Selasa, 09 Februari 2016

Ilmuwan Ciptakan Matahari Buatan

Mungkinkah Wendelstein 7-X akan menjawab solusi energi masa depan? Di reaktor fusi nuklir itu ilmuwan untuk pertamakalinya berhasil memproduksi plasma hidrogen dan membuka jalan bagi sumber energi tak terbatas.
Wendelstein - Forschungsreaktor 7-X Plasma Hidrogen yang diproduksi ilmuwan di stellarator, Wendelstein 7-X
Ketegangan menyebar cepat di Kantor Pusat Institut Max Planck untuk Fisika Plasma di Greifswald. Bahkan Kanselir Angela Merkel pun, yang Doktor ilmu fisika, bersedia datang untuk menyimak catatan sejarah baru ilmu pengetahuan tersebut.
Karena untuk pertamakalinya ilmuwan bakal menghadirkan matahari di Bumi, walaupun cuma untuk sekejap dalam bilangan beberapa milidetik.
Instalasi Wendelstein 7-X di Greifwald dibuat untuk mensimulasikan proses fusi nuklir di dalam matahari. Bola api raksasa itu mengubah Hidrogen menjadi Helium secara permanen. Proses tersebut melepaskan energi dalam jumlah besar dalam bentuk Photon.
Deutschland Plasmagefäß für das Kernfusionsexperiment Wendelstein 7-X Stellarator milik Institut Max Planck untuk Fisika Plasma di Greifwald, Jerman
Di Greifswald ilmuwan menyuntikkan beberapa gram Hidrogen ke dalam Stellarator dan memanaskannya dengan energi setara 6000 oven Microwave. Hasilnya adalah gas panas berupa plasma bersuhu jutaan derajat Celsius. Pencapaian tersebut adalah yang pertama dalam sejarah.
"Segalanya berlangsung lancar," tutur Robert Wolf, ilmuwan senior di Max Planck. "Dengan sistem serumit ini, anda harus yakin semuanya bekerja sempura, karena selalu ada risiko yang mengintai."
Desember silam ilmuwan di Greifswald telah berhasil memproduksi plasma Helium. Kini instalasi bernilai milyaran Euro itu sukses membuat plasma Hidrogen. Hasil tersebut membuka jalan bagi ilmuwan untuk menjinakkan proses fusi nuklir dan suatu saat akan membanjiri dunia dengan energi murah dan tak terbatas.
Tantangan selanjutnya adalah membuat proses fusi nuklir stabil untuk waktu yang lama. "Tujuannya adalah 30 menit. Kalau kita berhasil tahun 2025, itu sudah bagus, kalau lebih awal malah lebih baik lagi," ujar Wolf.





Credit  DW.com