarta. Menurut Kardi, gelar khalifatullah sejatinya bukan sekadar aksesoris, tetapi bermakna pemimpin umat muslim; pemimpin agama, panutan dan pelindung umat dalam menjalankan kehidupan rohani, terutama bagi masyarakat Yogyakarta. Kalau gelar itu dihapus, Raja Yogyakarta tak lagi berkewajiban menjalankan amanat itu.
Kardi, yang bergelar Mas Wedana Nitikartya menyederhanakan Sultan sebagai khalifatullah adalah pengayom umat. "Kalau gelar dihilangkan, siapa lagi yang akan mengayomi kami (rakyat Yogyakarta),” katanya di Yogyakarta, Kamis, 7 Mei 2015.
Dia mengaku secara sukarela mengundurkan diri sebagai abdi dalem dan tak ingin mencampuri internal Keraton. “Namun sebagai abdi dalem, saya kecewa dengan pergantian gelar Sultan. Gelar Sultan tersebut sudah digunakan sejak Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan HB I setelah disahkannya Perjanjian Giyanti,” katanya menjelaskan.
“Penghapusan gelar tersebut, berarti Sultan yang sekarang tidak sah karena namanya tidak sesuai dengan Perjanjian Giyanti.”
Kardi pernah menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Kota Yogyakarta. Dia mendapatkan surat kekancingan dari Sri Sultan Hamengku Buwono X pada 31 Agustus 2011. Dia mengembalikan surat itu kepada perwakilan Keraton, yakni dua adik Sultan, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Cakraningrat dan GBPH Prabukusumo. Kekancingan itu akan diserahkan Cakraningrat kepada Parentah Hageng.
Gusti Cakraningrat mengatakan bahwa Keraton tak bisa menghalangi atau mencegah keinginan Kardi. Pasalnya, menjadi abdi dalem adalah keinginan Kardi, sebagaimana abdi dalem yang lain.
"Menjadi abdi dalem adalah keinginan dan niat dari mereka. Pengabdian yang besar terhadap Keraton dan Raja mereka. Kami tidak bisa menghalangi kenginan mereka," katanya.



Credit  VIVA.co.id

Adik Sultan Mengaku Tak Diundang di Penobatan Putri Mahkota

Mereka mengetahui Sabda Raja setelah dikabari kerabat di Yogya.

Adik Sultan Mengaku Tak Diundang di Penobatan Putri Mahkota
Sri Sultan Hamengku Buwono X (Antara/ Regina Safri)
 
  CB - Enam adik Sri Sultan Hamengku Buwono X yang bermukim di Jakarta mengaku tak diundang saat Raja Yogyakarta mengeluarkan Sabda Raja pertama pada 30 April 2015. Begitu pula saat Sabda Raja kedua pada 5 Mei 2015, yang menobatkan Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi sebagai Putri Mahkota.

Seorang dari adik Sultan, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Suryodiningrat, mengatakan dia dan lima saudaranya yang bermukim di Jakarta baru mengetahui perihal Sabda Raja itu setelah dikabari kerabat yang berada di Yogyakarta.

"Saat Sabda Raja kami tidak tahu, dan kami tidak mendapat undangan. Soal adanya Sabda Raja kami juga dapat kabar dari kangmas-kangmas (para kakak) di Yogyakarta. Itu pun beberapa jam sebelum Sabda Raja dikeluarkan, jadi kami tidak mungkin datang," katanya di rumah di Ndalem Yudhanegaran atau kediaman GBPH Yudhaningrat di Yogyakarta, Kamis, 7 Mei 2015.

Kelima adik Sultan yang menetap di Jakarta itu adalah GBPH Pakuningrat, GBPH Cokroningrat, GBPH Suryomentaram, GBPH Hadinegoro, dan GBPH Suryonegoro. Mereka dan GBPH Suryodiningrat belum menentukan sikap terkait Sabda Raja.

