Rabu, 23 Februari 2022

AS telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia

Presiden AS Joe Biden.


CUPUMA - AS juga telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia. AS menargetkan utang negara dan dua lembaga keuangan besar Rusia, termasuk bank militer negara itu.

"Kami telah memutus akses pemerintah Rusia dari pembiayaan Barat. Mereka tidak dapat mengumpulkan uang lagi dari Barat. Pun, Rusia tidak dapat memperdagangkan utang barunya di pasar kami atau Eropa," ujar Presiden AS, Joe Biden.

Kemarin, Biden mengaku sedang menyiapkan sanksi yang akan membatasi bisnis perusahaan AS dengan Donetsk dan Luhansk. Tetapi, pada akhirnya paket sanksi yang diumumkan turut menyasar institusi Rusia. 

"Kami juga akan menjatuhkan sanksi pada elite Rusia dan anggota keluarganya. Mereka berbagi keuntungan korup dari kebijakan Kremlin dan harus berbagi rasa sakit juga," kata Biden.





AS Mobilisasi 800 Tentara dan Jet Tempur ke Dekat Ukraina

Ilustrasi

Jakarta, CUPUMA - Amerika Serikat melakukan mobilisasi 800 tentara dan alat perang lainnya ke wilayah Baltik. Tak cuma itu, militer AS, menurut sumber anonim dari dalam pemerintahan, memindahkan pula delapan jet tempur F-35 ke sejumlah kawasan Eropa Timur serta mengirim 32 helikopter Apache AH-64 ke Baltik dan Polandia.

Sumber anonim yang merupakan pejabat senior pertahanan AS tersebut menyatakan kalau tindakan ini diambil demi mencegah ancaman agresi ke negara-negara anggota NATO.

Memang, AS tak bisa mengirim pasukan langsung ke Ukraina. Sebab, Ukraina bukan anggota NATO. Dengan fakta itu, AS tak memiliki kewajiban melindungi Ukraina dari Rusia.

"Personel tambahan ini diposisikan ulang untuk meyakinkan sekutu kami, NATO, untuk mencegah ancaman agresi terhadap negara-negara anggota, dan berlatih dengan pasukan negara tuan rumah," kata pejabat senior pertahanan AS.



Jerman Mengumumkan Penghentian Proyek Pipa Gas Rusia

Kanselir Jerman, Olaf Scholz

Jakarta, CUPUMA -- Kanselir Jerman, Olaf Scholz, mengumumkan penghentian proyek pipa gas Rusia setelah Presiden Vladimir Putin mengakui kemerdekaan wilayah Ukraina yang dikuasai separatis, Donetsk dan Luhansk.
Scholz mengatakan bahwa ia sudah memerintahkan penghentian proses "review" pihak berwenang atas Nord Stream 2, proyek pipa yang dapat mengalirkan gas alam dari Rusia ke Jerman.

"Kedengarangannya teknis, tapi ini langkah administratif yang diperlukan agar tak ada sertifikasi pipa. Tanpa sertifikasi ini, Nord Stream 2 tak bisa mulai beroperasi," kata Scholz, seperti dikutip AFP, Selasa (22/2).

Scholz menegaskan, keputusan menghentikan proyek itu hanya salah satu langkah konkret untuk merespons tindakan Rusia. Menurut Scholz, sanksi lain akan dijatuhkan jika Moskow bertindak lebih jauh.

Ia juga yakin Uni Eropa akan menyetujui serangkaian sanksi yang menargetkan Rusia dalam waktu dekat.

"Saya yakin kami akan berhasil," kata Scholz, saat ditanya apakah Uni Eropa akan menyepakati embargo ke Rusia.

Pernyataan itu muncul usai Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menuntut penghentian proyek pipa gas asal Rusia tersebut. Jika beroperasi, pengiriman gas akan dilakukan melalui Laut Baltik.

Zelensky mendesak penghentian ini usai Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengakui kemerdekaan wilayah di timur Ukraina yang dikuasai separatis, Donetsk dan Luhansk.

Selama ini, proyek Nord Stream 2 menjadi penghalang utama bagi Barat saat berusaha menghentikan upaya Rusia untuk menginvasi Ukraina.

Proyek tersebut juga sudah lama menjadi sumber ketegangan antara Jerman dan AS. Washington menilai proyek Nord Stream 2 akan memberi peluang Moskow untuk memengaruhi ketergantungan energi Berlin.

Januari lalu, Presiden AS, Joe Biden, memperingatkan akan menemukan cara mengakhiri proyek tersebut jika Rusia menyerang Ukraina.



Imbas Ukraina, Inggris Akan Sanksi 5 Bank dan 3 Orang Super Kaya Rusia

Luhansk dan Donetsk.


Jakarta, CUPUMA -- Inggris bakal menjatuhkan sanksi terhadap lima bank dan tiga orang super kaya Rusia usai Presiden Vladimir Putin mengakui kemerdekaan wilayah Ukraina yang dikuasai separatis, Luhansk dan Donetsk.

"Ini merupakan langkah pertama dari rentetan awal yang kami siap lakukan, dan kami siap menjatuhkan sanksi lebih jauh bersama Amerika Serikat dan Uni Eropa," ujar Perdana Menteri Boris Johnson di hadapan parlemen, Selasa (22/2).

Sebagaimana dilansir AFP, Johnson kemudian menjabarkan kelima bank yang akan menjadi target sanksi Inggris, yaitu Rossiya, IS, General, Promsvyazbank, dan Black Sea.

Sementara itu, Inggris juga akan menjatuhkan sanksi atas tiga orang yang disebut "memiliki kekayaan sangat tinggi." Mereka terdiri dari Gennady Timchenko, Boris Rotenberg, dan Igor Rotenberg.

Dengan sanksi ini, aset ketiga pebisnis tersebut yang berada di Inggris akan dibekukan. Timchenko, Boris, dan Igor juga dilarang masuk ke Inggris.

Ini bukan satu-satunya sanksi yang bakal menghantam Rusia. Sebelumnya, Jerman juga memutuskan untuk menghentikan proyek pipa gas Rusia sebagai respons atas tindakan Putin.

Sementara itu, Uni Eropa juga bakal menjatuhkan sanksi atas Rusia. Saat ini, Uni Eropa sedang menggodok sanksi tersebut dalam rapat darurat.

Rusia menjadi sasaran sanksi negara Barat setelah Presiden Vladimir Putin mengakui kemerdekaan wilayah di timur Ukraina yang dikuasai separatis, Luhansk dan Donetsk.

Putin kemudian mengerahkan pasukan ke kedua wilayah itu atas dalih untuk menjaga perdamaian. Negara lain menganggap pengerahan itu sebagai invasi karena Luhansk dan Donetsk masih menjadi wilayah resmi Ukraina.




Selasa, 22 Februari 2022

Tank Ukraina Untuk Perang Darat Hadapi Rusia

Ilustrasi


Jakarta, CUPUMA --Ukraina memiliki sejumlah kendaraan tempur (ranpur) jenis tank untuk menjaga pertahanan negara dari serangan Rusia. Ada beberapa jenis tank yang digunakan oleh negara pecahan Uni Soviet itu.

