Jakarta (CB) - Siswa-siswi
madrasah kembali menorehkan prestasi di bidang penelitian. Kali ini,
siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri I Yogyakarta (MANSA) berhasil meraih
medali emas dan perak pada Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI)
2015 yang diselenggarakan oleh Direktorat PembinaanSMA Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Ada
dua tim MANSA yang meraih medali Olimpiade yang puncaknya tanggal 15
Oktober 2015 di Surabaya, sebut laman kemenag.go.id yang dikutip Selasa.
Peraih
medali emas adalah Roqi Reflanska Bintang Mahardika (siswa kelas XII
IPA I) dan Salma Jihan Noviarini (Siswi kelas XII IPA 2). Keduanya
melakukan penelitian dengan tema “Yogurt dan Limbah Nata Ssebagai Filter
Kaca Helm Hidrofobik (anti basah).” Selain mendapatkan medali emas,
mereka juga mendapatkan uang pembinaan sebasar 15 juta.
Roqi
mengungkapkan bahwa penelitian ini tidak datang tiba-tiba. Pemilihan
yogurt sebagai bahan juga tidak datang tiba-tiba. “Kami baca
jurnal-jurnal penelitian. Kami juga mencari bahan-bahan yang murah,
karena dalam penelitian ini kami menggunakan biaya mandiri dan bantuan
dari Dikpora. Ketemulah dengan yogurt yang sudah kadaluwarsa. Kami juga
melakukan percobaan berkali-kali,” ungkap Roqi.
Roqi juga mengungkapkan rasa senang dan haus atas kemenangan ini. “Nggak nyangka. Kami yang basic-nya di bawah naungan Kementerian Agama yang bercirikhaskan agama Islam, turut bersaing dan bahkan bisa meraih gold medal di antara siswa-siswi SMA,” ujarnya.
“Dari
pengalaman ini, saya mendapatkan banyak pelajaran di antaranya jangan
pernah minder, tunjukkan kepada dunia bahwa Madrasah dapat bersaing.
Ingat jangan pernah menyarah, tidak ada hasil yang menghianati usahanya
dan tidak ada hasil tanpa doa yang panjang,” tambahnya.
Adapun
tim kedua adalah Hana Hanifah (siswi kelas XI MIA 1) dan Trixie
Azharine A (siswi kelas XI MIA2). Mereka meraih medali perak dan uang
pembinaan sebesar 12 juta. Penelitian mereka bertemakan “Pengaruh
Pemberian Variasi Pakan terhadap Pertumbuhan Kutu Air (daphnia magna) Sebagai Pakan Alami.”
“Awalnya
teman saya, Trixie, waktu pulang kampung melihat pembudidayaan ikan.
Ikan-ikan tersebut diberi makan dengan pelet ikan yang jumlahnya banyak.
Dia berpikir kalau pakai pelet pasti butuh banyak. Nah, kenapa tidak
menggunakan pakan alami yang berupa hewan dan dapat diperbanyak,"
katanya.
"Lalu, di daerah saya
ada banyak dan mudah dijumpai ampas kelapa yang sudah tidak dipakai.
Setelah membaca jurnal dan penelitian, kami dapatkan informasi bahwa
salah satu pakan alami ikan adalah kutu air(Daphnia magna) dan
ampas kelapa ternyata bisa mengundang kutu air dan masih mengandung
beberapa kandungan gizi. Oleh sebab itu kami mencoba untuk memperbanyak
Daphnia dengan memberi variasi pakan dari limbah ampas kelapa yang
difermentasi,” jelas Hana.
Penelitian
yang dilakukan Hana dan Trixie ini dipersiapkan sejak bulan Januari dan
dimulai penelitiannya sejak bulan Mei hingga Agustus. Hana juga
mengungkapkan kekagetannya atas prestasi medali perak ini. “Nggak
nyangka. Madrasah bisa bersaing dengan SMA, bahkan di tingkat nasional,”
pungkasnya.
Tradisi penelitian
di MANSA sudah mulai terbangun dengan adanya program pembimbingan
riset. “Program pembimbingan ini berupa kajian rutin tiang minggu, lalu
mengumpulkan ide-ide, selanjutnya pendampingan pembuatan proposal,
workshop dan pendalaman mengenai karya tulis, pendampingan dalam progres
penelitian, dan terakhir tahap pendampingan penulisan laporan.
Selama pendampingan ini, kami bekerjasama dengan berbagi stakeholder seperti
UGM, UNY, UIN Sunan Kalijaga, Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, Dikpora
dan Sagasitas DIY,” jelas Nur Fathurrahman Ridwan, guru pembimbing dan
sekaligus juga alumni MANSA angkatan 2009, yang kebetulan juga alumni
Universitas Negeri Yogyakarta.
Nur—sapaan
akrab Nur Fathurrahman Ridwan—mengungkapkan bahwa anak-anak madrasah
memiliki kegigihan dan pantang menyerah dalam penelitian.
"Mereka lembur di laboratorium siang
malam. Bahkan sampai ada yang tidak tidur. Mereka juga memiliki daya
serap tinggi dalam membedah jurnal penelitian. Sangat antusias dalam
berkonsultasi terutama dengan para dosen di universitas-universitas.
Selain itu, mereka juga memiliki kemampuan verbal yang baik," ungkap
Nur.
Credit ANTARA News