"Kami berenam masih menunggu penjelasan dari Ngarso Dalem (Sultan). Tadi malam kami sudah dapat penjelasan dari saudara dan kerabat yang di Yogya. Jadi terkait sikap, kami belum bisa menentukan. Pada dasarnya kami semua ingin yang terbaik untuk Keraton dan Keistimewaan Yogyakarta," kata Suryodiningrat.

Enam adik Sultan itu dijadwalkan menghadap sang Raja di Keraton pada Kamis sore. Sultan akan memberikan penjelasan kepada mereka terkait Sabda Raja.


 Credit  VIVA.co.id


Sultan: Saya Tahu Sabda Raja akan Jadi Pro Kontra

Dua sabda yang diumumkan Sultan menuai polemik.

Sultan: Saya Tahu Sabda Raja akan Jadi Pro Kontra
Sri Sultan Hamengku Buwono X. (ANTARA/M Agung Rajasa)
 
  CB - Sabda raja yang dikeluarkan Sultan Hamengkubuwono X menjadi polemik di masyarakat Yogyakarta. Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta itu mengaku sudah memprediksi polemik tersebut akan terjadi di masyarakat, termasuk di internal keraton.

"Itu saya sudah tahu, pasti akan menjadi pro dan kontra," kata Sultan, Kamis 7 Mei 2015.

Sultan juga memprediksi akan banyak masyarakat yang meminta klarifikasi atas sabda raja tersebut.

"Bagi saya berbeda ndak masalah. Mulai besok akan ada masyarakat yang meminta klarifikasi terkait sabda raja," ucapnya.

Sultan mengaku sudah mengundang dua kali adik-adiknya untuk mendengar sabda, namun tidak mau datang.

"Bagaimana saya mau menjelaskan dan bagaimana mereka tahu isi sabda raja, sementara isi sabda yang dimuat di media itu salah," ucapnya.

Sultan mengaku akan mengundang lagi adik-adiknya jika sabda raja sudah selesai dibahas.

"Nanti akan kita undang lagi," katanya.

Ia mengaku tidak mau mengomentari terkait adanya pertemuan adik-adiknya untuk membahas masalah sabda raja. Sultan mengaku akan menggelar jumpa pers terkait masalah ini.

"Bagi saya tidak masalah, pro kontra itu biasa. Tapi, yang jelas, saya selama ini menghindari dengan pers, dengan harapan adik-adik saya tidak tahu, dan komentar mereka salah," tuturnya.

Sabda Raja pertama diterbitkan pada 30 April 2015. Sabda Raja itu memuat lima hal, yakni; pertama, penyebutan Buwono diganti menjadi Bawono; kedua, gelar Khalifatullah seperti yang tertulis lengkap dalam gelar Sultan dihilangkan; ketiga, penyebutan kaping sedasa diganti kaping sepuluh; keempat, mengubah perjanjian pendiri Mataram, yakni Ki Ageng Giring dengan Ki Ageng Pemanahan; dan kelima, menyempurnakan keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dengan Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun.

Titah itu segera disusul Sabda Raja kedua yang dirilis pada 5 Mei 2015. Titah berisi pemberian gelar kepada putri sulung Sultan, Gusti Kanjeng Ratu Pembayun, dengan gelar Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi (selengkapnya ialah Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram).
Credit  VIVA.co.id


Sultan Kritik Balik Adik-adiknya yang Protes Sabda Raja

"Isi sabda yang dimuat di media itu salah."