Berdasarkan firma inventarisasi peralatan GlobalData 2021, jumlah peralatan militer Ukraina saat ini sebanyak 12.300 kendaraan lapis baja terdiri dari jenis tank tempur utama, tank ringan dan tank perusak. Berikut sederet ranpur jenis tank yang bakal dikerahkan Ukraina ketika perang pecah.

Tank Ukraina yang paling terkenal adalah tank tempur utama (MBT) T-64. Negara tersebut memiliki 720 unit. Pabrik Lokomotif Kharkiv Ukraina merancang dan memproduksi T-64 dan mulai beroperasi selama Perang Dingin pada 1966.

Kendaraan itu merupakan pembaruan besar dari model T-55 dan T-62 yang saat itu disegani. T-64 dilengkapi dengan pelindung reaktif Kontakt-1 yang mencakup area yang sangat rentan dari tank.

Peningkatan dari model sebelumnya mencakup mesin diesel yang lebih baik, dan penggantian loader yang dioperasikan oleh personel dengan perangkat otonom.

Meriam smoothbore 125mm sekarang menjadi senjata standar di tank tersebut. Tetapi T-64 adalah tank Soviet pertama yang menerimanya dan juga dapat menembakkan peluru kendali anti-tank AT-8 Songster.

AT-8 memiliki hulu ledak anti-tank berdaya ledak tinggi tunggal, yang dapat menembus setidaknya 600 mm lapis baja, dan dapat menyerang kendaraan lapis baja hingga 4 kilometer.

Model T-64BV juga dilengkapi dengan senapan mesin koaksial 7,62 mm, senapan mesin Nikitina-Sokolova-Volkova Tankovy 12,7 mm, dan dua bank dari empat pelepas granat asap, menurut laporan Forbes.

T-64 menimbulkan tantangan bagi militer Ukraina dalam mempertahankannya dan memodernisasi model T-64BM dan lahirlah T064BM Bulat. Saat ini, T-64 secara teknologi lebih unggul dari sebagian besar rekan Rusia mereka.

Adu Kuat Jet Tempur AS vs Rusia
Tank T-72

Tank tempur utama T-72 adalah tank tempur utama buatan Soviet. Kiev mengoperasikan 3.600 unit T-72 yang, termasuk varian T-72UA1, T-72B1, T-72AV dan T-72A.

Persenjataan T-72 sama dengan T-64 dan dapat membawa 45 butir amunisi 125mm, di mana 22 peluru dibawa pada kompartemen otomatis. Selongsong itu menembakkan peluru penusuk lapis baja yang terpisah, peluru anti-tank berdaya ledak tinggi, dan proyektil fragmentasi berdaya ledak tinggi.

Terdapat sistem rudal anti-armor tank 9K120 Svir (kode nama NATO AT-11 Sniper). Perlindungan T-72 mencakup pelapisan lapis baja, dengan susunan lapis baja gabungan di bagian atas tank, menurut laporan Army Technology.




Awasi Antartika usai Insiden Laser China, Australia Kucurkan Dana Rp 8 T

Perdana Menteri Australia Scott Morrison

CUPUMA, Jakarta - Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengumumkan kucuran dana sebesar A$ 804 juta atau sejumlah Rp 8,3 triliun untuk membeli drone dan helikopter. Dana itu sekaligus untuk mendirikan stasiun bergerak di Antartika. Morrison menyebut Australia perlu melakukan penjagaan di wilayah tersebut.

Kebijakan Australia dilakukan tidak lama setelah adanya insiden sinar laser dengan China. Morrison mengatakan bahwa China tidak punya tujuan yang sama dengan Australia di Antartika.

“Kita perlu mengawasi Antartika karena ada orang lain yang memiliki tujuan berbeda dengan kita, dan kita perlu memastikan tidak hanya untuk kepentingan Australia, tetapi juga untuk kepentingan dunia, bahwa kita melindungi lingkungan luar biasa yang menjadi tanggung jawab kita,” kata Morrison dilansir dari Reuters pada Selasa, 22 Februari 2022.

Sejumlah uang yang diinvestasikan Australia terdiri dari paket, yang mencakup penggunaan armada drone dan kendaraan otonom untuk membawa penelitian ke tingkat berikutnya di Antartika, demikian laporan News.

Dengan waktu 10 tahun, dana itu akan mendukung juga para ilmuwan untuk menjelajahi daerah-daerah yang belum pernah dikunjungi sebelumnya dan juga memastikan Australia tetap aktif di wilayah yang menjadi klaim historisnya.

P-8A Poseidon - sebuah pesawat patroli maritim, mendeteksi laser yang berasal dari kapal Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN) Kamis lalu, dan Australia merilis foto-foto dua kapal China yang berlayar di dekat pantai utaranya.

Soal insiden laser yang terjadi, Beijing sebelumnya menyebut kapal-kapal China memiliki hak hukum untuk berada di perairan internasional, yang tidak disengketakan oleh Australia. Sementara itu, PM Morrison meminta Beijing mengklarifikasi ulang pernyataanya.

“Itulah yang terjadi, Mereka perlu menjelaskannya, tidak hanya ke Australia, tetapi ini perlu dijelaskan ke seluruh wilayah kami tentang apa yang akan mereka lakukan dengan tindakan sembrono yang bagi angkatan laut profesional," kata Morrison.



Rusia Akui Kemerdekaan Donetsk dan Lugansk


Donetsk (DPR) dan Lugansk (LPR)

CUPUMA- Sejumlah wilayah di Ukraina 
memisahkan diri dari negara tersebut, perayaan pecah di jalanan Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Lugansk (LPR).

Senin (22/2/2022) Rusia mengakui keberadaan kedua negara tersebut.

Diberitakan Rusia Today, Presiden Vladimir Putin mengatakan Moskow akan “segera mengakui Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Lugansk (LPR).”

Cuplikan dari tempat kejadian menunjukkan kembang api menerangi langit di atas Donetsk, yang telah menjadi ibu kota DPR selama hampir delapan tahun.

Sekelompok orang berkumpul di jalan-jalan, mengibarkan bendera Rusia dan mendukung langkah Moskow, video lain menunjukkan.

Perayaan juga dimulai di Lugansk, dengan barisan besar mobil terlihat mengemudi melalui kota dengan bendera republik yang memisahkan diri dan Rusia dipajang.

Keputusan Putin datang di tengah eskalasi yang sedang berlangsung antara pasukan Ukraina dan dua republik yang memisahkan diri.

Sejak Kamis, DPR dan LPR telah melaporkan penembakan besar-besaran oleh pasukan Kiev, serta beberapa insiden yang mereka sebut sebagai serangan "teroris" terhadap infrastruktur oleh penyabot Ukraina.

Pejabat tinggi kedua republik menuduh eskalasi itu tampak seperti awal serangan habis-habisan oleh Kiev.

