Pejabat Iran tersebut juga didenda sebesar 270 ribu dolar AS
CB,
TEHRAN -- Pengadilan Iran telah menjatuhi hukuman kepada seorang
pejabat Kementerian Luar Negeri Iran. Juru bicara pengadilan
Gholamhossein Mohseni Ejei mengatakan pada Ahad (11/11) bahwa pejabat
itu dihukum 10 tahun penjara karena dianggap sebagai mata-mata.
Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Bahram Qasemi mengatakan
pejabat itu telah ditangkap sekitar tiga tahun lalu dan divonis setahun
kemudian. Menurut situs web kementerian, hukumannya telah dikurangi oleh
pengadilan banding. Namun tidak ada penjelasan lebih lanjut.
Ejei,
dikutip oleh situs berita pengadilan, Mizan menyebut pria yang dijatuhi
hukuman itu sebagai Kamal Amirbeik. Amirbeik juga didenda sebesar 270
ribu dolar AS.
Namun Mizan tidak menyebut siapa yang
dituduh sebagai mata-mata atau memberikan rincian lebih lanjut. Pada
Agustus lalu, pasukan keamanan Iran telah menangkap puluhan mata-mata
yang bekerja di badan-badan pemerintahan.
Menteri
Intelijen Iran Mahmoud Alavi tidak memberi rincian kapan penangkapan itu
terjadi. Ia juga tidak menjelaskan mata-mata yang ditangkap bekerja
untuk negara mana. Banyak dari tahanan itu diduga memiliki warga negara
ganda.
"Saya telah berulang kali meminta orang-orang untuk
memberitahu kami jika mereka tahu ada dua kewarganegaraan. Unit anti
spionase dari kementerian intelijen telah berhasil mengidentifikasi dan
menangkap puluhan mata-mata di berbagai badan pemerintahan," kata Alavi
seperti dikutip oleh kantor berita ISNA pada 28 Agustus lalu.
Penangkapan
orang yang memiliki warga negara ganda telah meningkat sejak Pemimpin
Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan telah ada "penyusupan"
agen-agen Barat di badan-badan pemerintahan Iran.
Reuters
melaporkan pada 2017 bahwa Pengawal Revolusi elit Iran telah menangkap
setidaknya 30 warga negara ganda dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian
besar atas tuduhan spionase.
Dalam
pembicaraan itu Lavrov mengungkapkan rasa tidak senangnya mengenai
sikap Wina yang memilih untuk menyampaikan hal ini kepada publik sebelum
kepada Moskow. Foto/Reuters
MOSKOW
- Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov dan Menteri Luar Negeri
Austria, Karin Kneissl dilaporkan telah melakukan komunikasi melalui
telepon. Keduanya membahas kasus dugaan mata-mata untuk Rusia yang
dilakukan oleh seorang mantan kolonel militer negara itu.
Kementerian
Luar Negeri Rusia menuturkan, dalam pembicaraan itu Lavrov
mengungkapkan rasa tidak senangnya mengenai sikap Wina yang memilih
untuk menyampaikan hal ini kepada publik, sebelum mengkonfirmasinya
kepada Moskow.
"Pihak Rusia menekankan ketidakmampuan praktik
meningkatkan tuduhan publik yang tidak terbukti yang bertentangan dengan
norma-norma komunikasi internasional. Telah dicatat bahwa setiap
kekhawatiran bersama yang mungkin harus didiskusikan melalui saluran
dialog yang mapan dan atas dasar fakta," kata Kemlu Rusia, seperti
dilansir Tass pada Minggu (11/11).
Menurut Kemlu Rusia, keduanya
juga membahas situasi dalam hubungan Rusia-Austria, yang timbul
sehubungan dengan pernyataan otoritas Austria tentang perwira Wina yang
bekerja sebagai mata-mata Moskow.
Pada gilirannya, lanju Kemlu
Rusia, Kneissl menyatakan harapan bahwa kasus spionase tidak akan
mempengaruhi hubungan bilateral antar negara.
"Kneissl juga
menjelaskan motif Wina dalam membuat keputusan tertentu, dan menyatakan
harapan bahwa langkah-langkah itu tidak akan mempengaruhi pengembangan
kerjasama bilateral lebih lanjut," ungkapnya.