Sultan Kritik Balik Adik-adiknya yang Protes Sabda Raja
Sri Sultan Hamengku Buwono X (duduk di kursi). (ANTARA)
 
CB - Sri Sultan Hamengku Buwono X mengkritik balik adik-adiknya yang memprotes dua Sabda Raja. Sultan mengaku telah dua kali mengundang adik-adiknya untuk menjelaskan isi titah utama yang dia sabdakan, tetapi tak ada satu pun yang datang.
Sikap menolak hadir itu, kata Sultan, telah menimbulkan kesalahpahaman di kalangan keluarga besar Keraton Yogyakarta. Pasalnya, adik-adik Sultan tak mengetahui persis isi dua Sabda Raja tersebut. Mereka hanya mengetahui isi titah itu dari media massa dan sejauh ini Sultan belum menjelaskan secara detail isi Sabda Raja.
"Bagaimana saya mau menjelaskan dan bagaimana mereka tahu isi Sabda Raja, sementara isi sabda yang dimuat di media itu salah," kata Sultan kepada wartawan di Yogyakarta, Kamis, 7 Mei 2015.
Sultan tak mempermasalahkan pertemuan adik-adiknya yang membahas polemik Sabda Raja. Dia menganggap pro dan kontra itu adalah hal yang wajar. Tetapi pada saatnya nanti Sultan akan menjelaskan secara khusus tentang Sabda Raja itu kepada adik-adiknya.
“Yang jelas, saya selama ini menghindari dengan pers, dengan harapan adik-adik saya tidak tahu (isi Sabda Raja sampai dijelaskan secara langsung), dan komentar mereka salah," katanya menambahkan.
Sultan juga menepis pendapat sebagian kalangan yang menilai Sabda Raja adalah saran dari tokoh spiritual semacam dukun atau paranormal. Sultan secara tegas mengatakan bahwa dia tak pernah meminta saran atau pertimbangan orang luar Keraton, apalagi dukun.
“Saya ini tidak punya dukun,” ujarnya membantah.
Dia hanya mengakui memang mendatangi makam leluhur, terutama tiap akan membuat keputusan penting. Soalnya mendatangi makam leluhur raja-raja Mataram itu adalah perintah ayahnya, Sultan Hamengku Buwono IX, sejak dia kanak-kanak.
“Kami diminta karena beliau (Sultan Hamengku Buwono IX) banyak di Jakarta (sebagai Wakil Presiden Indonesia tahun 1973 sampai 1978). Saya bicara spritual sejak dari dahulu."


 Credit  VIVA.co.id

Sabda Raja dan 'Putri Mahkota' Keraton Yogya


CB, Yogyakarta - "Gantos (ganti) gelar. Resmikan tadi gelar GKR Mangkubumi. Ya, jadi penerus mahkota." Itulah sepenggal kata yang diucapkan abdi dalem keraton Kaum Masjid Penepen Keraton, Raden Wedono Ngabdul Sadak usai pembacaan Sabda Raja oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Menurut Raden Wedono Ngabdul Sadak, Sabda Raja yang berlangsung singkat selama 2 menit ini terkait perubahan gelar salah satu putri Sultan, yaitu Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun. Pembayun berganti gelar menjadi GKR Mangkubumi.
Kerabat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Yudhohadiningrat yang merupakan Penghageng Tepas Keraton mengatakan, dalam Sabda Raja kali ini Sultan hanya mengeluarkan satu hal. Namun ia tidak merinci apa isi sabda tersebut.
Dalam acara Sabda Raja ini, Sultan mengenakan pakaian kebesaran raja seperti saat Sabda Raja pertama digelar, yakni pakaian warna hitam dan kupluk biru. Permaisuri Sultan, GKR Hemas, juga menggunakan pakaian warna hitam dengan hiasan warna kuning.
Acara tersebut dihadiri keluarga Keraton Pakualaman, permaisuri, dan putri Sultan. Namun tak terlihat kedatangan para adik Sultan. Menurut kabar yang beredar, Sabda Raja itu banyak mendapat penolakan terutama dari saudara-saudara Sultan dari ibu yang berbeda.
Sehari setelah Sabda Raja yang digelar 5 Mei 2015, Sultan pun buka suara mengenai perubahan gelar putri sulungnya dari GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi. Gelar baru itu merupakan gelar untuk putri mahkota atau penerus Sultan.
Itu artinya, ini pertama kali dalam sejarah kerajaan keraton Yogyakarta akan dipimpin oleh seorang perempuan.
Raja Keraton Yogyakarta tersebut pun memberi kesempatan kepada adik-adiknya untuk mengomentari Sabda Raja yang dikeluarkannya. Karena mereka tak hadir dalam pembacaan Sabda Raja.

