Selasa, 17 Oktober 2017

Spanyol Penjarakan Dua Pemimpin Separatis Catalonia


Spanyol Penjarakan Dua Pemimpin Separatis Catalonia 
Ilustrasi aksi referendum Catalonia. (Reuters/Albert Gea)



Jakarta, CB -- Spanyol bergerak semakin dekat pada pencabutan otonomi Catalonia untuk menggagalkan upaya kemerdekaannya, sementara Mahkamah Agung Madrid memberi sinyal keras dengan memenjarakan dua pemimpin organisasi separatis terbesar.

Pertama kali memenjarakan tokoh pro-kemerdekaan sejak referendum 1 Oktober lalu, mahkamah memerintahkan kepala Dewan Nasional Catalan (ANC) dan Omnium ditahan tanpa kesempatan penangguhan sementara penyelidikan terkait penghasutan masyarakat berjalan, Senin waktu setempat (16/10).

Jaksa menyatakan Jordi Sanchez dari ANC dan Jordi Cuixart dari Omnium memainkan peran sentral dalam menggerakkan protes pro-kemerdekaan di mana polisi nasional diperangkap di dalam sebuah bangunan dan kendaraannya dihancurkan, bulan lalu.


Sekitar 200 orang berbondong ke kantor utama pemerintah Catalan di Barcelona dalam rangka mendukung kedua laki-laki tersebut. Dalam aksi damai itu, orang-orang menyanyikan kata "kebebasan" dan mengibarkan spanduk "demokrasi."

ANC yang mengorganisir protes ratusan ribu orang di masa lalu kini meminta lebih banyak aksi damai dilakukan di Catalonia Selasa ini.

Presiden Catalonia Carles Puigdemont berkomentar melalui Twitter: "Spanyol memenjarakan pemimpin pergerakan sipil Catalonia karena mengorganisir demonstrasi damai. Sedihnya, kita punya tahanan politik lagi!"--sebuah alusi pada masa kediktatoran Francisco Franco.


Mahkamah Agung juga melarang kepala polisi Catalan, Josep Lluis Trapero, bepergian ke luar negeri dan menyita paspornya karena sedang diselidiki terkait insiden yang sama. Walau demikian, dia tidak ditahan.

Pada Selasa lalu, Puigdemont tidak jadi meminta parlemen Catalan untuk melakukan pemungutan suara soal kemerdekaan. Ia hanya membuat deklarasi simbolis dan meminta negosiasi soal masa depan daerahnya.

Dalam konfrontasi yang dipandang memicu kepanikan pasar Eropa, Puigdemont juga tidak menjawab ultimatum Madrid untuk mengklarifikasi apakah dirinya mendeklarasikan kemerdekaan secara unilateral melalui pidato pekan lalu.

Kini, ia mempunyai waktu hingga Kamis untuk memastikannya.


Dalam surat kepada Perdana Menteri Mariano Rajoy, Puigdemont tidak memberi jawaban langsung mengenai masalah kemerdekaan. Alih-alih, ia menawarkan dialog selama dua bulan ke depan.

Rajoy membalas dengan menyebut sikan Puigdemont membuat Madrid semakin dekat pada pasal 155 konstitusi, di mana kewenangan sebuah daerah otonomi seperti Catalonia bisa dicabut jika melanggar hukum.





Credit  cnnindonesia.com