Sebelumnya,
Presiden Austria, Alexander Van der Bellen memerintahkan penyelidikan
terkait kasus dugaan mata-mata ini. Ia pun menyerukan untuk tidak
mendramatisasi hubungan dengan Rusia di tengah skandal tersebut.
Dia
lalu mengatakan akan lebih baik jika kegiatan yang diduga dilakukan
oleh pensiunan militer itu diungkapkan oleh dinas intelijen Austria.
Namun dalam kasus seperti ini, kerja sama dengan dinas intelijen negara
sekutu sangat penting.
"Tanpa syarat, akan lebih baik jika kita
dapat mengungkap ini asalkan ada sesuatu yang serius untuk diungkap.
Namun, itu karena kerja sama dari dinas intelijen Austria bahwa kami
menerima informasi ini," kata Van der Bellen sambil menambahkan bahwa
Austria menyediakan informasi mengenai terduga mata-mata bagi negara
ketiga.
Presiden
Austria Van der Bellen memerintahkan penyelidikan kasus dugaan aksi
spionase yang dilakukan pensiunan kolonel militer negara itu untuk
Rusia. Foto/Istimewa
WINA
- Presiden Austria memerintahkan penyelidikan terkait kasus dugaan
mata-mata untuk Rusia yang dilakukan oleh seorang mantan kolonel militer
negara itu. Ia pun menyerukan untuk tidak mendramatisasi hubungan
dengan Rusia di tengah skandal tersebut.
"Penipuan ini (dugaan
kasus spionase) harus diselidiki terlebih dahulu. Mari kita lihat apakah
itu mengandung sesuatu yang lain dari apa yang disebut cerita palsu,
dalam hal ini kita akan mengambil tindakan yang sesuai," ujar Presiden
Austria Alexander Van der Bellen ketika ditanya bagaimana hubungan akan
berkembang antara Austria dan Rusia di belakang kasus ini.
"Sekarang,
kita perlu menyelidiki apakah benar, jika dakwaan itu benar, dan jenis
informasi apa yang dapat diakses oleh petugas itu - baik yang terkait
dengan urusan nasional Austria atau beberapa pembicaraan lain, misalnya
dengan NATO. Ini harus diklarifikasi. Pada saat ini, saya tidak dapat
melihat alasan untuk mendramatisasi ini," imbuhnya seperti dikutip dari TASS, Minggu (11/11/2018).
Menurut
Presiden Austria, akan lebih baik jika kegiatan yang diduga dilakukan
oleh pensiunan militer itu diungkapkan oleh dinas intelijen Austria.
Namun dalam kasus seperti ini, kerja sama dengan dinas intelijen negara
sekutu sangat penting.
"Tanpa syarat, akan lebih baik jika kita
dapat mengungkap ini asalkan ada sesuatu yang serius untuk diungkap.
Namun, itu karena kerja sama dari dinas intelijen Austria bahwa kami
menerima informasi ini," kata Van der Bellen sambil menambahkan bahwa
Austria menyediakan informasi mengenai terduga mata-mata bagi negara
ketiga.
Pada 11 November, Paris akan menyelenggarakan peringatan
yang menandai Gencatan Senjata yang mengakhiri Perang Dunia Pertama,
yang ditandatangani 100 tahun lalu. Selain itu, Paris Peace Forum akan
dibuka di kemudian hari. Acara ini akan dihadiri oleh Presiden Rusia
Vladimir Putin dan Presiden Austria Alexander Van der Bellen di antara
para pemimpin dunia lainnya.
Terkait dengan hal itu, Van der
Bellen menyatakan tidak ada agenda pertemuan dengan Presiden Rusia
Vladimir Putin di sela-sela kegiatan tersebut guna membahas masalah ini.
"Tidak.
Pada saat ketika beberapa lusin kepala negara dan pemerintah berada di
Paris, kami tidak dijadwalkan untuk mengadakan pembicaraan bilateral,"
jelas Van der Bellen yang disiarkan oleh stasiun radio Austria O-1.
Pada
hari Jumat, otoritas Austria mengatakan bahwa lembaga penegak hukum
negara itu sedang melakukan penyelidikan atas kasus seorang pensiunan
kolonel Austria berusia 70 yang dicurigai bekerja untuk intelijen Rusia
sejak 1990-an. Ia diduga telah memberikan Moskow informasi tentang
angkatan udara Austria, sistem artileri, pejabat tinggi dan krisis
migran. Jika pria itu dinyatakan bersalah, dia mungkin akan menghadapi
hukuman penjara hingga sepuluh tahun.