Bahkan Sultan ingin melihat adik-adiknya yang tidak setuju muncul di media massa untuk selanjutnya membahas hal tersebut.

"Biar sekarang yang nggak setuju muncul dulu, saya mau lihat porsinya redaksi ini kira-kira maunya apa, itu aja. Minggu depan kita panggil wartawan," ujar Sultan di Yogyakarta, Rabu (6/5/2015).

Sultan sebelumnya sudah memanggil adik-adiknya untuk menjelaskan pengangkatan putri sulungnya menjadi putri mahkota. Namun para pangeran itu tidak pernah memenuhi panggilan tersebut. Sultan mengaku tidak mengetahui alasan adik-adiknya tak menggubris undangannya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan menghormati keputusan tersebut, meski penerus Kesultanan Yogyakarta merupakan seorang perempuan. ‎"Kita hormati saja," kata JK di Kantor Wapres Jakarta.

‎Menurut pria yang karib disapa JK itu, pemerintah tidak bisa ikut campur urusan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, terkait perubahan gelar salah satu putri Sri Sultan Hamengku Buwono X, yaitu Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun.

"Ini kan, kerajaan (Keraton Yogyakarta) sudah mulai ada pengertian tentang (kesamaan) gender. Kan bagus. Kita tidak bisa campur, itu urusan keraton," ucap JK. Suami Mufidah Kalla menilai, diskriminasi gender sudah seharusnya tidak terjadi lagi. Pria dan perempuan memiliki hak dan peluang yang sama.

"Di Inggris itu perempuan jadi ratu. Masa abad 21 masih ada diskriminasi? Jadi tidak masalah," ujar dia.
Respons senada juga dikemukakan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo, terhadap Keraton Yogyakarta yang tengah menjadi sorotan pasca-Sabda Raja yang mengubah gelar putri sulung Sultan sebagai pewaris tahta. Ia mewakili pemerintah mengaku enggan terlibat dalam polemik kerajaan tersebut.

"Kemendagri tidak ingin terlibat urusan keluarga. Namanya kakak-adik, kami tidak ingin ikut campur," ujar Tjahjo di Jakarta.

‎Tjahjo mengaku, sampai saat ini dirinya belum menerima surat resmi dari Sultan terkait sabdanya itu. Meski begitu, kata dia, ada pihak keluarga keraton yang datang menemui dan memintanya mengeluarkan kebijakan sebagai Mendagri.

"Sampai hari ini belum ada surat resmi, tapi soal ada keluarga yang meminta Kemendagri mengeluarkan kebijakan kepada Sultan untuk adanya rapat keluarga," ujar Tjahjo.

Sultan Hamengku Buwono X menggelar Sabda Raja di Siti Hinggil Keraton Yogyakarta. Sabda Raja ini merupakan yang pertama sejak Sultan naik tahta pada tahun 1989.
Sebelumnya Sultan HB X memang pernah mengeluarkan Sabda Tama pada Kamis 10 Mei 2012 dan Jumat 6 Maret 2015. Namun kedudukan Sabda Raja lebih tinggi ketimbang Sabda Tama atau Titah Raja.
Sabda Raja yang pertama itu berisi beberapa poin. Pertama, penyebutan Buwono diganti menjadi Bawono. Kedua, gelar Khalifatullah seperti yang tertulis lengkap dalam gelar Sultan dihilangkan.

Gelar lengkapnya adalah Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping Sedasa Ing Ngayogyakarta Hadiningrat.

Ketiga, penyebutan kaping sedasa diganti kaping sepuluh. Dengan demikian gelar lengkapnya adalah Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Bawono Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Ingkang Jumeneng Kaping Sepuluh Ing Ngayogyakarta Hadiningrat.

