Selasa, 20 Oktober 2015

Kelompok Anti-Islam Jerman Turun ke Jalan Menolak Pengungsi


Kelompok Anti-Islam Jerman Turun ke Jalan Menolak Pengungsi Merayakan ulang tahun pertamanya, Gerakan anti-Islam Jerman, PEGIDA, turun ke jalan untuk memprotes kebijakan Jerman yang membuka pintu bagi pengungsi. (Reuters/Fabrizio Bensch)
 
 
Jakarta, CB -- Gerakan anti-Islam Jerman, PEGIDA, kembali turun ke jalan dan melakukan demonstrasi pada Senin (19/10), merayakan ulang tahunnya yang pertama dengan mengekspresikan kemarahan atas keputusan pemerintah Jerman yang menerima ratusan ribu imigran dari Timur Tengah.

Gerakan Patriot Eropa Melawan Islamisasi di Barat atau PEGIDA, mulai menurun awal tahun ini ketika pemimpinnya mengundurkan diri akibat skandal foto selfie mirip Hitler terbit di media-media Jerman.

Namun dukungan bagi gerakan kanan ini membengkak lagi setelah Jerman mengimplementasikan keputusan Kanselir Angela Merkel untuk membuka pintu bagi gelombang pengungsi. Jerman diprediksi akan menerima 800 ribu hingga 1 juta pengungsi tahun ini saja, namun Merkel beralasan pengungsi ini di kemudian hari akan menguntungkan Jerman karena negara itu terancam mengalami depopulasi.


Polisi menolak untuk memberika perkiraan pengunjuk rasa PEGIDA kali ini, namun media-media Jerman menyebut sekitar 15 ribu hingga 20 ribu orang, di bawah puncak dukungan untuk PEGIDA sebanyak 25 ribu orang pada Januari lalu.

Namun sekitar 14 ribu kontra-demonstran juga turun ke jalan, mendesak masyarakat untuk menyambut pengungsi.

Pendukung PEGIDA melambaikan bendera Jerman dan membawa poster bertulis slogan-sloga seperti “Neraka menyambut pengungsi palsu”.

Berkumpul di luar gedung opera bersejarah Semperoper di Dresden, pendukung PEGIDA berteriak “Deportasi! Deportasi!” dan “Merkel harus pergi!”

“Kami hanya orang biasa yang takut apa yang akan terjadi,” ujar Patrick, 37, seorang mekanik monil. "Sebagai warga negara Jerman yang membayar pajak, Anda merasa seperti Anda sedang dibawa berjalan-jalan.”

Lutz Bachmann, pemimpin PEGIDA yang mengundurkan diri, mengatakan pada demonstran, "Politisi menyerang dan memfitnah kita dan trik terendah digunakan untuk membungkam kita. Kami diancam mati, ada serangan terhadap kendaraan dan rumah kita dan kita diseret melalui lumpur, tapi kita masih di sini. Dan kita akan menang!"

Sementara itu, kelompok yang mendukung kebijakan Jerman untuk menerima pengungsi juga turun ke jalan, menandingi PEGIDA. (Reuters/Fabrizio Bensch)
Kontra-demonstrasi

Sementara itu, kelompok kontra-demonstrasi juga turun ke jalan dan meneriakkan “Katakan dengan lantang, katakan dengan jelas, pengungsi diterima di sini!”

Di saat banyak kota-kota di Jerman berjuang untuk menaungi pengungsi, kritik atas kebijakan Merkel terus tumbuh, popularitasnya turun, dan terdapat pula serangan pembakaran di pusat-pusat pengungsian.

"Kami ada untuk keberagaman dan, masyarakat yang terbuka, berwarna, bukan kebencian dan kekerasan. Orang-orang yang menghasut dengan slogan-slogan sayap kanan menambah bahan bakar ke api.”

Thomas Jaeger, ilmuwan politik di Cologne University, mengatakan PEGIDA dan gerakan alternatif sayap kanan diizinkan oleh pemerintah untuk menentukan bagaimana krisis pengungsi itu dirasakan oleh banyak orang.

"Apa yang tampaknya mengkhawatirkan banyak orang sekarang adalah bahwa orang-orang dari budaya yang berbeda datang ke sini, dan mereka tidak tahu bagaimana mereka akan mengintegrasikan, dan ketakutan itu menyebar, dan yang sekarang sedang dieksploitasi oleh beberapa kekuatan politik,” ujar dia.

Credit   CNN Indonesia