Selasa, 10 Januari 2017

Kelompok Garis Keras Buddha Bubarkan Maulid Nabi SAW di Myanmar



 
Kelompok Garis Keras Buddha Bubarkan Maulid Nabi SAW di Myanmar
Para biksu dari kelompok garis keras Buddha di Myanmar. Kelompok garis keras itu dilaporkan membubarkan festival Maulid Nabi SAW yang digelar komunitas Muslim di Yangon hari Minggu (8/1/2017). Foto / Ilustrasi / REUTERS

 
YANGON - Kelompok garis keras Buddha membubarkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar komunitas Muslim di Yangon pada hari Minggu. Para saksi dan penyelenggara mengatakan ketegangan Islamofobia mulai meningkat di tengah aksi berdarah militer terhadap komunitas Rohingya di negara bagian Rakhine utara.

Puluhan orang yang dipimpin oleh segelintir biksu Buddha berjubah merah marun berbaris ke YMCA di ibu kota komersial Myanmar. Mereka menghentikan dan membubarkan perayaan untuk menandai ulang tahun Nabi Muhammad.

”Kami telah merayakan festival ini sepanjang hidup saya. Sekarang ini tampaknya seperti serangan terhadap kebebasan beragama,” kecam Kyaw Nyein, sekretaris Majelis Ulama Islam di Myanmar, kepada AFP.

”Para biarawan mencoba untuk menghentikan upacara tanpa mengatakan apa yang telah kami lakukan itu salah. Mengapa pihak berwenang tidak mengambil tindakan?,” katanya.

Saksi, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan para biksu menerobos ke lokasi perayaan dan menuntut kegiatan dihentikan.

Polisi telah dihubungi, namun tidak melakukan tindakan untuk menghentikan aksi kelompok garis keras itu.

Tin Maung Win, wakil presiden komite festival pengorganisasian dalam kegiatan itu mengatakan bahwa kelompok nasionalis Buddha berusaha untuk membangkitkan pembangkangan politik terhadap pemerintah NLD yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.

Dia mengatakan, kelompok ekstremis didukung partai USDP dan militer setelah melihat pemerintah terpilih yang baru bersikap lunak terhadap komunitas Muslim.

”Kami mengadakan festival di sini selama tujuh tahun tanpa kekerasan apapun, tapi hari ini terjadi. Hal ini karena kepentingan politik,” ujarnya kepada AFP, semalam (8/1/2017).




Credit  sindonews.com



Massa Garis Keras Buddha Ganggu Maulid Nabi SAW, Polisi Myanmar Dikerahkan

Massa Garis Keras Buddha Ganggu Maulid Nabi SAW, Polisi Myanmar Dikerahkan
Para polisi Myanmar dikerahkan di wilayah Yangon setelah festival Maulid Nabi Muhammad yang digelar komunitas Muslim hendak dibubarkan secara paksa pada hari Minggu (8/1/2017). Foto / Anadolu / Aung Naing Soe
 
YANGON - Puluhan polisi Myanmar dikerahkan di wilayah Yangon setelah kelompok garis keras Buddha memaksa membubarkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar komunitas Muslim setempat. Para polisi tiba untuk menjaga perayaan Maulid Nabi Muhammad tetap berjalan.

Gangguan dari kelompok garis Buddha itu muncul pada hari Minggu di Botataung Township, Yangon. Massa garis keras tersebut menuduh komunitas Muslim tidak memiliki izin dari pemerintah untuk menggelar perayaan untuk menandai kelahiran Nabi Muhammad.

 

Polisi Myanmar kepada kantor berita Anadolu menegaskan bahwa izin untuk festival Maulid Nabi Muhammad sudah diberikan. Penegasan dari polisi itu telah disampaikan kepada kelompok garis keras Buddha.

“Kami menjelaskan kepada mereka bahwa pihak berwenang sudah memberikan izin untuk acara keagamaan ini,” kata seorang perwira polisi, Tun Tin, melalui telepon, pada Senin (9/1/2017).

”Kemudian, mereka menuntut untuk memantau acara, dan kita memperbolehkan lima dari mereka untuk melakukannya setelah bernegosiasi dengan para tetua Muslim,” ujarnya.

Sementara itu, warga Muslim di Botataung mengeluhkan tindakan massa garis keras Buddha yang mencoba mengganggu doa warga.

Thein Nyunt, warga Muslim dari Botataung, mengatakan bahwa setelah polisi mengizinkan para biksu dari kelompok garis keras Buddha untuk memantau festival Maulid Nabi, beberapa biksu beralih menyerang dan menuduh jemaah Muslim melakukan pertemuan untuk merencanakan kekerasan.

”Kami hanya merayakan acara keagamaan. Ini konyol. Mereka membuat kami merasa sangat tidak bahagia,” katanya kepada Anadolu. ”Kami mencintai negeri kami, dan kami tidak akan pernah melakukan hal bodoh,” ujarnya.

Para biksu dari kelompok garis keras itu di antaranya berasal dari Organisasi untuk Perlindungan Ras dan Agama (Ma Ba Tha). Kelompok ini terlibat dalam kekerasan komunal antara massa Buddha Rakhine dengan massa Muslim Rohingya di wilayah barat negara bagian Rakhine pada pertengahan 2012.





Credit  sindonews.com