Keempat, mengubah perjanjian pendiri Mataram yakni Ki Ageng Giring dengan Ki Ageng Pemanahan. Kelima, atau terakhir menyempurnakan keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dengan Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun


Credit  Liputan6.com

Selasa, 05 Mei 2015

Kisah di Balik Foto Mengharukan 2 Bocah 'Korban Gempa Nepal'


CB, Hanoi - Jasad-jasad yang dievakuasi, bangunan hancur, dan ekspresi nestapa menjadi gambaran pasca-gempa 7,9 skala Richter di Lembah Kathmandu, Nepal. Dan sebuah foto mengharukan tersebar di dunia maya.

Dalam potret tersebut terlihat 2 anak yang saling berpelukan. Seorang gadis cilik memeluk kakak lelakinya -- mencari perlindungan dari dunia yang asing. Dan, ada ketakutan di wajah bocah lelaki itu...

Siapapun yang menyaksikan niscaya akan terenyuh. Ada rasa sakit yang menyayat hati menyaksikan penderitaan mereka.

Dalam waktu kurang dari 2 minggu, foto tersebut menyebar luas di dunia maya. Lewat Facebook dan Twitter. Sebuah judul dilekatkan padanya: "Two-year-old sister protected by four-year-old brother in Nepal". Gadis cilik berusia 2 tahun dalam perlindungan kakak lelakinya yang baru berusia 4 tahun.

Sejumlah orang yang tersentuh hatinya berusaha mencari dua bersaudara tersebut di antara korban-korban gempa. Penggalangan dana bahkan dilakukan.

Yang tidak mereka ketahui, itu bukanlah foto korban gempa Nepal. Melainkan hasil jepretan kamera hampir 1 dekade lalu di Vietnam utara.

Fotografer Vietnam, Na Son Nguyen mengaku mengambil gambar keduanya. "Aku memotret mereka pada Oktober 2007 di Can Ty, desa terpencil di Provinsi Ha Giang," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Selasa (5/5/2015).

"Kala itu aku sedang melintas di desa itu, dan terkesima melihat 2 bocah Hmong bermain di depan rumah mereka, sementara orangtua keduanya sedang bekerja di ladang."

Hmong adalah kelompok etnis di kawasan pegunungan di China, Vietnam, Laos, dan Thailand.

"Gadis cilik yang mungkin berusia 2 tahun menangis, ia takut pada orang asing. Sementara, kakaknya yang diduga berusia 3 tahun memeluknya, menenangkannya," kata Na Son.

"Keduanya sangat manis, jadi aku cepat-cepat mengabadikan gambar mereka."

Na Son mempublikasikan foto tersebut di blog pribadinya. Dan ia terkejut bukan kepalang saat melihat karyanya itu menyebar di kalangan pengguna Facebook di Vietnam sebagai, '2 yatim piatu yang terlantar'.

"Sejumlah orang bahkan mengarang cerita tentang anak-anak itu. Misalnya bahwa ibu mereka telah meninggal dunia dan sang ayah menelantarkan keduanya," kata Na Song.

Tak berhenti sampai di situ. Na Song geleng-geleng kepala keheranan saat menemukan foto tersebut diberi keterangan "2 yatim piatu asal Burma" atau "korban perang saudara di Suriah". Dan kini giliran dikatkan dengan gempa Nepal.

Na Son telah berusaha memperjelas dan mengklaim hak cipta atas foto tersebut. Namun, tak begitu berhasil.

"Ini mungkin foto yang paling sering disebar di dunia maya. Namun sayang, salah konteks."



Credit  Liputan6.com

Sultan Yogya Ubah Gelar Putrinya, Jadi Penerus Tahta?


CB, Yogyakarta - Sultan Hamengkubuwono X menggelar Sabda Raja di Siti Hinggil Keraton Yogyakarta. Sabda Raja ini merupakan yang kedua sejak Sultan naik tahta.