Ukraina, bagaimanapun, menolak tuduhan itu, bersikeras tidak memiliki rencana untuk merebut kembali wilayah yang memisahkan diri dengan paksa.

Kiev juga mengklaim bahwa penembakan dan serangan penyabot telah dilakukan oleh pasukan republik pemberontak itu sendiri, sebagai "bendera palsu" untuk membingkai Ukraina atas eskalasi.

Donetsk dan Lugansk memisahkan diri dari Ukraina pada tahun 2014, menyusul kudeta Maidan di Kiev, yang menggulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis.

Pemberontakan di timur negara itu berubah menjadi konflik bersenjata, fase paling keras yang dihentikan pada 2015 dengan gencatan senjata yang ditandatangani di Minsk, Belarusia.

Pihak berwenang Kiev belum benar-benar menerapkan apa pun yang dibayangkan dalam perjanjian Minsk, dengan jelas menunjukkan bahwa mereka hanya berusaha untuk mengakhiri konflik dengan kekerasan daripada melalui negosiasi, presiden Rusia mengatakan dalam pidatonya pada Senin malam, mengumumkan pengakuan kedua republik.

“Mereka tidak tertarik pada solusi damai mereka ingin memulai Blitzkreig, Setiap hari mereka mengumpulkan pasukan di Donbass," katanya.

Senin, 21 Februari 2022

Mulai Diproduksi Massal, Tank T-14 Armata Rusia Akan Dipasarkan ke Luar Negeri?

Tank T-14 Armata

CUPUMA - Rusia mulai memproduksi massal tank T-14 Armata.

Sehingga di tahun mendatang, militer Rusia akan mendapatkan 132 tank kelas ini.

Lalu kapan militer asing bisa mendapatkan tank T-14 ini?


Diketahui, suda ada tiga negara yang tertarik pada tank T-14 Amarta yaitu India, Tiongkok, dan Aljazair.

Kementerian Pertahanan Rusia akan mengizinkan produsen T-14 untuk mulai menjual kendaraan kendaraan lapis baja ini ke luar negeri setelah mengirim 132 tank tersebut ke militernya.

"Aljazair dan India adalah pelanggan utama kendaraan lapis baja kita dan tertarik dengan tank T-14 dalam jumlah besar, Tiongkok ingin membeli tank ini dalam jumlah terbatas" ungkap Dmitry Litovkin.



Diungkapkan bahwa tank T-14 versi ekspor akan memiliki kemampuan lebih rendah daripada yang diproduksi untuk militer Rusia.


"T-14 (versi ekspor) akan memiliki kemampuan yang lebih rendah dibandingkan dengan tank yang dimiliki tentara Rusia, tetapi tetap menjadi tank paling canggih di pasar" ungkapnya lagi.

Litovkin percaya bahwa dalam beberapa tahun. harga tank T-14 ini akan menurun secara signifikan.


"Saat ini mungkin adalah salah satu tank paling mahal di dunia," ujarnya.

"Beberapa tahun lalu setiap tank T-14 Armata dikabarkan berharga tidak kurang dari $8 juta karena mesin di buat sepenuhnya dari awal. Tank ini memiliki lapis baja, serta sistem pertahanan dan kamuflase yang baru" sambungnya.

T-14 Armata memiliki bobot yang lebih ringan dari pesaing dari Amerika, M1A2 Abrams (55 ton vs 74 ton).


T-14 ini memiliki kecepata maksimal 80 km/jam.

Namun T-14 Armata ini memiliki dua kelemahan besar yakni dari segi harga dan kerumitan produksinya.

"Tidak mungkin membuat Armada tank seperti tank T-34 dan T-72 Soviet. T-14 dikemas dengan komputer, navigasi, sistem pelindung, serta menggunakan berbagai jenis penyamaran untuk menyembunyikan dalam spektrum inframerah dan radar,"

Rusia akan mendapatkan Tank-14 dalam jumlah terbatas dan kemudian akan menawarkan Tank itu kepada sekutunya, kata Leonid Ivashov, pensiunan Kolonel Jenderal dan doktor ilmu sejarah. 





Drone Milik Hizbullah Melintas dari Lebanon, Israel Panik!

Ilustrasi


Jakarta, CUPUMA – Sirine peringatan terdengar di Galilea utara, Lembah Yordan, dan Dataran Tinggi Golan pada Jumat (18/2/2022) usai sebuah drone melintas dari Lebanon ke wilayah yang diduduki Israel tersebut. Peringatan di wilayah utara tersebut kembali aktif selama beberapa bulan.

“Sebuah UAV melintas dari Lebanon ke wilayah udara Israel. Interseptor Iron Dome diluncurkan sesuai dengan protokol dan jet tempur dikerahkan untuk berpatroli di daerah tersebut,” kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Twitter.

1. Drone berhasil melakukan misi dan gagal ditembak jatuh 

Dilansir The Jerussalem Post, kontak dengan drone terputus selama beberapa menit setelah terdeteksi. IDF juga telah mengonfirmasi bahwa drone tersebut tidak berhasil ditembak jatuh oleh Iron Dome dan telah kembali ke wilayah udara Lebanon.

Hizbullah kemudian melaporkan bahwa drone mereka berhasil melakukan misi pengintaian dan telah terbang selama 40 menit di wilayah Israel. Drone tersebut terbang sejauh 70 kilometer tanpa gangguan.

Penduduk di wilayah tersebut juga melaporkan telah mendengar suara ledakan setelah alarm kedua berbunyi. Layanan penyelamatan Magen David Adom mengatakan bahwa tidak ada korban luka setelah peringatan tersebut dan IDF menyatakan tidak ada instruksi khusus untuk penduduk. 

Pihak Israel mengatakan akan menyelidiki insiden itu. Dan sebagai tanggapan, IDF mengirim jet tempur untuk terbang rendah di atas Beirut.

2. Insiden drone ketiga dalam beberapa hari 

Insiden itu terjadi ketika kepala staf IDF, Letnan Jendral Aviv Kohavi, sedang berada di Singapura untuk bertemu dengan beberapa pejabat. Serangan itu juga menjadi yang ketiga dalam dua hari terkahir.

Pada Kamis, Israel berhasil menembak jatuh drone Hizbullah Lebanon yang menyusup ke wilayahnya. Pada malamnya, mereka juga mengumumkan telah menembak jatuh drone Hamas yang masuk lewat perbatasan Jalur Gaza selatan.

Pada Rabu, Sekjen Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengkalim bahwa kelompoknya telah memproduksi dronenya sendiri.

"bukan rahasia lagi bagi Israel ... bahwa kami memiliki kapasitas untuk mengubah rudal kami menjadi rudal presisi. Di Lebanon sudah lama kami mulai memproduksi drone. Yang mau beli bisa pesan,” kata Nasrallah, mengutip The News.


3. Hizbullah dilaporkan punya 2 ribu drone 

Kelompok Hizbullah yang didukung Iran telah menggunakan drone sejak 1990-an dan telah menggunakannnya dalam serangan pesawat tak berawak di Israel dan Suriah. Pada 2013, kelompok tersebut dikabarkan memiliki sekitar 200 jenis drone buatan Iran.

