Rabu, 04 April 2018

Militer China dan Rusia Bersatu untuk Melawan AS


Militer China dan Rusia Bersatu untuk Melawan AS
Para pejabat militer China dan Rusia bertemu dalam Konferensi Keamanan Internasional Moskow. Beijing dukung Moskow untuk menghadapi Washington. Foto/Newsweek


MOSKOW - Militer China memilih bersatu dengan militer Rusia untuk melawan Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat-nya. Beijing menyatakan dukungannya kepada Moskow saat ketegangan dengan Washington memanas.

Dukungan Beijing itu disampaikan menteri pertahanan baru China Wei Feng yang menghadiri Konferensi Keamanan Internasional Moskow yang telah digelar tujuh kali. Kedatangan Wei didampingi para pejabat senior militer China lainnya.

Dia menegaskan bahwa kunjungannya telah dikoordinasikan secara langsung dengan Presiden Xi Jinping. Ada dua pesan yang disampaikan Wei untuk Moskow di saat kedua negara sedang gencar memodernisasi peralatan tempurnya dan memperkuat pengaruh mereka dalam urusan global guna melawan pengaruh Washington.

"Saya mengunjungi Rusia sebagai menteri pertahanan baru China untuk menunjukkan kepada dunia tingkat perkembangan yang tinggi dari hubungan bilateral kita dan tekad yang kuat dari angkatan bersenjata kita untuk memperkuat kerja sama strategis," kata Wei dalam pertemuan dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu, seperti dilansir kantor berita Itar-TASS.

"Kedua, untuk mendukung pihak Rusia dalam menyelenggarakan Konferensi Keamanan Internasional Moskow, pihak China telah datang untuk menunjukkan kepada Amerika hubungan dekat antara angkatan bersenjata China dan Rusia, terutama dalam situasi ini," ujarnya.

"Kami datang untuk mendukung Anda," kata Wei."Pihak China siap untuk mengekspresikan keprihatinan bersama dan posisi bersama kami dengan Rusia pada masalah-masalah internasional yang penting di tempat-tempat internasional juga."

Rusia dan China selama ini sering dianggap sebagai angkatan bersenjata terkuat kedua dan ketiga di dunia, di belakang AS. Di saat Pentagon mempertahankan keunggulan militernya, Moskow dan Beijing telah berkoordinasi dengan erat untuk mengejar dominasi Washington.

Selain meningkatkan kekuatan militernya sendiri di Eropa dan Asia, AS telah menggambarkan pengaruh Rusia dan Cina yang tumbuh di luar negeri sebagai serangan terhadap demokrasi. Barat telah menuduh Rusia ikut campur dalam pemilihan presiden AS tahun 2016 dan pemilu asing lainnya.

Washington juga membela Inggris dengan menuduh Moskow sebagai dalang serangan racun saraf terhadap mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal di Salisbury, Inggris selatan pada 4 Maret 2018. Namun, Kremlin telah berulang kali membantah dan menuntut bukti atas tuduhan tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mendesak AS dan sekutu Barat-nya menghindari mentalitas Perang Dingin dalam kasus Skripal.

"Pihak-pihak terkait harus menyerahkan fakta-fakta di balik insiden (terhadap) Skripal dan menyelesaikan sengketa dengan benar berdasarkan sikap saling menghormati," kata Geng.

"Komunitas internasional ditantang di banyak bidang hari ini. Mentalitas Perang Dingin dan konfrontasi kelompok adalah hal terakhir yang kita butuhkan. Kita semua harus bekerja sama untuk menjaga perdamaian dunia, stabilitas, keamanan dan membangun jenis hubungan internasional baru yang menunjukkan rasa saling menghormati," imbuh dia. 




Credit  sindonews.com