Kamis, 20 Oktober 2016

Kesucian Al-Aqsa dan Sejarah Perpindahan Kiblat

 Tampak peziarah yang sedang berjalan menuju Masjid Al Aqsa
Tampak peziarah yang sedang berjalan menuju Masjid Al Aqsa
 
CB, JAKARTA -- Masjid Al-Aqsha yang berada di Kota Palestina, merupakan salah satu tempat kebanggaan umat Muslim di seluruh dunia. Sebab, Rasulullah SAW pernah menyinggahi tempat ini ketika peristiwa Isra dan Mi'raj untuk menerima perintah shalat lima waktu. (QS Al-Isra [17]: 1). Dan sejarah telah mencatat, bagaimana peristiwa Isra dan Mi'raj itu berlangsung.

Masjid Al-Aqsha menjadi tempat suci ketiga umat Islam setelah Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Hal ini juga diakui oleh Karen Armstrong dalam bukunya yang berjudul Jerusalem; Satu Kota Tiga Iman.
Sebelum melaksanakan Mi'raj (naik ke langit), Rasulullah SAW melaksanakan shalat sunnat di masjid Al-Aqsha. Selain itu, masjid Al-Aqsha juga pernah menjadi kiblat pertama umat Islam sebelum akhirnya datang perintah Allah kepada Rasulullah SAW untuk menghadap kiblat ke Baitullah (ka'bah) di Makkah.
(QS Al-Baqarah [2]: 142-145)
Tentu menjadi sebuah pertanyaan besar, baik di kalangan umat Islam maupun umat lainnya, mengapa Rasulullah SAW justru melaksanakan Mi'raj dari Masjid Al-Aqsha? Mengapa tidak di Masjidil Haram? Mengapa saat melaksanakan shalat itu dulunya Rasulullah SAW menghadap ke Baitul Maqdis (Al-Aqsha)? Dan tentunya masih banyak pertanyaan lainnya.
Oleh karena itu, teramat penting bagi umat Islam untuk mengetahui hal tersebut. Dalam beberapa keterangan disebutkan, ketika Allah memerintahkan perintah shalat dan menghadap ke Masjid Al-Aqsha, hal itu dimaksudkan agar menghadap ke tempat yang suci, bebas dari berbagai macam berhala dan sesembahan.
Ketika itu, kondisi Masjid Al-Haram yang merupakan tempat keberangkatan Isra dan Mi'raj, belum berupa bangunan masjid. Sebab, kala itu masih dipenuhi berhala-berhala yang jumlahnya mencapai 309 buah dan senantiasa disembah oleh orang Arab sebelum kedatangan Islam. Sehingga, dibawah dominasi kekufuran seperti itu, Rasulullah SAW belum bisa menunaikan ibadah shalat di tempat tersebut.
Selain itu, bila Rasulullah SAW saat itu melaksanakan shalat dengan menghadap ke Masjid Al-Haram, maka hal itu akan menjadi kebanggaan bagi kaum kafir quraisy bahwa Rasulullah SAW seolah mengakui berhala-berhala mereka sebagai tuhan. Inilah salah satu hikmah diperintahkannya shalat dengan menghadap ke Baitul Maqdis (Al-Aqsha).
Dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 142, Allah SWT menjelaskan mengapa perpindahan kiblat itu dilakukan. Sewaktu Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, sekitar 16-17 bulan setelah hijrah itu, Allah memerintahkan Rasulullah untuk menghadapkan wajahnya ke masjidil Haram (Ka'bah).
Perpindahan ini dimaksudkan, bahwa ibadah shalat itu bukan semata-mata menghadap ke masjid al-Haram atau Al-Aqsha sebagai tujuan, melainkan menghadapkan diri pada Allah. Dan adapun ka'bah adalah sebagai pemersatu umat Islam dalam menentukan arah kiblat.
Sama seperti Al-Aqsha yang juga belum berupa bangunan masjid (ketika itu), dan al-Shakhra masih berupa gundukan tanah yang dipenuhi dengan debu. Adapun hikmah dibalik penyebutan Allah terhadap Al-Haram dan Al-Aqsha sebagai masjid (sebagaimana surah al-Isra` [17] ayat 1), adalah untuk menunjukkan pada umat Islam bahwa semua itu merupakan mukjizat yang akan datang dan terwujud seiring dengan berjalannya waktu sebagaimana sekarang ini, keduanya telah menjadi Masjid.


Credit  REPUBLIKA.CO.ID




Masjid al-Aqsa, Masjid Kedua yang Dibangun di Bumi

Masjid al-Aqsa, Yerusalem.
Masjid al-Aqsa, Yerusalem.
 