Dan saat ini, dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian ALMA baru-baru ini mengungkap bahwa mereka telah memiliki sekitar 2 ribu drone baik yang diproduksi Iran maupun yang dibuat secara independen.

Hizbullah memiliki situs peluncuran di dekat kota Aiiyat di Lembah Beqaa serta landasan pacu lain yang panjangnya beberapa ratus meter di utara kota Aiiyat di pinggiran Baalbek, ungkap laporan itu.




Prancis menarik pasukannya dari Mali

Ilustrasi

Jakarta, CUPUMA - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada Kamis (17/2/22) mengumumkan penarikan pasukannya dan Eropa dari Mali. Pasukan Prancis telah berada di Mali selama sembilan tahun untuk memerangi kelompok militan sempalan ISIS dan Al Qaeda.

Hubungan Prancis dengan Mali telah memburuk dan mencapai titik terendah. Prancis dan Sekutu Eropa serta Afrika mengatakan, pemerintahan Mali yang kini dipimpin oleh militer telah menciptakan 'berbagai penghalang', sehingga melanjutkan operasi militer di Mali tidak lagi memungkinkan. 

Para analis melihat, keluarnya pasukan Prancis dari Mali akan menciptakan kekosongan. Kelompok militan yang aktif di perbatasan Mali-Niger dapat memberikan ancaman krusial dalam jangka pendek, sebelum pasukan perdamaian PBB dan pasukan keamanan lain beradaptasi.

1. Kondisi politik, operasional, dan hukum di Mali tidak mendukung


Prancis mulai melakukan operasi militer di Mali sejak 2013. Mali saat itu meminta bantuan karena kelompok militan sempalan Al Qaeda dan ISIS telah menimbulkan ancaman bagi negara.

Kelompok militan yang berhasil dipukul mundur berkumpul kembali di padang pasir Sahel, dan melancarkan serangan kembali ke negara-negara sekitar. Prancis membentuk aliansi G-5 yang terdiri dari negara-negara di gurun Sahel yaitu Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania, dan Niger untuk memerangi kelompok militan.

Operasi Barkhane kemudian diluncurkan di negara-negara tersebut. Beberapa negara Eropa ikut membantu Prancis guna memerangi kelompok militan.

Kini, ketika hubungan Prancis-Mali memburuk dan bahkan mencapai titik terendah, Macron memutuskan pasukannya dari negara itu.

Dilansir Al Jazeera, Macron mengatakan "kondisi politik, operasional, dan hukum tidak lagi terpenuhi untuk mendukung militer mereka dalam melawan terorisme di Mali."

Secara bertahap, sekitar 2.400 tentara Prancis dan ratusan tentara Eropa lain di satgas Takuba akan keluar dari Mali dalam empat hingga enam bulan ke depan. 


2. Pasukan Prancis yang keluar dari Mali akan dipindahkan ke Niger

 Volume Sampah di Sungai Jakarta Melebihi Luas Monas 

Dalam menjalankan operasi Barkhane di Sahel, Prancis mengerahkan sekitar 5.400 tentara. Negara-negara G-5 juga mengirimkan tentaranya bergabung dengan operasi tersebut. Tapi sebagian besar pasukan Prancis terkonsentrasi di Mali, karena kelompok militan paling mengancam di negara itu.

Mulai tahun lalu, Macron telah menyampaikan rencana pengurangan pasukan Barkhane Prancis. Diperkirakan hanya sekitar 2.500 tentara yang akan bertugas di Sahel.

Kini, Macron bersama sekitar 900 tentara sekutu Eropa memutuskan untuk hengkang. 

Selama proses keluar dari Mali, hanya akan ada sedikit operasi melawan militan. Karena fokus utama adalah pemindahan pasukan. Ada tudingan mundurnya Prancis dari Mali adalah operasi yang menemui kegagalan seperti operasi AS di Afghanistan.

Tapi, Macron membantah tuduhan tersebut. 

"Jantung operasi militer ini tidak lagi di Mali tetapi di Niger, dan mungkin dengan cara yang lebih seimbang di semua negara di kawasan yang menginginkan (bantuan) ini," katanya dilansir Reuters.

3. Ancaman teror telah meluas di Mali


Ketegangan antara Paris dan Bamako semakin memuncak ketika pejabat AS memberitahukan bahwa Mali menyewa tentara bayaran swasta dari Rusia, Wagner Group. Selain itu, sentimen antiPrancis juga meningkat.

Juru bicara tentara Mali, Souleymane Dembele, mengatakan bahwa kehadiran pasukan Prancis di negaranya tidak membuat ancaman teror mereda. Ancaman itu justru meluas ke banyak wilayah negaranya.

Dilansir Associated Press, dia mengatakan, "apa yang telah mereka berikan kepada kami? Mali tidak sendiri dan tidak akan tetap sendiri. Prancis dan negara-negara Eropa dapat pergi. Mari kita beri waktu dan Anda akan melihat apa yang akan terjadi."

Ada kekhawatiran seiring keluarnya pasukan Prancis dan Eropa dari Mali. Kekosongan kekuatan penunjang dikhawatirkan menjadi pemicu untuk kebangkitan kelompok teror. 

Kolonel Pascal Ianni dari Prancis mengatakan, tentaranya tidak meninggalkan Sahel. Hanya saja di masa depan, mereka akan membantu pasukan lokal untuk memimpin pertempuran.

"Solusinya ada di tangan pasukan lokal, bukan pasukan asing. Semakin lama kekuatan asing tinggal di suatu negara, semakin dilihat sebagai kekuatan pendudukan, tak berdaya dan dikritik oleh penduduk," jelasnya.





Semua Tank Rusia yang Mendekati Ukraina Diberi Tanda 'Z'


Semua tank serbu Rusia  diberi tanda huruf 'Z'.


CUPUMA - Kecurigaan muncul ketika semua tank serbu Rusia yang mendekati Ukraina diberi tanda huruf 'Z'.

Ada dugaan, pemberian tanda huruf 'Z' di badan tank untuk menghindari salah tembak dari pesawat tempur Rusia.

Seperti diketahui, tank militer Rusia hampir mirip dengan tank yang dimiliki Ukraina, jadi di medan tempur bisa kacau.


Untuk menghindari kesalahan tembak, tampaknya Rusia mengambil inisiatif membedakan tank miliknya dengan tanda huruf 'Z'.

Taktik yang sama pernah dilakukan Amerika Serikat dan Inggris ketika terlibat Perang Teluk melawan Irak.

Sebuah sumber militer di ibukota Ukraina Kiev mengatakan kepada The Sun: “Ini akan menunjukkan bahwa persiapan akhir untuk perang sudah siap."


“Sangat penting bahwa setiap kekuatan penyerang dapat dibedakan, terutama dari udara di mana pasukan Rusia akan memiliki kendali penuh," ucapnya.