Kerabat Keraton Yogyakarta KRT Yudhohadiningrat, yang merupakan Penghageng Tepas Keraton mengatakan, dalam Sabda Raja kali ini Sultan hanya mengeluarkan satu hal. Namun ia tidak merinci apa isi sabda tersebut.

Sabda Raja digelar dengan dihadiri keluarga Keraton Pakualaman, permaisuri, dan putri Sultan. Namun acara ini tidak dihadiri adik Sultan.

"Satu poin. Kerabat Pakualaman dan Keraton. Yang putri datang yang kakung tidak. Gusti Hadi tadi ditelepon mungkin macet. Gusti Prabu tidak. Pakualaman yang hadir adalah putra mahkota Pakualaman, Kanjeng Bimo," ujar KRT Yudhohadiningrat usai Sabda Raja, Selasa (5/5/2015).

Sabda Raja kali ini berlangsung singkat, hanya berjalan dua menit. Menurut abdi dalem keraton Kaum Masjid Penepen Keraton, Raden Wedono Ngabdul Sadak, Sabda Raja ini terkait perubahan gelar salah satu putri Sultan yaitu Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun. Pembayun berganti gelar menjadi GKR Mangkubumi.

"Gantos (ganti) gelar. Resmikan tadi gelar GKR Mangkubumi. Ya, jadi penerus mahkota," ujar dia.

Dalam acara Sabda Raja ini, Sultan mengenakan pakaian kebesaran raja seperti saat Sabda Raja pertama digelar, yakni pakaian warna hitam dan kupluk biru. Permaisuri Sultan, GKR Hemas, juga menggunakan pakaian warna hitam dengan hiasan warna kuning.

Credit   Liputan6.com

Kamis, 30 April 2015

Arkeolog Temukan Kaitan Jejak Situs Gunung Padang dengan Pantai Selatan


Arkeolog Temukan Kaitan Jejak Situs Gunung Padang dengan Pantai Selatan 
 
Jakarta  (CB) - Situs purbakala Gunung Padang masih menyimpan banyak kisah. Tim Arkeolog dari Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI) yang melakukan lacak artefak menemukan sejumlah bukti kawasan di sekitar Gunung Padang terdapat peninggalan prasejarah.

"Situs-situs yang mengelilingi Situs Gunung Padang umumnya berupa gunung atau bukit yang di dalam bahasa Sunda disebut Pasir. Peninggalan yang diperoleh di bukit-bukit tersebut antara lain berupa struktur batu seperti kursi batu, batu tegak atau menhir, dan juga bangunan berundak-undak atau lazim disebut punden berundak," jelas Ketua MARI Ali Akbar, Kamis (30/4/2015).

Menurut dosen arkeologi UI ini, lokasi penemuan tersebar di Gunung Karuhun, Pasir Empet, Gunung Melati, Pasir Keramat, Gunung Rosa, Pasir Mala, Pasir Malang, Pasir Legok Kadu, Cibeureum, dan Pasir Pogor. MARI memberi rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk segera melakukan perlindungan terhadap Kawasan Gunung Padang agar tetap lestari.

"Penemuan yang cukup banyak juga terdapat di selatan Situs Gunung Padang. Terdapat indikasi temuan-temuan tersebut mengarah ke selatan dan bercorak budaya maritim, mengingat jarak Situs Gunung Padang dengan laut hanya sekitar 66 kilometer. Oleh karena itu, ke depan akan dilaksanakan penelitian dari Situs Gunung Padang sampai Pantai Selatan," urai dia.

Ali menyampaikan, lacak artefak di kawasan Gunung Padang oleh MARI berhasil menemukan sedikitnya 10 situs arkeologi di sekitar situs Gunung Padang. Lacak Artefak dilaksanakan 3-5 April 2015 lalu dengan melibatkan komunitas pejalan kaki, motor trail, sepeda gunung, trail runner, dan pilot drone dengan dipandu oleh para arkeolog.

Hasil kegiatan dipresentasikan kepada Wakil Gubernur Jawa Barat, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, akademisi, peneliti, dan budayawan di Gedung Sate, Bandung 28 April 2015.