Menteri Luar Negeri
Austria, Karin Kneissl, Sabtu kemarin mengatakan telah melakukan
pembicaraan dengan koleganya dari Rusia Sergei Lavrov. Hasilnya, Austria
mengharapkan Rusia akan bekerja sama penuh atas kasus ini.
Menurut
Kneissl, ia menolak tuduhan Rusia bahwa Austria melakukan diplomasi
megafon dan mengatakan langkah-langkah pemerintah Austria didasarkan
pada fakta-fakta yang jelas.
"Spionase adalah gangguan yang tidak dapat diterima dalam urusan domestik Austria," dia memperingatkan.
Sementara
itu, setelah pembicaraan para menteri, Kementerian Luar Negeri Rusia
menunjukkan bahwa Rusia menggarisbawahi tidak dapat diterimanya praktik,
yang bertentangan dengan norma-norma komunikasi internasional, membuat
tuduhan bebas-bukti publik.
Kementerian Luar Negeri Rusia
menambahkan bahwa Kneissl mengklarifikasi motif di balik keputusan Wina
dalam kasus ini dan juga menyatakan harapan bahwa langkah-langkah itu
tidak akan mempengaruhi perkembangan kerja sama bilateral di masa depan.
WINA
- Mantan kolonel Austria ditangkap oleh pihak berwenang karena diduga
telah menjadi mata-mata untuk Rusia selama 20 tahun. Begitu laporan yang
diturunkan media Austria Kronen Zeitung mengutip jaksa kepala Salzburg
Robert Holzleitner
Namun media itu tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai kemajuan penyelidikan.
Sementara
media Austria lainnya, Die Presse, melaporkan bahwa tersangka dalam
skandal spionase itu telah mengaku melakukan kejahatan.
Menteri
Luar Negeri Austria Karin Kneissl menyatakan harapan bahwa Moskow akan
bekerja sama dengan Wina dalam kasus spionase, lapor kantor berita APA
Austria, mengutip pernyataan menteri.
"Kami mengharapkan kerja
sama komprehensif dari pihak Rusia dalam penyelidikan (ke dalam kasus
mantan kolonel)," katanya seperti dilansir dari Sputnik, Minggu
(11/11/2018).
Setelah pengumuman bahwa kolonel Austria berusia 70
tahun yang dicurigai menjadi mata-mata untuk Rusia, Moskow memprotes
Wina karena menggunakan "diplomasi megafon" alih-alih menggunakan
saluran komunikasi diplomatik tradisional untuk menyelesaikan masalah
bilateral.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebut
tuduhan tidak berdasar terhadap Rusia "tidak dapat diterima" dalam
percakapan telepon dengan mitranya dari Austria, Karin Kneissl. Lavrov
kemudian mengatakan bahwa duta besar Austria akan dipanggil mengingat
tuduhan baru-baru ini.
Wina mengumumkan pada 9 November bahwa
mereka sedang melakukan penyelidikan atas tuduhan bahwa seorang
pensiunan kolonel telah menjadi mata-mata untuk Rusia selama sekitar 20
tahun, sejak tahun 1990-an. Austria juga membatalkan kunjungan mendatang
Menteri Luar Negeri Karin Kneissl ke Moskow terkait skandal itu.
Presiden Prancis Macron terlihat sedang mengobrol ringan
dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel, pada peringatan Perang Dunia I,
yang berakhir seratus tahun lalu, di Monumen Kemenangan atau Arc de
Triomphe di ibu kota Paris pada Ahad, 11 Novemver 2018.
CB, Paris – Presiden Prancis, Emmanuel Macron,
berbicara mengenai bahaya semangat nasionalisme, yang menjadi pemicu
Perang Dunia I. Dia melihat semangat ini kembali muncul belakangan ini.
“Patriotisme
merupakan kebalikan dari nasionalisme. Nasionalisme merupakan
pengkhianatan atas patriotisme,” kata Macron pada pidato peringatan
Perang Dunia I, yang berakhir seratus tahun lalu, di Monumen Kemenangan
atau Arc de Triomphe, Paris, pada Ahad, 11 November 2018.
Pernyataan Macron ini seperti ditujukan kepada Presiden Amerika
Serikat, Donald Trump, yang ikut menghadiri upacara ini dan duduk
dibarisan terdepan.