“Ukraina memiliki tank dan kendaraan yang sangat mirip dan mereka ingin mengurangi risiko tembakan yang salah,” ujarnya.

Video yang diambil dari dekat perbatasan menunjukkan tanda pada tank Rusia, senjata self-propelled, truk bahan bakar, dan kendaraan suplai.


Sumber mengatakan perangkat keras militer bertanda "Z" berada antara enam dan 25 mil dari perbatasan sebagai kekuatan tempur lebih dari 200.000 tentara mengepung Ukraina ke utara selatan dan timur.

Sumber-sumber diplomatik di Kiev mengatakan kepada The Sun bahwa sekarang dipahami secara luas bahwa Vladimir Putin memang punya niat meluncurkan invasi berdarah.

Kepala Staf Umum Belarus, Alexander Volfovich bersikeras tidak ada janji menarik pasukan - dan mengungkapkan latihan telah diperpanjang hingga besok


Itu datang ketika dunia menunggu dengan napas tertahan untuk melihat apa yang akan dilakukan Rusia selanjutnya.

Minggu, 20 Februari 2022

Ratusan Tank Rusia Maju ke Bershakovo, Cuma 6 Mil dari Perbatasan Ukraina

Ilustrasi


CUPUMA - Sekira 200 tank Rusia bergerak maju ke Bershakovo, cuma enam mil dari perbatasan Ukraina.

Selain tank, dari rekaman video yang beredar, ada kendaraan militer lainnya yang bergerak dalam siaga penuh.

Hal itu meruntuhkan klaim Rusia yang menyatakan menarik mundur pasukan dan peralatan perang dari perbatasan Ukraina.

Pergerakan pasukan Rusia itu dilengkapi dengan peluncur roket, di sisi lain ada pernyataan latihan perang sudah selesai.

Rusia pun makin menunjukkan kekuatan militernya dengan melanjutkan latihan nuklir stratgis yang melibatkan peluncuran rudal balistik hipersonik dan senjata lainnya.

Presiden Rusia, Vladimir Putin mengawasi langsung latihan tersebut baik di darat maupun di laut.

Dua rudal balistik diluncurkan - satu dari sebuah situs di barat laut Rusia dan yang kedua dari kapal selam di Laut Barents - dan mengenai sasaran ribuan mil jauhnya, menurut Kremlin.

Dikutip The Sun, latihan tersebut melibatkan peluncuran dari kapal perang, kapal selam, dan pesawat tempur serta dari darat.

Kremlin membantah latihan perang itu menandai eskalasi militer dan bersikeras bahwa itu adalah bagian dari proses pelatihan reguler.


Putin dikhawatirkan akan mengerahkan kekuatan hingga 200.000 tentara, didukung oleh tank, artileri, dan kendaraan lapis baja di tepi bekas negara Soviet itu.

Dia dilaporkan berencana untuk menjatuhkan "Bapak Dari Semua Bom" seberat 44 ton - yang diduga digunakan di Suriah - sebagai bagian dari kampanye "kejutan dan kekagumannya".

Bom itu akan dijatuhkan untuk menandai dimulainya perang dan mematahkan semangat Ukraina, demikian diklaim.


Sementara itu, Presiden AS Biden mengatakan dia yakin bahwa Putin telah memutuskan untuk menyerang Ukraina.

Biden mengatakan bahwa invasi akan datang dalam minggu atau hari ke depan - tetapi membiarkan pintu terbuka untuk resolusi diplomatik.

"Rusia memiliki pilihan antara perang dan semua penderitaan yang akan ditimbulkannya atau diplomasi yang akan membuat masa depan semua orang," kata Biden di Gedung Putih, Jumat.

Pejabat intelijen Barat telah berulang kali menyarankan bahwa Putin dapat menggunakan "bendera palsu" - serangan atau ancaman yang dipentaskan untuk memberi mereka alasan untuk menyerang.




Krisis Ukraina Makin Memanas,Jet-jet Tempur Jerman Tiba di Rumania

Ilustrasi

CUPUMA, RUMANIA - Krisis Ukraina belum juga mereda, bahkan terkesan makin memanas.

Terbaru, Angkatan Udara Jerman mengirimkan sejumlah jet tempur.


Jet-jet tempur Eurofighter tersebut tiba di sebuah pangkalan udara di Rumania, Kamis (17/2) waktu setempat.

Skuadron udara Jerman itu akan memperkuat pertahanan negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di kawasan timur.


Sementara itu, Rusia disebut terus mengerahkan pasukan ke perbatasan dengan Ukraina.

Tiga Eurofighter dan sekitar 60 tentara Jerman akan bergabung dengan pasukan Italia dan Rumania untuk meningkatkan misi pengamanan wilayah udara selama tiga pekan mendatang.


AU Jerman pernah menjalankan misi serupa bersama AU Inggris di Rumania pada 2021.

Kontingen Jerman tersebut akan ditempatkan di pangkalan udara Mihail Kogalniceanu di Laut Hitam.

Di lokasi itu, sekelompok tank Stryker beserta 1.000 tentara dipindahkan awal bulan ini dari Vilseck, Jerman.

Kontingen militer dari Vilseck itu menambah keberadaan 900 prajurit yang dirotasi oleh Amerika Serikat ke Rumania, negara yang berbatasan dengan Ukraina di bagian utara.

NATO awal pekan ini meminta para komandan militernya untuk membuat rencana baru menyangkut gugus-gugus tempur di Eropa tengah dan tenggara.

Permintaan itu muncul saat NATO menuduh Rusia mengerahkan makin banyak tentara ke dekat Ukraina, bukan justru menarik pasukannya.

Beberapa diplomat mengatakan empat unit baru, yang terdiri dari sekitar 4.000 tentara, kemungkinan ditempatkan di Rumania, Bulgaria, Hongaria, dan Slovakia.

Penempatan itu disebut-sebut menjadi perubahan terbesar menyangkut sikap militer NATO sejak aliansi itu menggerakkan pasukan ke Baltik dan Polandia setelah Rusia mencaplok Krimea dari Ukraina pada 2014.

Sementara itu, iring-iringan pasukan Jerman berkekuatan 130 prajurit dan 60 kendaraan tiba di Lithuania pada Kamis.

Kontingen itu membawa hampir setengah dari pasukan dukungan bagi gugus tempur pimpinan Jerman dari NATO untuk Lithuania.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Kamis mengatakan ada indikasi kuat Rusia sedang berencana menyerbu Ukraina.




Ukraina Ancam Lepaskan Status Negara Non-nuklir

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky


CUPUMA - MUNCHEN - Ukraina dapat melepaskan janjinya yang telah berumur puluhan tahun untuk menjadi negara non-nuklir dan membatalkan keputusan yang diambilnya untuk menyerahkan senjata atomnya setelah runtuhnya Uni Soviet. 

Peringatan itu dilontarkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada konferensi keamanan Munich, Jerman, Sabtu kemarin. 

