TEHERAN
- Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif menyatakan, Arab Suadi
telah menolak proposal yang dia sampaikan mengenai penghentian konflik
di Yaman. Zarif menyebut proposal itu dia sampaikan pada tahun 2013
lalu, tidak lama setelah perang di Yaman pecah.
“Pada awal krisis di Yaman pada tahun 2013, saya menulis surat kepada mantan Menteri Luar Negeri Saudi Saud Al Faysal dengan tujuan mengakhiri krisis dengan bantuan Iran dan Arab Saudi," kata Zarif dalam sebuah pernyataan.
"Namun mereka menolak, dan mengatakan bahwa urusan dunia Arab tidak menyangkut Teheran," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (10/4).
Dia mengatakan bahwa negosiasi dan dialog antara faksi-faksi yang bertikai di Yaman memegang kunci untuk solusi jangka panjang terhadap krisis dan bahwa. "Teheran siap membantu mewujudkan hal ini," ungkapnya.
Menurut Kementerian Hak Asasi Manusia Yaman, sekitar 600 ribu warga sipil telah tewas atau terluka sejak dimulainya operasi militer yang dipimpin Saudi pada Maret 2015 untuk menghancurkan pemberontakan Houthi.
Houthi sendiri saat ini semakin tertekan di Yaman, dengan semakin banyaknya wilayah yang dikuasai oleh tentara Yaman. Pemberontak Yaman itu kemudia mulai mengubah strategi, yakni dengan melakukan serangan langsung ke Saudi, dimana dalam sebulan terakhir Houthi sudah beberapa kali menembakan rudal balistik ke wilayah Saudi.
“Pada awal krisis di Yaman pada tahun 2013, saya menulis surat kepada mantan Menteri Luar Negeri Saudi Saud Al Faysal dengan tujuan mengakhiri krisis dengan bantuan Iran dan Arab Saudi," kata Zarif dalam sebuah pernyataan.
"Namun mereka menolak, dan mengatakan bahwa urusan dunia Arab tidak menyangkut Teheran," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (10/4).
Dia mengatakan bahwa negosiasi dan dialog antara faksi-faksi yang bertikai di Yaman memegang kunci untuk solusi jangka panjang terhadap krisis dan bahwa. "Teheran siap membantu mewujudkan hal ini," ungkapnya.
Menurut Kementerian Hak Asasi Manusia Yaman, sekitar 600 ribu warga sipil telah tewas atau terluka sejak dimulainya operasi militer yang dipimpin Saudi pada Maret 2015 untuk menghancurkan pemberontakan Houthi.
Houthi sendiri saat ini semakin tertekan di Yaman, dengan semakin banyaknya wilayah yang dikuasai oleh tentara Yaman. Pemberontak Yaman itu kemudia mulai mengubah strategi, yakni dengan melakukan serangan langsung ke Saudi, dimana dalam sebulan terakhir Houthi sudah beberapa kali menembakan rudal balistik ke wilayah Saudi.
Credit sindonews.com