Selasa, 11 Desember 2018

Rusia Kirim Dua Pesawat Pembom Jarak Jauh ke Venezuela


Rusia Kirim Dua Pesawat Pembom Jarak Jauh ke Venezuela
Rusia kirim dua pesawat pembom strategis Tu-160 ke Venezuela untuk mengikuti latihan angkatan udara. Foto/Istimewa

CARACAS - Dua pesawat pembom strategis jarak jauh Rusia mendarat di Venezuela, Senin waktu setempat. Kedua pesawat itu akan mengikuti latihan angkatan udara yang ditujukan untuk memperkuat pertahanan negara Amerika Selatan yang dikuasai kelompok kiri itu.

Menteri Pertahanan Venezuela, Jenderal Vladimir Padrino, menyambut sekitar 100 pilot Rusia dan personel lainnya setelah dua pesawat pembom Tu-160 dan dua pesawat lainnya mendarat di bandara internasional Caracas.

Padrino mengatakan penempatan itu menunjukkan pihaknya juga sedang mempersiapkan untuk mempertahankan Venezuela setiap inci terakhir bila diperlukan.

"Ini akan kami lakukan dengan teman-teman kami, karena kami memiliki teman-teman di dunia yang menghormati keseimbangan, hubungan," katanya seperti dikutip dari AFP, Selasa (11/12/2018).

Komandan pesawat jarak jauh Angkatan Udara Rusia, Jenderal Sergei Ivanovich Kobulash, mengatakan latihan akan memberikan pertukaran pengalaman yang mendalam antara pilot dan staf teknis dari kedua negara.

Selain kedua pembom itu, Rusia juga menempatkan pesawat angkut An-124 dan pesawat penumpang Il-62, menurut pengumuman militer Rusia di Moskow.

Padrino mencatat bahwa pesawat Rusia sebelumnya telah mengunjungi negara itu. Namun penempatan mereka saat ini adalah bagian dari "pengalaman baru."

Dia mengatakan latihan akan diadakan untuk meningkatkan tingkat interoperabilitas dari sistem pertahanan aerospace dari kedua negara.

Tidak jelas berapa lama pengerahan pasukan Rusia akan berlangsung, dan Padrino tidak memberikan rincian tentang latihan yang direncanakan.

"Dalam beberapa tahun terakhir, Venezuela telah membeli jutaan dolar peralatan militer dari Rusia," katanya.

Venezuela mengakuisisi 24 pesawat tempur Sukhoi-30 Rusia dan menandatangani kesepakatan untuk membeli 53 helikopter tempur MI-24 dan 100.000 senapan Kalashnikov pada tahun 2016.

Padrino mengatakan tidak seorang pun di dunia harus takut akan kehadiran para pembom tempur strategis ini. "Kami adalah pembangun perdamaian dan bukan perang," tegasnya.

Namun, Padrino menambahkan bahwa negara-negara lain di kawasan itu telah menciptakan ketidakseimbangan politik dan militer yang tidak dapat dipertahankan oleh pemerintah Venezuela. Pernyataannya adalah sebuah referensi yang jelas terhadap Kolombia, yang telah dituduh Venezuela menyembunyikan pangkalan militer AS.

Mantan menteri pertahanan Raul Salazar mengatakan latihan dengan Rusia adalah bagian dari apa yang disebut perang psikologis.

"Tujuannya adalah untuk meningkatkan persepsi bahwa Venezuela didukung oleh Rusia, China dan Belarusia, bahwa ia mendapat dukungan dari kekuatan, jika kekuatan lain mencoba menyerang," kata Salazar kepada AFP. 

Perkembangan itu menyusul kunjungan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, ke Moskow pekan lalu di mana ia telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang menyatakan dukungan untuk pemerintah sosialisnya yang terkepung.

Maduro sering menuduh Amerika Serikat (AS) berkomplot melawan pemerintahnya, yang telah mengawasi terjunnya negara petro yang kaya sekali akan minyak ke dalam krisis ekonomi yang parah.

Maduro pada hari Minggu mengatakan Washington telah menggerakkan sebuah rencana untuk menggulingkannya, dengan dukungan Kolombia.

"Yang berlangsung hari ini adalah upaya untuk mengganggu kehidupan demokratis Venezuela, yang dikoordinasikan langsung dari Gedung Putih," kata Maduro, yang mengklaim dia adalah target serangan drone 4 Agustus lalu yang dilakukan oleh oposisi Venezuela dengan dukungan pemerintah AS dan Kolombia.



Credit  sindonews.com