Zelensky menunjukkan bahwa pada tahun 1994 Ukraina bergabung dengan Memorandum Budapest dan menyerahkan senjata nuklirnya dengan imbalan jaminan keamanan, menunjukkan bahwa langkah tersebut dapat dibatalkan jika diancam oleh negara tetangganya Rusia. “Hari ini kami tidak memiliki senjata atau keamanan. 

Kami telah kehilangan bagian dari wilayah kami, yang lebih luas dari Swiss, Belanda, Belgia. Dan, yang paling penting, kami telah kehilangan jutaan warga negara kami. Semua ini tidak ada,” kata Zelensky seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (20/2/2022). 

Dia juga mengatakan bahwa Ukraina mencoba untuk memulai konsultasi dengan negara-negara penjamin dari Memorandum Budapest tiga kali sebagai bagian dari upaya untuk meninjau persyaratannya namun itu tanpa hasil. 

"Hari ini Ukraina akan melakukannya untuk keempat kalinya," katanya, menekankan bahwa dia telah memerintahkan Menteri Luar Negerinya Dmitry Kuleba untuk meminta konsultasi tetapi itu akan menjadi upaya terakhir dari pihak Ukraina. 


 "Jika itu tidak terjadi atau tidak ada keputusan konkret mengenai jaminan keamanan untuk negara kami, Ukraina berhak untuk percaya bahwa Memorandum Budapest tidak berfungsi dan semua keputusan paket tahun 1994 telah dipertanyakan," ucap Zelensky. 

Pemimpin Ukraina itu menggarisbawahi bahwa “kecaman kolektif” oleh sekutu Barat sejauh ini belum berubah menjadi “tindakan kolektif.” Menjawab pertanyaan setelah pidato, Zelensky mengatakan bahwa dia tidak setuju dengan "pemimpin satu negara besar" tentang masalah sanksi potensial terhadap Rusia. 

“Kami tidak membutuhkan sanksi ketika kami sudah ditembaki, ketika perbatasan hilang, ketika negara kami sudah diduduki. Apa manfaat sanksi ini bagi kita setelahnya?” ia menjelaskan ketidakpuasannya dengan pernyataan koleganya itu. 

Selama beberapa bulan terakhir, negara-negara Barat telah berulang kali menuduh Rusia atas dugaan rencana untuk menyerang Ukraina, sesuatu yang dengan tegas disangkal oleh Moskow.

Pada hari Jumat, pihak berwenang dari dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur mengklaim bahwa Kiev merencanakan "terobosan" militer ke wilayah mereka. 

Pejabat Ukraina juga telah membantah klaim ini. Presiden Zelensky menegaskan bahwa perjanjian Minsk, yang siap menjadi roda map untuk proses perdamaian, telah "ditulis dengan buruk" dan tidak menguntungkan Ukraina. 

Sebaliknya, Zelensky ingin melihat dokumen baru, yang akan ditandatangani oleh “negara-negara besar”, termasuk Rusia dan Amerika Serikat (AS), yang akan berisi beberapa klausul tentang jaminan keamanan untuk Ukraina.




Kapal Perusak Angkatan Laut China Tembak Pesawat Tempur Australia di Laut Arafuru Dekat Indonesia

Ilustrasi


CUPUMA - Bentrokan Angkatan Laut Cina dengan pesawat RAFF Poseidon Australia terjadi di Laut Arafuru dekat Indonesia.

Departemen Pertahanan Australia menyebut, kapal perusak China menembakkan laser yang bisa membutakan pilot pesawat RAFF Poseidon.

Pesawat tempur RAFF Poseidon juga mendeteksi, selain kapal perusak juga ada kapal lain milik Angkatan Laut China.

Insiden itu makin memperuncing hubungan China dengan Australia yang menegang setelah Negeri Kanguru itu membentuk aliansi AUKUS bersama Inggris dan Amerika Serikat.

Menurut Sydney Morning Herald, kapal perusak Angkatan Laut Republik China menyerang pesawat RAFF Poseidon dalam tindakan yang dianggap "tidak aman dan tidak profesional".

Kapal perusak Angkatan Laut China dinilai melanggar kode dan perjanjian internasional.

Para pejabat mengkonfirmasi insiden tersebut setelah kapal perusak peluru kendali kelas Luyang terlihat berlayar melalui Laut Arafuru pada hari Kamis.

Pernyataan dari Departemen Pertahanan Australia mengkonfirmasi bahwa mereka mendeteksi laser saat melintasi "pendekatan utara" negara itu.

Badan Pemerintah mengatakan: “Kami sangat mengutuk tindakan militer yang tidak profesional dan tidak aman. Tindakan ini dapat membahayakan keselamatan dan nyawa personel ADF.


“Tindakan seperti itu tidak sesuai dengan standar yang kami harapkan dari militer profesional,” bunyi pernyataan itu yang dikutip The Sun.

Mereka kemudian mengkonfirmasi kapal tersebut, yang didampingi oleh kapal Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat lainnya, dilacak oleh HMAS Launceston saat berlayar melalui Laut Coral.

Insiden tersebut merupakan sengketa terbaru atas ambisi teritorial China di kawasan Asia-Pasifik yang mencakup Laut China Selatan.







Sabtu, 19 Februari 2022

Pasukan Ukraina Hujani Luhansk dengan Artileri Berat, 31 Kali dalam 24 Jam

Sistem mortir BARS-8MMk 120 mm digunakan militer Ukraina untuk menembakkan artileri berat.

CUPUMA - LUHANSK - Angkatan Bersenjata Ukraina menghujani Republik Rakyat Luhansk (LPR) dengan tembakan artileri hingga 31 kali dalam 24 jam terakhir. 

Laporan tersebut diungkap Sputnik berdasarkan sumber di Donbass. “Ukraina juga menggunakan senjata berat,” ungkap juru bicara misi LPR ke Pusat Gabungan Kontrol dan Koordinasi (JCCC) dari rezim gencatan senjata di Donbass pada Jumat (18/2/2022). 

"Dalam 24 jam terakhir, pasukan Ukraina telah melanggar rezim gencatan senjata sebanyak 31 kali," papar juru bicara itu, dilansir Sputnik pada Sabtu (19/2/2022). 

 Dia menambahkan, “Tentara Ukraina telah menggunakan sistem artileri 122 milimeter, mortir kaliber besar, dan peluncur granat.” 


 Sebelumnya dilaporkan, pasukan Ukraina juga menghujani wilayah lain Donbass dengan artileri.

  “Tentara Ukraina telah menembakkan 18 peluru mortir 120 mm ke desa Zaitsevo, permukiman yang dikuasai Republik Rakyat Donetsk yang terletak di pinggiran kota Gorlovka,” ujar seorang perwakilan Republik Rakyat Donetsk (DPR) di Pusat Pengendalian dan Koordinasi Gabungan mengatakan kepada wartawan.

 "Pada 19:40, penembakan direkam oleh formasi bersenjata Ukraina ke arah desa Zaitsevo. 18 ranjau ditembakkan," papar perwakilan itu. 