Trump dikenal dengan agenda nasionalisnya “America First”, yang dipromosikan sejak masa kampanye Presiden 2016 hingga saat ini. Reuters melansir ekspresi Trump membatu saat Macron mengkritik semangat nasionalisme itu.
Presiden
Prancis, Emmanuel Macron, berpidato selama sekitar 20 menit pada
peringatan 100 tahun Armistice Day atau berakhirnya Perang Dunia I di
Paris pada 11 November 2018. Skynews
Macron
melanjutkan,”Saat kita mengatakan kepentingan-kepentingan kita lebih
utama, dan kepentingan orang lain tidak penting, kita menghapus hal
mendasar yang menjadi pegangan paling penting bagi sebuah bangsa, yang
memberinya kehidupan dan membuatnya hebat, yaitu nilai-nilai moralnya.”
Peringatan
ini digelar untuk memberikan penghargaan kepada para pahlawan yang
tewas dalam Perang Dunia I, yang berlangsung pada 1914 – 1918.
Kesepakatan gencatan senjata terjadi tepat pada pukul 11 pagi pada 11
November 1918, yang membuat kawasan Eropa menjadi sunyi dari suara
letusan senjata dan bom.
Macron
menjelaskan pelajaran dari Perang Besar adalah tidak boleh ada
kebencian antar-bangsa ataupun melupakan peristiwa di masa lalu. Dia
menyebut ada jutaan perempuan menjadi janda dan anak-anak menjadi yatim
piatu akibat konflik perang ini. Sekitar 10 juta tentara tewas dalam
perang empat tahun itu.
“Ini merupakan kewajiban utama kita untuk memikirkan masa depan dan mempertimbangkan apa yang menjadi hal-hal peting,” kata dia.
Acara
yang berlangsung sekitar 90 menit ini juga diisi dengan pembacaan
surat-surat testimoni dari para tentara asal Jerman, Prancis, dan
Inggris mengenai perang yang mereka jalani. Ada juga penampilan dari
Yo-Yo Ma yang bermain cello, dan Maurice Ravel’s Bolero.
Pada sore
hari, Trump mengunjungi pemakaman tentara AS yang tewas pada PD I. Dia
berbicara dengan sejumlah veteran. Trump sempat melewatkan upacara ini
pada Sabtu, 10 November 2018.
“Merupakan tugas kita untuk mempertahankan peradaban yang kita bela,” kata Trump
pada pidato singkatnya. “Kita memperbarui kewajiban untuk mengingat
para pahlawan yang gugur, yang beristirahat untuk selamanya,” kata dia.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, berpidato selama sekitar
20 menit pada peringatan 100 tahun Armistice Day atau berakhirnya Perang
Dunia I di Paris pada 11 November 2018. Skynews
CB, Paris – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, memimpin upacara peringatan Perang Dunia I, yang berakhir seratus tahun lalu, pada Ahad, 11 November 2018 di ibu kota Paris.
Acara
tahunan yang disebut Armistice Day ini diikuti sekitar 70 tokoh dari
berbagai negara termasuk Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, PM
Inggris Theresa May, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Rusia
Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
“Mari kita
bangun harapan dibandingkan bermain dengan rasa takut terhadap satu
sama lain,” kata Macron dalam pidatonya yang berlangsung selama sekitar
20 menit di dekat sebuah kuburan prajurit tidak dikenal.
Tanggal
11 November ini diperingati sebagai momen ketika seluruh kawasan Eropa
menjadi sunyi dari bunyi letusan senjata, yang mewarnai PD I yang
berlangsung sekitar tiga tahun. Sekitar 10 juta tentara dan
Dipimpin Macron, para pemimpin global berjalan dari Istana Champs Elysses menuju Tugu Kemenangan atau Arc de Triomphe, yang menjadi lokasi acara. Trump dan Putin tiba agak belakangan dalam rombongan bermotor.
“Jejak
dari perang ini tidak akan pernah terhapuskan. Baik itu di Prancis,
atau di Eropa atau di Timur Tengah atau di seluruh dunia,” kata Macron
melanjutkan.
Macron menambahkan,”Mari kita mengingat ini. Mari
kita tidak melupakan. Karena memori akan pengorbanan mereka membuat kita
layak untuk mengenang mereka yang bertempur dan tewas agar kita bisa
menjadi bebas. Mari kita mengingat ini.”
