LONDON
- Philip May, suami dari Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May, jadi
salah satu pihak yang untung besar setelah serangan Amerika Serikat
(AS) dan sekutunya terhadap Suriah. Pasalnya, Philip May merupakan
pemegang saham terbesar produsen senjata, BAE Systems, yang harga
sahamnya melonjak sejak serangan tersebut.
Perusahaan milik Philip, Capital Group, juga merupakan pemegang saham terbesar kedua di Lockheed Martin—sebuah perusahaan senjata militer AS yang memasok sistem senjata, pesawat terbang dan dukungan logistik dalam agresi di Suriah. Saham Lockheed Martin juga meroket sejak serangan rudal pekan lalu.
Gempuran AS dan sekutu terhadap Suriah dengan dalih dugaan rezim Presiden Bashar al-Assad melakukan serangan kimia di Douma itu membuat Philip jadi perbincangan publik di Twitter. Seperti diketahui, Inggris berkontribusi terhadap serangan militer di Suriah dengan menembakkan delapan rudal Storm-Shadow.
Sekadar diketahui, harga satu unit rudal Storm-Shadow £790.000 (USD1,13 juta). Sehingga total harga rudal Inggris untuk menggempur Suriah pekan lalu mencapai £6,32 juta (USD9 juta). Rudal-rudal itu diproduksi oleh BAE Systems.
"Senjata BAE senilai £6,3 juta ditembakkan ke Suriah. Perusahaan suami May, Capital Group adalah pemegang saham terbesar di BAE," ungkap seorang whistleblower dengan nama Ethical di Twitter dengan nama akun @nw_nicholas, yang dikutip Russia Today semalam (17/4/2018). Ratusan pengguna Twitter memperbincangkan suami PM May soal keuntungan tersebut.
Suami PM Theresa May telah bekerja sebagai manajer untuk perusahaan investasi riset Capital Group sejak 2005. Namun, hubungan kubu Partai Tory-BAE Systems jauh lebih dalam.
Angka yang terungkap pada 31 Maret 2018 mengungkapkan bahwa Capital Group telah mengumpulkan lebih dari 360.000 saham di perusahaan, naik lebih dari 11 persen pada kuartal sebelumnya.
Nama Philip May di Capital Group juga terkait dengan skandal Paradise Papers pada tahun 2017. Saat itu, perusahaan Philip May menggunakan firma hukum lepas pantai Appleby untuk merancang investasi di "tax havens".
Baru-baru ini, BAE Systems dan pemerintah Arab Saudi juga mencapai kesepakatan baru terkait penjualan 48 jet tempur Typhoon ke Kerajaan Saudi. Kesepakatan itu disambut oleh pejabat pemerintah terkait dari Inggris dan Arab Saudi, namun dikritik kelompok anti-perang yang khawatir jet-jet tempur dan senjata Inggris digunakan dalam perang di Yaman.
Perusahaan milik Philip, Capital Group, juga merupakan pemegang saham terbesar kedua di Lockheed Martin—sebuah perusahaan senjata militer AS yang memasok sistem senjata, pesawat terbang dan dukungan logistik dalam agresi di Suriah. Saham Lockheed Martin juga meroket sejak serangan rudal pekan lalu.
Gempuran AS dan sekutu terhadap Suriah dengan dalih dugaan rezim Presiden Bashar al-Assad melakukan serangan kimia di Douma itu membuat Philip jadi perbincangan publik di Twitter. Seperti diketahui, Inggris berkontribusi terhadap serangan militer di Suriah dengan menembakkan delapan rudal Storm-Shadow.
Sekadar diketahui, harga satu unit rudal Storm-Shadow £790.000 (USD1,13 juta). Sehingga total harga rudal Inggris untuk menggempur Suriah pekan lalu mencapai £6,32 juta (USD9 juta). Rudal-rudal itu diproduksi oleh BAE Systems.
"Senjata BAE senilai £6,3 juta ditembakkan ke Suriah. Perusahaan suami May, Capital Group adalah pemegang saham terbesar di BAE," ungkap seorang whistleblower dengan nama Ethical di Twitter dengan nama akun @nw_nicholas, yang dikutip Russia Today semalam (17/4/2018). Ratusan pengguna Twitter memperbincangkan suami PM May soal keuntungan tersebut.
Suami PM Theresa May telah bekerja sebagai manajer untuk perusahaan investasi riset Capital Group sejak 2005. Namun, hubungan kubu Partai Tory-BAE Systems jauh lebih dalam.
Angka yang terungkap pada 31 Maret 2018 mengungkapkan bahwa Capital Group telah mengumpulkan lebih dari 360.000 saham di perusahaan, naik lebih dari 11 persen pada kuartal sebelumnya.
Nama Philip May di Capital Group juga terkait dengan skandal Paradise Papers pada tahun 2017. Saat itu, perusahaan Philip May menggunakan firma hukum lepas pantai Appleby untuk merancang investasi di "tax havens".
Baru-baru ini, BAE Systems dan pemerintah Arab Saudi juga mencapai kesepakatan baru terkait penjualan 48 jet tempur Typhoon ke Kerajaan Saudi. Kesepakatan itu disambut oleh pejabat pemerintah terkait dari Inggris dan Arab Saudi, namun dikritik kelompok anti-perang yang khawatir jet-jet tempur dan senjata Inggris digunakan dalam perang di Yaman.
Credit sindonews.com