PARIS
- Presiden Perancis, Emmanuel Macron mengatakan bahwa serangan yang
dipimpin Amerika Serikat (AS) terhadap Suriah adalah sah. Tetapi dia
lalu menuturkan, sejarah akan menilai apakah operasi itu dibenarkan atah
tidak.
Dalam sebuah wawancara dengan BFMTV, radio RMC dan Mediapart, Macron menyatakan serangann yang dilancarakan ke Suriah sah karena dilakukan oleh tiga negara anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB.
"Kami memiliki legitimasi internasional untuk bertindak dalam kerangka ini. Tiga anggota DK telah campur tangan," kata Macron dalam wawancara tersebut, seperti dilansir Russia Today pada Senin (16/4).
Dia kemudian menyatakan bahwa Presiden Suriah Basha al- Assad telah berbohong dari awal tentang dugaan penggunaan senjata kimia oleh pasukan di bawah kendalinya dan menyatakan bahwa pemerintah Prancis memiliki bukti bahwa senjata kimia, terutama gas klorin, digunakan di Suriah.
Macron menambahkan, serangann yang dilakukan Prancis, AS, dan Inggris bukan ditujukan untuk melawan suatu negara dan serangan terbaru yang dilakukan adalah sesuatu yang terpaksa dilakukan.
"Prioritas untuk intervensi militer Prancis tetap dalam perang melawan ISIS dan bahwa serangan presisi tidak menimbulkan kerusakan pada pasukan Rusia," tukasnya.
Dalam sebuah wawancara dengan BFMTV, radio RMC dan Mediapart, Macron menyatakan serangann yang dilancarakan ke Suriah sah karena dilakukan oleh tiga negara anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB.
"Kami memiliki legitimasi internasional untuk bertindak dalam kerangka ini. Tiga anggota DK telah campur tangan," kata Macron dalam wawancara tersebut, seperti dilansir Russia Today pada Senin (16/4).
Dia kemudian menyatakan bahwa Presiden Suriah Basha al- Assad telah berbohong dari awal tentang dugaan penggunaan senjata kimia oleh pasukan di bawah kendalinya dan menyatakan bahwa pemerintah Prancis memiliki bukti bahwa senjata kimia, terutama gas klorin, digunakan di Suriah.
Macron menambahkan, serangann yang dilakukan Prancis, AS, dan Inggris bukan ditujukan untuk melawan suatu negara dan serangan terbaru yang dilakukan adalah sesuatu yang terpaksa dilakukan.
"Prioritas untuk intervensi militer Prancis tetap dalam perang melawan ISIS dan bahwa serangan presisi tidak menimbulkan kerusakan pada pasukan Rusia," tukasnya.
Credit sindonews.com