Macron
juga meminta semua yang hadir dan warga dunia untuk tidak meninggalkan
prinsip, idea dan semangat patriotisme dari para pahlawan, yang telah
tewas bertempur.
Acara
ini juga diisi dengan pembacaan testimoni para tentara pada 11 November
1918 saat gencatan senjata disepakati. Isi pesan itu adalah peringatan
kepada masyarakat mengenai bahaya dari semangat nasionalisme berlebihan.
PDI
I ini meletus pada 1914 ketika seorang remaja Serbia Bosnia membunuh
Archduke Franz Ferdinand, yang menjadi pewaris tahta kerajaan Austria –
Hungaria. Ini memantik terjadinya konflik yang kemudian digambarkan
sebagai perang dari segala perang. Presiden Macron meminta semua pihak mengenang jasa para pahlawan.
Presiden AS Donald Trump bersalaman dengan Presiden Prancis
Emmanuel Macron ketika mereka bertemu di istana kepresidenan Elysee,
sebagai bagian dari upacara peringatan Hari Gencatan Senjata, 100 tahun
setelah berakhirnya Perang Dunia Pertama, di Paris, Prancis, 10 November
2018. [REUTERS / Carlos Barria]
CB, Jakarta - Presiden AS Donald Trump dan
Presiden Prancis Emmanuel Macron dari menyetujui perlunya lebih banyak
anggaran untuk pertahanan Eropa demi komitmen NATO, setelah kicauan
Trump di Twitter yang menyebut usulan Tentara Eropa Macron "sangat
menghina".
Keduanya bertemu di Istana Elysee sehari sebelum
peringatan 100 tahun berakhirnya Perang Dunia Pertama, seperti
dilaporkan Reuters, 11 November 2018.
"Kami
menginginkan Eropa yang kuat, sangat penting bagi kami, dan cara apa
pun yang dapat kami lakukan yang terbaik dan lebih efisien akan menjadi
sesuatu yang kami berdua inginkan," kata Trump.
"Kami ingin membantu Eropa tetapi harus adil. Saat ini pembagian beban sebagian besar terjadi di Amerika Serikat."
Tank
dan kendaraan lapis baja Angkatan Darat Prancis tiba di pangkalan
militer TAHA, di Estonia, 29 Maret 2019. Penempatan pasukan NATO untuk
menanggapi situasi keamanan kawasan yang berubah. AFP/Raigo Pajula
Sementara
Macron mengatakan bahwa dia ingin Eropa untuk menanggung bagian yang
lebih besar dari biaya pertahanan dalam NATO, salah satu pokok yang ia
ucapkan berulang kali sejak menjabat, di samping ambisinya Eropa untuk
memiliki kemampuan militernya sendiri.
"Itu sebabnya saya yakin proposal saya untuk pertahanan Eropa benar-benar konsisten dengan itu," kata Macron.
Sebelumnya
Macron mengatakan Eropa perlu untuk melindungi dirinya sendiri dari
Cina, Rusia dan bahkan Amerika Serikat. Kemudian dalam wawancara dia
berbicara tentang perlunya pembentukan tentara Eropa.
"Dihadapkan
oleh Rusia, yang ada di perbatasan kita dan yang telah menunjukkan
bahwa itu dapat mengancam ... kita harus memiliki Eropa yang dapat
mempertahankan dirinya dengan lebih baik, tanpa bergantung sepenuhnya
pada Amerika Serikat," kata Macron.
President
Macron of France has just suggested that Europe build its own military
in order to protect itself from the U.S., China and Russia. Very
insulting, but perhaps Europe should first pay its fair share of NATO,
which the U.S. subsidizes greatly!
Donald
Trump yang telah mendesak sekutu NATO untuk mengeluarkan anggaran lebih
untuk pertahanan dan meminta tidak bergantung pada Amerika Serikat,
mengeluhkan pernyataan Macron di Twitter.
"Sangat menghina, tapi
mungkin Eropa pertama-tama harus membayar bagian yang adil dari NATO,
yang sangat disubsidi AS," kata Trump di Twitter.
Sebelumnya
Donald Trump dalam KTT NATO di Brussel pada 11 Juli, menyerang anggota
NATO yang tidak berkomitmen untuk mengeluarkan anggaran pertahanan.
