Mereka tidak mengira ada senjata modern seperti rudal BUK di sana.
Seorang polisi militer berjaga di depan
kokpit pesawat Malaysia Airlines MH17 yang dikontruksi ulang oleh Dewan
Keselamatan Belanda. (13/10/2015) (REUTERS/Michael Kooren)
Pernyataan itu disampaikan untuk merespons hasil laporan akhir Dewan Keselamatan Penerbangan Belanda yang dirilis pada Selasa kemarin, 13 Oktober 2015.
Dalam laporan itu, pesawat Malaysia Airlines MH17 terbukti jatuh akibat ditembak rudal jarak menengah jenis BUK buatan Rusia.
Dewan Keselamatan Penerbangan Belanda menyayangkan, mengapa Ukraina tidak menutup zona udara mereka sehingga tidak dilalui penerbangan sipil. Pada faktanya, di hari itu, terdapat 61 penerbangan lain yang terbang di atas Ukraina Timur.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Pavlo Klimkin, mengatakan kepada jurnalis di markas PBB di New York, Amerika Serikat, mengaku tidak tahu ada senjata anti pesawat udara yang disiagakan di area itu.
Dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 14 Oktober 2015, Klimkin berpikir tidak ada satu pun pihak yang menduga akan ada ancaman sedemikian besar.
"Semua orang pasti yakin senjata yang disiagakan di sana adalah
jenis konvensional. Tidak ada satu pun orang saat ini yang bahkan
menyadari kehadiran peralatan senjata modern yang bisa ditembakkan ke
udara," kata Klimkin.
Dia menyebut Ukraina, Australia, Belanda, Malaysia, Belgia dan
negara lain yang warganya terdapat di dalam pesawat, tengah
mempertimbangkan opsi untuk menyeret pelaku penembakan ke jalur hukum.
Negara-negara itu kini sedang melakukan penyelidikan tindak kriminal terhadap jatuhnya MH17.
Dia mengatakan negara-negara akan kembali ke Dewan Keamanan PBB
untuk mencari dukungan bagi dibentuknya pengadilan internasional.
"Membawa sebuah senjata anti pesawat ke udara yang modern dan
sangat berbahaya ke area Donbass merupakan sebuah contoh tindakan yang
dapat dan seharusnya diperlakukan sebagai terorisme dan tindak kejahatan
perang," kata Klimkin.
Walau Dewan Keselamatan Penerbangan Belanda tidak menyebut pelaku
penembakan atau tempat di mana rudal ditembakkan, Pemerintah Ukraina
menyalahkan kelompok pemberontak sebagai biang keladi penembakan.
Sedangkan Rusia yang kini terpojok karena disebut Dewan Keselamatan Belanda yang membuat rudal BUK, justru menyalahkan Ukraina.
Pada Juli lalu, Rusia juga memveto rancangan resolusi Dewan
Keamanan PBB yang akan membentuk pengadilan internasional untuk
menghukum pihak yang diduga menjadi biang keladi jatuhnya MH17.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri, juga
berkomitmen untuk menyeret pelaku penembakan ke hadapan hukum dan harus
bertanggung jawab atas tragedi memilukan yang terjadi pada 17 Juli 2014.
Saat itu, pesawat tengah mengangkut 298 penumpang dan kru. Sebanyak 12 orang di antaranya berasal dari Indonesia
Credit VIVA.co.id