Pengerahan sistem mortir 120 mm di zona konflik Donbass dilarang berdasarkan Perjanjian Minsk, kesepakatan damai yang disepakati pada awal 2015 untuk menegakkan gencatan senjata di Ukraina timur dan pada akhirnya mengakhiri konflik sipil.

 Tembakan mortir terjadi di tengah eskalasi besar-besaran hujan mortir, artileri dan tembakan senjata ringan di sepanjang garis kontak antara pasukan Ukraina dan milisi Donbass dalam dua hari terakhir. 

Kedua belah pihak melaporkan puluhan pelanggaran gencatan senjata dan menyalahkan pihak lain atas insiden kekerasan tersebut. 

Perwakilan Kelompok Kontak Trilateral Republik Rakyat Luhansk, Rodion Miroshnik, memperingatkan pada Jumat bahwa pengerahan sejumlah besar artileri tabung oleh tentara Ukraina di jalur kontak akan menyebabkan korban besar jika serangan besar militer dimulai. 

"Ada penembakan di satu desa kecil bernama Sanzhary. Itu terletak antara Debaltseve dan Pervomaisk di jalur kontak. 

Artileri 122 mm digunakan di sana, yaitu artileri tabung," papar Morshnik. Dia menambahkan, “Pada garis kontak, kita melihat sejumlah besar artileri meriam kaliber 122-152 mm, yang dapat menyerang pada jarak antara 20-40 km. Saya ingatkan Anda bahwa hanya ada jarak 7 km antara garis kontak dan pusat Donetsk, dan 12 km dari posisi di mana senjata ini dikerahkan dan pusat Lugansk.”

 “Artinya, jika artileri ini digunakan sekarang, tidak akan mungkin untuk menghindari pertumpahan darah yang besar dan sejumlah besar korban," papar dia. 

Miroshnik memperingatkan, Donbass sedang didorong ke arah pertempuran baru, karena Kiev telah menunjukkan kurangnya kesiapan bernegosiasi dengan republik-republik yang memisahkan diri. 

Para pemimpin Donetsk dan Luhansk memerintahkan evakuasi penduduk sipil mereka pada hari Jumat, dengan alasan bahaya serangan habis-habisan Ukraina. 






Separuh Pasukan Rusia di Dekat Perbatasan Ukraina Dalam Posisi Siap Menyerang

Tentara Rusia 

CUPUMA - WASHINGTON. Sekitar 40%-50% tentara Rusia di dekat perbatasan Ukraina dalam posisi penyerangan, menurut seorang pejabat pertahanan Amerika Serikat. 

Mengutip Reuters, Sabtu (19/2), negara-negara barat takut akan konflik jika Rusia menginvasi Ukraina dalam skala yang tidak pernah terlihat di Eropa setidaknya sejak perang Yuhoslabia dan Chechnya pada 1990, yang menewaskan ratusan ribu orang dan memaksa jutaan orang mengungsi. 

Pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan ada sekitar 150.000 tentara Rusia di perbatasan, termasuk sekitar 125 kelompok taktis batalyon. 


Persentase pasukan dalam posisi serangan lebih tinggi dari yang diketahui sebelumnya dan menunjukkan bahwa unit-unit Rusia itu dapat menyerang Ukraina dengan sedikit atau tanpa peringatan. 

Pejabat itu tidak memberikan bukti untuk penilaian tersebut dan tidak merinci apakah posisi serangan berada di perbatasan dengan Ukraina atau di bagian timur Ukraina yang dikuasai separatis. 




Ukraina Batal Gabung NATO di Tengah Kabar Rencana Serangan Rusia

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky

Jakarta, CUPUMA --Ukraina batal gabung dengan aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di tengah rumor Rusia bakal menyerang negara tetangganya itu.

Rusia terus mendesak NATO agar tak memberikan keanggotaan mereka kepada Ukraina. Selain itu, untuk bergabung dengan aliansi ini perlu banyak proses yang harus ditempuh.

Di samping Ukraina yang harus meredam keinginan yang sudah bertahun-tahun untuk bergabung dengan NATO, ada anggota aliansi yang mendukung Rusia sehingga semakin menyulitkan langkah Kiev.

"Kami sebagai negara ingin bergabung dengan NATO dan telah mencobanya selama bertahun-tahun. Namun prosesnya terhenti," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Kamis (17/2) dikutip AFP.

Ia lalu berkata, "Ada sebab dan akibat terkait itu. Tidak hanya Rusia yang menolak gabungnya Ukraina (ke NATO)."

Namun, Zelensky tak menyebut secara rinci negara mana yang mendukung Moskow. Ia hanya berharap mereka berubah pikiran.

"Kami tak akan melaluinya dengan negara-negara ini, dan tak ingin menimbulkan risiko ataupun konflik diplomatik," lanjutnya.

Menurut Zelensky warga Ukraina yang berhak menentukan masuk atau tidaknya Kiev ke NATO. Namun, untuk sekarang tampak tidak mungkin melakukan referendum di tengah situasi yang bergejolak di perbatasan.

"Jalan menuju NATO dan Uni Eropa sangat panjang. Ukraina perlu jaminan keamanan untuk menempuh proses itu," ucap Zelensky lagi.

Bagi dia, NATO adalah jaminan keamanan. Jaminan tersebut berarti Ukraina tak akan kehilangan kemerdekaan.

Konflik di perbatasan Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda deeskalasi belakangan ini, meski Moskow mulai menarik pasukan.

Amerika Serikat bahkan menyebut Rusia mengerahkan 7.000 pasukan lagi di wilayah tersebut.

Banyak pihak yang mengatakan tindakan Rusia itu sebagai gertakan terhadap Ukraina dan Barat, agar mereka memenuhi tuntutannya.

Tuntutan itu di antaranya, Ukraina tak bergabung dengan NATO, Ukraina menjalankan perjanjian MInsk, NATO tarik pasukan di perbatasan, dan NATO tak memperluas ekspansi di Eropa Timur.

Jumat, 18 Februari 2022

Pasukan Rusia di Perbatasan Ukraina Terus Bertambah, Jadi Invasi?

Ilustrasi

CUPUMA - MOSKOW. Negara-negara Barat memberi peringatan pada Rabu (16/2) soal kehadiran militer Rusia yang ternyata terus bertambah di perbatasan Ukraina, ketika Estonia mengatakan kelompok-kelompok tempur negeri beruang merah bergerak di depan.

Melansir Reuters, lebih banyak kendaraan lapis baja, helikopter, dan rumahsakit lapangan telah terlihat di dekat perbatasan Ukraina, kepala intelijen pertahanan Inggris mengungkapkan dalam komentar publik yang jarang terjadi. 

Lebih dari 7.000 tentara telah dipindahkan ke perbatasan Ukraina dalam beberapa hari terakhir, termasuk beberapa yang tiba pada Rabu (16/2), menurut seorang pejabat senior dalam Pemerintahan Presiden AS Joe Biden, tanpa memberikan bukti. “Ada apa yang Rusia katakan, dan kemudian ada apa yang dilakukan Rusia. Dan, kami belum melihat pasukannya mundur,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah wawancara di MSNBC, seperti dikutip Reuters. 