Situs Gunung Padang yang mempunyai luas 29,1 hektar ternyata dikelilingi situs-situs arkeologi dalam radius 2 kilometer dari Situs Gunung Padang. Bahkan dalam radius 5 kilometer masih dijumpai situs-situs arkeologi sehingga lebih tepat disebut sebagai Kawasan Gunung Padang.

"Kawasan secara ilmu arkeologi adalah area yang terdiri atas dua situs atau lebih yang saling terkait dan membentuk kebudayaan yang khas. Kebudayaan yang dimaksud di sini adalah terdapat bangunan-bangunan purbakala yang dibuat dari batu besar (megalitik). Situs Gunung Padang itu sendiri berdasarkan uji pertanggalan absolut di dua laboratorium menunjukkan usia 5200 Sebelum Masehi," tutup dia.


Credit  DetikNews

Adakah Kaitan Bukit Batu Heksagonal di Bima dan Gunung Padang di Cianjur?

Adakah Kaitan Bukit Batu Heksagonal di Bima dan Gunung Padang di Cianjur? 
 
 
Jakarta  (CB - Tim Geologi Ekspedisi NKRI 2015 Koridor Kepulauan Nusa Tenggara menemukan bukit berisi tumpukan batu heksagonal di Tanjung Meriam, Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Susunan batu yang tersusun rapi itu mirip dengan susunan batu di Gunung Padang, Cianjur. Adakah kaitan antara keduanya?

"Jenis batunya sama," kata Ketua Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI) Ali Akbar, Kamis (30/4/2015).

Menurut Ali, batuannya sama yaitu columnar joint. Batuan seperti ini secara geologi terbentuk secara alami di alam.

"Di Gunung Padang secara alami tidak ditemukan columnar joint. Hasil ekskvasi di lokasi yang diduga sebagai sumber batu hanya memperoleh tanah. Artinya sumber batuan columnar joint tidak ada di situs Gunung Padang itu sendiri," urai dia.

Jadi di Gunung Padang sendiri tidak ada sumber batu columnar joint, jadi ada campur tangan manusia sehingga batu itu bisa sampai ke Gunung Padang.

Sedang untuk di Bima, menurut dosen Arkeologi UI ini, perlu dilakukan penelusuran lebih mendalam apakah batuan alam, atau sudah ada campur tangan manusia.

"Kemungkinan itu alami, tapi perlu diteliti adakah bagian tertentu yang kemudian dipindahkan lalu disusun menjadi suatu struktur. Secara arkeologi, manusia akan bermukim di suatu lokasi yang menyediakan sumber daya alam sehingga dapat mempermudah kehidupannya," urai Ali
Ali mengungkapkan, kemungkinan besar bebatuan di pulau itu alami tapi masyarakat zaman dulu mengambil bahan material tersebut lalu membangun suatu struktur atau bangunan batu tidak jauh dari situ.

"Sebagai gambaran, di Situs Gunung Padang tidak ditemukan sumber batuan, tetapi satu kilometer di selatan Gunung Padang banyak ditemukan formasi batuan colmunar joint yang masih alami tertancap di tanah," tutur dia.

Di Bima, hampir seluruh bukit dipenuhi batu dengan bentuk dan ukuran yang mirip. Anggota Tim Geologi Subkorwil 4/Bima, Masykur mengatakan, batu berwarna hitam tersebut merupakan jenis batuan beku dengan struktur columnar joint. Columnar joint merupakan struktur batuan yang berupa pilar-pilar/kolom-kolom yang tersusun rapi.

"Itu proses pembekuan magma dari perut bumi. Tapi begitu mendekati permukaan langsung membeku. Proses pembekuannya cepat sekali," kata Masykur saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (24/4). Bukit batu heksagonal itu juga dikeramatkan para penduduk. Ada yang percaya bekas peninggalan kerajaan Bima kuno.






Credit  DetikNews