Dilansir dari France24, Trump menuduh negara-negara NATO gagal memenuhi
target anggaran 2 persen dari pendapatan untuk pertahanan. NATO
memperkirakan hanya 15 dari 29 anggota yang memenuhi target anggaran
pertahanan pada 2024.
Donald Trump
juga mengeluhkan bahwa AS mengeluarkan uang untuk menutup 90 persen
anggaran NATO di Eropa, meskipun faktanya hanya 67 persen dari
pengeluaran total NATO.
Presiden
Prancis, Emanuel Macron menyatakan, Paris akan tetap melanjutkan
seruannya untuk pembentukan Tentara Eropa, meski adanya kecaman dari
Trump. Foto/Istimewa
PARIS
- Presiden Prancis, Emanuel Macron menyatakan, Paris akan tetap
melanjutkan seruannya untuk pembentukan Tentara Eropa, meski adanya
kecaman dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Macron
menyatakan, sangat tidak baik untuk terus bergantung pada AS, khususnya
bila berurusan dengan masalah keamanan. Macron menyebut, Tentara Eropa
dibutuhkan untuk membela diri terhadap Rusia dan bahkan AS.
"Tidak
adil hanya bergantung pada AS untuk masalah keamanan Eropa," kata
Macron dalam sebuah pernyataan kepada awak media jelang bertemu Trump di
Paris, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (11/11).
Sebelumnya,
Trump mengecam ide Prancis untuk membentuk sebuah pasukan gabungan
Eropa. Melalui akun Twitternya, Trump sebut ide yang disampaikan Macron
itu adalah sebuah penghinaan. Dia lalu menyebut, Eropa sebaiknya
meningkatkan kontribusinya terhadap NATO, sebelum memutuskan membuat
tentara gabungan.
"Presiden
Macron dari Pprancis baru saja menyarankan agar Eropa membangun
militernya sendiri untuk melindungi dirinya dari AS, China dan Rusia.
Sangat menghina, tapi mungkin Eropa pertama-tama harus membayar bagian
yang adil dari NATO, yang sangat disubsidi oleh AS!" kicau Trump
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengecam ide Prancis untuk membentuk sebuah pasukan gabungan Eropa. Foto/Istimewa
WASHINGTON
- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengecam ide Prancis
untuk membentuk sebuah pasukan gabungan Eropa. Presiden Prancis, Emanuel
Macron menyebut Tentara Eropa dibutuhkan untuk membela diri terhadap
Rusia dan bahkan AS.Melalui akun Twitternya, Trump sebut ide yang
disampaikan Macron itu adalah sebuah penghinaan. Dia lalu menyebut,
Eropa sebaiknya meningkatkan kontribusinya terhadap NATO, sebelum
memutuskan membuat tentara gabungan."Presiden Macron dari Pprancis baru
saja menyarankan agar Eropa membangun militernya sendiri untuk
melindungi dirinya dari AS, China dan Rusia. Sangat menghina, tapi
mungkin Eropa pertama-tama harus membayar bagian yang adil dari NATO,
yang sangat disubsidi oleh AS!" kicau Trump, seperti dilansir Anadolu
Agency pada Minggu (11/11).Pernyataan Macron mengenai pembentukan
tentara Eropa sendiri disampaikan saat melakukan wawancara dengan media
Prancis pada pekan lalu.Macron mengatakan, Eropa perlu mengurangi
ketergantungannya pada kekuatan Amerika, paling tidak setelah Trump
mengumumkan ia menarik diri dari perjanjian nuklir era Perang
Dingin. "Kami harus melindungi diri kami sendiri dengan menghormati
China, Rusia dan bahkan AS. Ketika saya melihat Presiden Trump
mengumumkan bahwa dia keluar dari perjanjian perlucutan senjata nuklir
yang dibentuk setelah krisis rudal euro tahun 1980-an yang melanda
Eropa, yang menjadi korban utama? Eropa dan keamanannya,"
terangnya."Kami tidak akan melindungi orang Eropa kecuali kami
memutuskan untuk memiliki tentara Eropa sejati," sambung pemimpin
Prancis tersebut.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjabat
tangan Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam acara peringatan 1 abad
berakhirnya Perang Dunia I. (Foto: ludovic MARIN / AFP)
Jakarta, CB -- Para pemimpin
dunia berkumpul di Paris, Prancis, pada Minggu (11/11), untuk
memperingati satu abad berakhirnya Perang Dunia I.