 "Kami terus melihat unit-unit (militer) penting (Rusia) bergerak menuju perbatasan (Ukraina), bukan menjauh dari perbatasan," ungkapnya. 

NATO siapkan unit tempur baru Mikk Marran, Direktur Jenderal Badan Intelijen Luar Negeri Estonia menyebutkan, sekitar 10 kelompok pasukan Rusia bergerak menuju perbatasan Ukraina, di mana diperkirakan sekitar 170.000 tentara telah dikerahkan.  

Serangan itu akan mencakup pemboman rudal dan pendudukan "medan utama", dia menambahkan, seperti dilansir Reuters.

 "Jika Rusia berhasil di Ukraina, itu akan mendorongnya untuk meningkatkan tekanan pada Baltik di tahun-tahun mendatang," ujar Marran. "Ancaman perang telah menjadi alat kebijakan utama bagi (Presiden Rusia Vladimir) Putin". 

Sementara Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, pasukannya ditarik kembali setelah latihan di Distrik Militer Selatan dan Barat dekat Ukraina.  Dan, Duta Besar Rusia untuk Irlandia bersikeras, pasukan di Rusia Barat akan kembali ke posisi normal mereka dalam tiga hingga empat minggu.

Kementerian Pertahanan Rusia merilis sebuah video yang katanya menunjukkan tank, kendaraan tempur infanteri, dan unit artileri self-propelled meninggalkan semenanjung Krimea, yang Moskow rebut dari Ukraina pada 2014. 

Tetapi, komandan militer NATO sedang menyusun rencana untuk unit tempur baru, yang menurut para diplomat, bisa dikerahkan di Bulgaria, Rumania, Hongaria, dan Slovakia. Unit-unit semacam itu, yang dirancang untuk mengulur waktu bagi tentara tambahan guna mencapai garis depan jika diperlukan, sudah ada di Polandia dan negara-negara Baltik. 

Sedang Inggris akan melipatgandakan kekuatannya di Estonia dan mengirim tank juga kendaraan tempur lapis baja ke republik Baltik yang berbatasan dengan Rusia itu sebagai bagian dari penempatan NATO.




Israel Larang AS Kirim Sistem Pertahanan Iron Dome ke Ukraina di Tengah Ancaman Invasi Rusia

Iron Dome Israel.


CUPUMA - Kehhawatiran akan invasi Rusia yang membuat Ukraina memperkuat pertahanannya.

Negara tersebut bahkan dilaporkan mencoba untuk memperoleh sistem pertahanan udara Iron Dome Israel.

Namun, upaya tersebut tidak berhasil.

Menurut portal berita Israel Ynet News, Amerika Serikat (AS) tampaknya menolak untuk menjual sistem Iron Dome ke Ukraina.

Diketahui bahwa AS berkontribusi pada pengembangan Iron Dome.

Oleh karena itu, penjualan Iron Dome kepada pihak ketiga memerlukan persetujuan kedua negara.

AS sendiri hanya memiliki dua baterai Iron dome, yang pengirimannya telah selesai pada Januari tahun lalu.

Sementara itu, Israel rupanya juga menghentikan upaya AS untuk mentransfer baterai rudal Iron Dome ke Ukraina, melansir The EurAsian Times, Rabu (16/2/2022).


Menurut beberapa media, termasuk The Times of Israel, Israel khawatir bahwa hal itu dapat membahayakan hubungannya dengan Rusia.

Iron Dome terbukti dalam pertempuran dan termasuk di antara sistem pertahanan udara terbaik di dunia.

Ukraina menunjukkan minat pada Iron Dome setelah konflik tahun lalu antara Pasukan Pertahanan Israel dan Hamas Palestina di Gaza, di mana sistem rudal ini dikatakan telah mencegat 90% roket yang ditembakkan oleh Hamas.

Tahun lalu, perwakilan Ukraina mulai melobi keras di Washington untuk membujuk anggota parlemen AS agar memulai proses transfer sistem pertahanan roket dan mortir tersebut kepada mereka.

Pada bulan Maret, Kyiv secara resmi meminta pemerintahan Biden untuk mengirim rudal Patriot dan Iron Dome ke Ukraina.

Baik anggota parlemen Demokrat dan Republik telah mendukung langkah tersebut pada saat tidak ada kekhawatiran akan invasi Rusia.

Laporan Ynet mengklaim para pejabat Israel telah mengatakan kepada pemerintah AS dalam percakapan tidak resmi bahwa mereka tidak akan menyetujui pengiriman baterai Iron Dome ke Kyiv karena berpotensi membahayakan hubungan mereka dengan Rusia, terutama mengingat pengaruh Moskow atas Suriah.

Ukraina juga telah mengajukan banding langsung ke pemerintah Israel dalam beberapa bulan terakhir, meminta para pejabat menerima kesepakatan itu.


Bahkan, dalam sebuah wawancara dengan Kan Public Broadcasting awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menyatakan kesediaan pemerintahnya untuk membeli sistem pertahanan serta permintaan mereka kepada AS untuk baterai rudal Patriot.

Ketentuan dalam RUU kebijakan militer fiskal 2022 versi Komite Angkatan Bersenjata DPR mengharuskan Pentagon untuk menyerahkan laporan kepada Kongres yang menguraikan opsi untuk berpotensi menjual atau mentransfer "sistem yang ada" ke Ukraina yang kemungkinan tidak akan digunakan dalam waktu dekat, menurut laporan Politico sebelumnya.

Namun, karena keengganan tidak resmi dan tidak langsung dari Israel, AS akhirnya menarik pengiriman rudal Iron Dome dan Patriot.

Hubungan Israel-Rusia

Laporan tersebut menunjukkan bahwa Israel telah ragu-ragu terhadap penjualan sistem Iron Dome ke Ukraina karena tidak dapat mengambil risiko ketegangan dengan Rusia, yang memiliki komunikasi yang konsisten dan hubungan formal untuk waktu yang lama.

Namun, invasi Rusia juga dapat berdampak buruk pada Israel karena Israel bergantung pada Ukraina untuk pasokan produk pertanian.

Meskipun sekutu Israel, AS memiliki hubungan yang sangat sengit dengan Rusia, Israel telah mengambil pandangan yang lebih pragmatis tentang interaksinya dengan Moskow.

Israel berbagi hubungan kerja dengan Rusia di Suriah dengan tidak ada pihak yang saling mengutak-atik kepentingan masing-masing di negara yang dilanda perang itu.


Meskipun Rusia dan Iran bekerja sama dalam perang Suriah, untungnya tidak merusak mekanisme kerja antara kedua negara ini.

Menyusul keterlibatan Rusia di Suriah, semua pihak menyadari pentingnya membangun saluran komunikasi dan kesepakatan yang dapat diandalkan untuk menghindari konflik militer yang tidak diinginkan.