CB, Jakarta - Sebanyak 50 miliarder Rusia
alami kerugian hampir US $ 12 miliar atau Rp 165 triliun dalam 3 hari
setelah Amerika Serikat, AS, merilis sanksi baru terhadap Rusia.
Sanksi AS itu sebagai jawaban atas campur tangan Moskow pada pemilihan presiden AS 2016. Sanksi ini dinilai sebagai tindakan paling agresif Washington untuk menghukum Moskow atas berbagai tuduhan.
Kementerian
Keuangan AS pada Jumat pekan lalu mengeluarkan sanksi baru terhadap 24
individu dan 14 entitas terhadap warga Rusia yang terkait dengan
Kremlin.
Warga Rusia yang paling parah terdampak sanksi itu adalah taipan
logam Vladimir Potanto. Menurut Moscow Times yang mengutip laporan
Forbes menyebutkan, Potanto mengalami kerugian mencapai US $ 1,5 miliar.
Menyusul taipan baja Oleg Deripaska yang memiliki saham di delapan
dari 15 entitas yang terkena sanksi. Dia kehilangan US $ 1,3 miliar dari
nilai kekayaannya yang diperkirakan mencapai US $ 6,7 miliar.
Anggota Federasi Rusia, Suleiman Kerimov, masuk 3 besar yang terkena sanksi dengan kerugian sekitar $ 1,2 miliar. Pengusaha terkaya nomor 9 di Rusia, Viktor Vekselberg, juga dalam daftar sanksi AS, rugi kurang dari $ 1 miliar.
Menanggapi laporan kerugian itu, Kremlin mengatakan pihaknya ingin mendukung perusahaan-perusahaan Rusia yang terkena sanksi.
"Kami sangat peduli dengan perusahaan-perusahaan terkemuka kami. Dalam situasi saat ini, karena posisi mereka menjadi lebih sulit, kami akan menawarkan dukungan ini kepada mereka," kata Wakil perdana menteri Rusia, Arkady Dvorkovich
Sanksi AS itu sebagai jawaban atas campur tangan Moskow pada pemilihan presiden AS 2016. Sanksi ini dinilai sebagai tindakan paling agresif Washington untuk menghukum Moskow atas berbagai tuduhan.
Anggota Federasi Rusia, Suleiman Kerimov, masuk 3 besar yang terkena sanksi dengan kerugian sekitar $ 1,2 miliar. Pengusaha terkaya nomor 9 di Rusia, Viktor Vekselberg, juga dalam daftar sanksi AS, rugi kurang dari $ 1 miliar.
Menanggapi laporan kerugian itu, Kremlin mengatakan pihaknya ingin mendukung perusahaan-perusahaan Rusia yang terkena sanksi.
"Kami sangat peduli dengan perusahaan-perusahaan terkemuka kami. Dalam situasi saat ini, karena posisi mereka menjadi lebih sulit, kami akan menawarkan dukungan ini kepada mereka," kata Wakil perdana menteri Rusia, Arkady Dvorkovich
Credit TEMPO.CO