Senin, 26 November 2018

Mendagri Prancis Tuduh Sayap Kanan 'Otaki' Aksi Protes BBM


Mendagri Prancis Tuduh Sayap Kanan 'Otaki' Aksi Protes BBM
isruh Unjuk Rasa Rompi Kuning di Paris. (REUTERS/Benoit Tessier).



Jakarta, CB -- Menteri Dalam Negeri Prancis, Christophe Castaner menuduh pemimpin sayap kanan Marine Le Pen 'mengotaki' aksi protes 'rompi kuning' di Champs Elysées, tepat di pusat Paris. Aksi itu berujung ricuh dimana pihak kepolisian menembakan gas air mata ke para pengunjuk rasa.

"Kaum ultra-kanan dimobilisasi dan sedang membangun barikade di Champs Elysees. Mereka secara progresif dinetralkan dan didorong kembali oleh polisi," katanya dikutip Reuters, Minggu (25/11).

Dalam sebuah pesan di Twitter, Le Pen mengatakan dia telah mempertanyakan mengapa tidak ada protes yang diizinkan di daerah tersebut.


"Hari ini Tuan Castaner menggunakan ini untuk menargetkan saya. Ini rendah dan tidak jujur," katanya.



Para pengunjuk rasa melakukan protes karena marah atas kenaikan biaya bahan bakar dan kebijakan ekonomi Presiden Emmanuel Macron. Ini merupakan aksi protes kali kedua yang dilakukan para pengunjuk rasa 'rompi kuning'.

Para pengunjuk rasa menentang kebijakan kenaikan pajak atas BBM yang diperkenalkan Macron tahun lalu yang ditujukan untuk mendorong orang-orang beralih ke transportasi yang lebih ramah lingkungan. Bersamaan dengan pajak, pemerintah telah menawarkan insentif untuk membeli kendaraan hijau atau kendaraan listrik.

Selama lebih dari seminggu, pengunjuk rasa mengenakan jaket kuning turun ke jalan. Pada akhir pekan lalu misalnya, ketika hampir 300.000 orang terlibat aksi unjuk rasa 'rompi kuning' pertama di seluruh negeri. Aksi itu mengakibatkan pendapatan harian para peritel turun 35 persen, menurut kelompok konsumen.


Selain itu demonstran juga memblokir akses ke pusat perbelanjaan di Bollene dan Carpentras di Prancis Selatan. Sementara di Dole, di Perancis timur, seorang pria yang membawa senjata dikuasai di bundaran yang ditempati oleh demonstran.

Kerusuhan merupakan dilema bagi Macron yang menganggap dirinya sebagai juara melawan perubahan iklim tetapi telah diejek karena tidak bersentuhan dengan rakyat biasa dan berjuang merosot dalam popularitas.






Credit  cnnindonesia.com