Pabrik Sritex (Investor Daily / David Gitaroza)
Jakarta – PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex/SRIL) baru saja memperoleh
kontrak pengadaan seragam militer untuk Uni Emirat Arab (UEA), yang
disusul pemberian fasilitas pinjaman sebesar US$ 18 juta dari PT Bank
Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) untuk pembiayaan ekspansi.
Sekretaris Perusahaan Sritex Welly Salam mengatakan, manajemen baru
saja meneken perjanjian pengadaan seragam militer tersebut di Abu Dhabi.
"Tahun ini, perseroan akan menyediakan sekitar 150 ribu potong pakaian.
Jumlahnya bisa saja meningkat setiap tahun, tergantung kebutuhan
militer negara tersebut," jelas dia kepada Investor Daily di Jakarta,
baru-baru ini.
Namun ia belum bisa menyebutkan nilai kontrak tersebut, karena
terkait dengan hubungan antar negara. Sebelumnya, perseroan menargetkan
kontribusi ekspor seragam bisa mencapai US$ 10-15 juta tahun ini. Dalam
4-5 tahun ke depan, kontribusi ditargetkan meningkat menjadi US$ 50-80
juta.
Welly mengatakan, ekspor pakaian seragam tersebut ditujukan ke lima
negara, yaitu Kamboja, Hong Kong, Spanyol, Peru, dan Prancis. "Untuk
Kamboja, perseroan sudah meraih kontraknya. Empat negara lain masih
dalam proses finalisasi," ungkap dia.
Adapun kerja sama awal penjualan seragam perseroan adalah government
to government (G to G). Penjualan tersebut merupakan langkah lanjutan
dari tawaran Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Kamboja. Berbeda
dengan penjualan ke Kamboja, perseroan bakal menjual produknya ke empat
negara lain melalui hubungan korporasi ke pemerintah.
Menurut Welly, tahun ini, perseroan akan fokus menyelesaikan ekspansi
peningkatan kapasitas produksi. Perseroan bakal ekspansi meningkatkan
produksi untuk benang, kain jadi, kain mentah dan jumlah pakaian.
Ekspansi kapasitas produksi dari 120 juta menjadi 240 juta pada 2016.
Sebelumnya, Wakil Presiden Direktur Sritex Iwan Kurniawan Lukminto
menyatakan, pada 2017, grup perseroan juga akan melangsungkan ekspansi
bahan baku rayon melalui PT Rayon Utama Makmur, perusahaan yang
dikendalikan langsung keluarga Lukminto. Ekspansi tersebut ditaksir
bakal menyerap investasi sebesar US$ 300 juta.
Kurniawan mengatakan, Rayon Utama Makmur akan membangun pabrik
pengolahan rayon dan perkebunan eucalyptus di atas lahan seluas 80
hektare (ha). Lokasi pabrik dan perkebunan itu akan berada di sekitar
fasilitas yang dimiliki Sritex saat ini, yakni Sukoharjo, Jawa Tengah.
"Pendanaan untuk ekspansi ini sudah fully funded, dan berada di luar
Sritex. Namun, pastinya akan kami sinergikan dengan kebutuhan Sritex,"
kata Kurniawan, beberapa waktu lalu.
Ekspansi tersebut dilangsungkan mengingat potensi pasar rayon di
dunia masih sangat besar. Hal tersebut ditandai oleh permintaan ekspor
dan domestik terhadap rayon yang terus meningkat.
Dengan ekspansi rayon, ia berharap, pihaknya dapat menekan jumlah
impor bahan baku. Selama ini, Sritex harus mengimpor sekitar 50 – 60%
rayon yang dibutuhkan untuk produksi.
Peningkatan kapasitas produksi sudah mulai dilakukan dari 2014,
dengan belanja modal (capital expenditure/capex) yang digunakan sebesar
US$ 55 juta. Sedangkan pada 2015 sebesar US$ 130 juta dan tahun ini
sebesar US$ 80 juta.
Sumber dana capex berasal kas internal dan obligasi. Berdasarkan
catatan Investor Daily, Sritex telah mengantongi dana segar sebesar US$
200 juta melalui penerbitan global bond pada kuartal II-2014. Kupon
obligasi tercatat sebesar 9%.
Tahun ini, Sritex menargetkan pendapatan sekitar US$ 690 juta atau
tumbuh 7% dibandingkan proyeksi pendapatan tahun lalu yang senilai US$
630 juta. Selain meningkatkan kapasitas produksi, strategi perseroan
adalah diversifikasi produk bernilai tambah (value added).
Adapun komposisi produk perseroan dan kontribusinya terhadap
pendapatan adalah benang sekitar 43%, kain jadi 25%, garmen 20%, dan
sisanya kain mentah 12%.
Welly menambahkan, perseroan juga melakukan efisiensi, melalui
otomatisasi beberapa proses produksi. "Dengan otomatisasi, pekerjaan
manual bisa berkurang, dan bisa menghemat biaya produksi sekitar 5%,"
paparnya.
Ia menambahkan, perseroan masih menunda rencana akuisisi ritel.
"Rencana itu untuk jangka panjang, kami masih fokus ekspansi kapasitas
produksi," ungkapnya.
Sritex bertekad dapat menjadi pemasok merek pakaian untuk pasar dunia
pada 2017. Adapun kontribusi sektor ritel terhadap pendapatan Sritex
diperkirakan cukup besar.
Jika semua bisa berjalan lancar, kontribusi pendapatan dari bisnis
ritel diharapkan mencapai Rp 2 triliun. Hal ini ditargetkan bisa
terealisasi dalam tiga tahun.
Sritex memproyeksikan kontribusi pendapatan dari sektor ritel pada
2018 mencapai 60%. Nantinya, perseroan akan mendistribusikan produk
pakaiannya dari garmen langsung ke pembeli.
Credit
Beritasatu.com