CB, JAKARTA --  Selain masjid Al-Aqsa, di Palestina (Yerusalem) ini, juga sangat istemewa, lantaran di kota ini beberapa rasul terdahulu menerima wahyu dari Sang Khalik. Syahdan, kali pertama Yerusalem dibangun Nabi Daud AS setelah menguasai kota itu dari masyarakat Yebusit. Nabi Daud lalu mengembangkan dan menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota kerajaannya.

Tahta kerajaan Nabi Daud lalu digantikan Nabi Sulaiman AS. Di kota itu, Nabi Sulaiman membangun sebuah Haekal atau Harem Syarief (tempat yang mulia) yang lengkap dengan singgasananya. Para ahli sejarah Yahudi menyatakan, Nabi Sulaiman membangun sebuah kuil yang bernama Baitallah.
Haekal atau Baitallah itu menjadi tempat beribadah umat Yahudi pertama yang indah dan megah. Di tengah Haekal itulah terdapat sebuah batu hitam bernama Sakhrah Muqaddasah. Berlandaskan batu itulah, Rasulullah SAW melanjutkan mi'raj menghadap Sang Pencipta untuk menerima perintah shalat.
Namun demikian, Hanafi al-Mahlawi, dalam bukunya Al-Amakin al-Masyhuriyah fi Hayati Muhammad SAW, (Harum Semerbak, Tempat-tempat Bersejarah yang dikunjungi Rasulullah SAW), menyatakan, jauh sebelum Nabi Sulaiman AS membangun Haikal tersebut, Nabi Ya'kub AS (nenek moyang Sulaiman AS) telah membangun sebuah masjid di Palestina yaitu Masjid Al-Aqsa.
Masjid Al-Aqsa pertama kali dibangun oleh Nabi Ya'kub AS dan direnovasi oleh Nabi Daud AS kemudian disempurnakan oleh Nabi Sulaiman AS. Masjid Al-Aqsha adalah masjid kedua yang dibangun diatas dunia ini setelah Masjid Al-Haram (Makkah).
Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan, Abu Dzar RA meriwayatkan bahwa ia bertanya kepada Rasulullah SAW tentang masjid pertama yang dibangun di muka bumi, Rasul menjawab : ''Masjid Al-Haram.'' Abu Dzar bertanya lagi, ''Selanjutnya masjid apa?'' Beliau menjawab, ''Masjid Al-Aqsa.''
Abu Dzar bertanya lagi, ''Berapa lama jarak pembangunan keduanya?'' Rasulullah SAW berkata, ''40 tahun.” Lalu Allah menjadikan bumi ini bagi kalian sebagai masjid. Oleh karena itu, kapanpun waktu shalat, lakukanlah shalat diatasnya, karena dia memiliki keutamaan.''
Dalam beberapa keterangan, Masjid Al-Aqsa pertama kali dibangun pada sekitar 2.500 tahun sebelum masehi (SM).



Credit  REPUBLIKA.CO.ID



Al-Shakhra, Batu Tambatan Buraq

Dome of The Rock (Masjid Kubah Batu) di Yerusalem, Palestina.
Dome of The Rock (Masjid Kubah Batu) di Yerusalem, Palestina.
 
CB, JAKARTA --  Salah satu poin penting yang terjadi dalam peristiwa Isra dan Mi'raj Rasulullah SAW adalah tempat berpijaknya kaki Rasulullah saat akan naik ke langit dan menaiki buraq (kendaraan yang membawa Rasulullah SAW dan malaikat Jibril, sejenis baghal yang lebih kecil dari kuda namun lebih besar dari keledai), yakni sebuah batu (al-Shakhra).
Batu itu terletak di sekitar Masjid al-Shakhra (kubah batu) yang juga dijuluki dengan nama Dome of the Rock. Masjid ini dibangun atas perintah Khalifah Umar bin Khattab RA, pada tahun 15 H/636 M, ketika tentara Islam berhasil menaklukkan Palestina (Yerusalem) dari tangan Israel. Karenanya ada pula yang menyebutnya dengan nama Masjid Umar. Dan hingga kini, batu itu tersimpan dengan baik didalam Masjid Kubah Batu tersebut.
Banyak pihak yang mengaitkan batu tempat berpijak kaki Rasulullah SAW dan tambatan buraq tersebut dengan cerita-cerita mistik, yaitu batu terapung. Konon disebutkan, batu itu dulunya juga ingin ikut naik bersama Rasulullah SAW, namun beliau melarangnya. Karena sudah sempat naik (mengambang), Rasulullah memerintahkannya untuk berhenti, sehingga menjadi terapung.
Cerita ini diungkapkan oleh banyak pihak untuk merusak keimanan umat Islam. Bahkan, di internet banyak beredar foto-foto batu yang seolah-olah terapung (mengambang). Padahal, foto 'mengambang' itu merupakan hasil rekayasa. Karena sesungguhnya, pada batu itu terdapat penyangga dibawahnya. Wa Allahu A’lam.


Credit  REPUBLIKA.CO.ID