Presiden Hassan Rouhani mengatakan Iran akan
dengan bangga mengabaikan sanksi yang kembali diterapkan AS dan mulai
berlaku secara resmi pada Senin (5/11). (Reuters/Danish)
Jakarta, CB -- Presiden Hassan Rouhani mengatakan Iran akan "dengan bangga" mengabaikan sanksi yang kembali diterapkan Amerika Serikat dan mulai berlaku secara resmi pada hari ini, Senin (5/11).
"Saya
menyatakan bahwa Iran dengan bangga akan mengabaikan sanksi-sanksi Anda
(AS) yang ilegal dan tidak adil karena itu semua menyalahi aturan
internasional," ucap Rouhani di Teheran dalam pidatonya yang disiarkan
di televisi nasional.
Dalam kesempatan itu, Rouhani menyebut Iran
tengah dirundung sanksi-sanksi AS. Sanksi itu kembali dijatuhkan Gedung
Putih setelah Presiden Donald Trump menarik AS keluar dari perjanjian
nuklir Iran 2015 pada Mei lalu.
Di bawah perjanjian ini, negara yang bersepakat bakal mencabut sanksi
atas Iran dengan timbal balik Teheran membatasi produksi uranium hingga
tak dapat membuat senjata nuklir.
Trump mengklaim keputusan
itu dilakukan karena menganggap Iran terus mengembangkan program senjata
sehingga menyalahi kewajibannya yang tertuang dalam Joint Comprehensive
Plan of Action (JCPOA) tersebut.
"Kita sedang berada di tengah
perang ekonomi, menghadapi negara besar perundung (pem-bully). Saya
tidak pernah berpikir bahwa dalam sejarah Amerika, seseorang yang sangat
bertentangan dengan hukum dan konvensi internasional bisa memasuki
Gedung Putih," kata Rouhani seperti dikutip AFP.
Selain Rouhani, dalam pidatonya pada Sabtu lalu, Pemimpin Tertinggi Iran
Ayatollah Khamenei mengatakan bahwa sanksi AS tersebut tidak akan
berhasil karena ditentang oleh dunia.
"Tujuan Amerika adalah
ingin menghadirkan kembali dominasi yang mereka punya (sebelum 1979),
tapi mereka gagal. Amerika sudah dikalahkan oleh Republik Iran selama 40
tahun belakangan," kata Khamenei.
Komandan Garda Revolusi Iran,
Mohammad Ali Jafari, mengatakan bahwa negaranya akan melawan segala
bentuk "perang psikologis" AS melalui penerapan kembali sanksi ini.
"Amerika
meluncurkan perang ekonomi dan psikologi dengan langkah belakangan ini.
Namun, plot Amerika dan rencana mereka menerapkan sanksi lagi akan
dikalahkan melalui perlawanan terus-menerus," ucap Jafari sebagaimana
dikutip
Reuters.
Tak
hanya pejabat negara, warga Iran juga turut memprotes penjatuhan sanksi
AS tersebut. Pada Minggu (4/11), ribuan warga Iran berdemo memprotes
penjatuhan sanksi tersebut.
Para pengunjuk rasa berteriak
"Matilah Amerika!" dalam demo yang juga dilakukan guna memperingati
gerakan Revolusi Islam 1979 itu.
Dalam siaran langsung di
televisi nasional Iran, ribuan siswa terlihat membakar bendera AS, serta
sosok Paman Sam dan foto Presiden Donald Trump di depan bekas Kedutaan
Besar AS di Teheran.
Unjuk rasa dengan pekik "Matilah Amerika"
seperti ini memang rutin dilakukan warga setiap tahun. Namun kali ini,
massa lebih bergemuruh, terutama menjelang sanksi AS yang mulai berlaku
lagi.
Credit
cnnindonesia.com