Sekitar 70 pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, akan menandai 100 tahun usia gencatan senjata 1918 (Armistice 1918).
Di
Paris, peringatan terkonsentrasi di area Tomb of the Unknown Soldier
yang berada di bawah monumen Arc de Triomphe. Imbauan tentang bahaya
nasionalisme dalam era modern dikemukakan.
"Hari ini bukan
hanya tentang mengingat, tetapi juga seharusnya juga tentang panggilan
untuk beraksi," kata Kanselir Jerman Angela Markel, pada Sabtu (10/11),
setelah mengunjungi lokasi penandatanganan perjanjian gencatan senjata
1918 yang dilakukan di kawasan utara Prancis.
Pertemuan para petinggi dunia ini dirancang oleh Presiden Prancis
Emmanuel Macron. Dia mengangkat pentingnya institusi internasional
membantu menyelesaikan konflik, mencegah perang, dan menyebarkan
kemakmuran.
"Kami mau membuat peringatan ini waktu untuk
refleksi saat ini, bukan hanya masa lalu, jadi mereka punya sesuatu yang
berarti buat kita hari ini," ujar Macron pada awal pekan ini.
Meski
terlihat rukun saat peringatan di Arc de Triomphe, ada ketegangan yang
tersembunyi. Sebelumnya Trump yang tiba di Prancis pada Jumat mengkritik
Marcos karena dirasa telah 'menghina'.
Trump merasa tersinggung pada ucapan Macron dalam sesi wawancara
belakangan ini yang mengatakan diperlukannya tentara Eropa serta
mendaftarkan AS, Rusia, dan China sebagai ancaman keamanan nasional.
Sekitar
70 negara terlibat dalam Perang Dunia I. Semuanya tergabung dalam enam
kerajaan dan kekuatan kolonial, yaitu Austria-Hungaria, British,
Prancis, Jerman, Rusia, dan kekaisaran Ottoman.
Sekitar 10 juta
tentara menjadi korban selama perang yang berlangsung 1914 hingga 1918.
Korban luka-luka diperkirakan dua kali jumlah itu dan antara 5 - 10 juta
penduduk diestimasikan menjadi korban.
ilustrasi serangan udara. (AFP PHOTO / ARIS MESSINIS)
Jakarta, CB -- Pemerintah Suriah
melayangkan protes kepada PBB terkait serangan udara koalisi yang
dipimpin Amerika Serikat atas wilayah mereka yang dikuasai ISIS.
Mengutip dari Reuters, Kementerian Luar Negeri Suriah
telah mengirimkan surat kepada Sekretaris Jenderal PBB dan Presiden
Dewan Keamanan soal tindakan yang terjadi di Hajin, kawasan timur Deir
al-Zor.
Dalam serangan di kawasan timur Deir al-Zor pada Jumat (9/11) lalu sekitar 26 warga sipil turut jadi korban tewas.
Sementara
itu lembaga pemantau HAM, SOHR, mengatakan jumlah korban sipil yang
tewas 26 orang itu termasuk 14 di antaranya anak-anak. Mereka jadi
korban dalam dua gelombang serangan udara koalisi pimpinan AS.
Mereka adalah anggota sipil yang menjadi bagian dari IS di Hajin. Sehari sebelumnya, mengutip dari AFP,
Kepala SOHR Rami Abdel Rahman mengatakan sebuah desa lain dekat kota
Al-Shafaa pun ada tujuh warga sipil yang menjadi korban serangan udara.
Baik
Hajin maupun Al-Shaafa diyakini sebagai kantong terakhir pertahanan
ISIS di provinsi Deir al-Zor, yang juga berbatasan dengan Irak.
Berdasarkan
data SOHR, sejak ISIS mencoba mengambil alih Suriah dan tetangganya,
Irak, pada 2014 orang setidaknya sudah lebih dari 1.100 warga sipil
tewas karena serangan koalisi. Konflik di Suriah itu sendiri tercatat
telah menewaskan lebih dari 360 ribu jiwa baik dari warga sipil maupun
pejuang sejak 2011 silam.
Pemangkasan dilakukan karena Saudi sedang bergulat dengan penurunan harga minyak.
CB,
ABU DHABI -- Arab Saudi sedang membahas proposal yang memungkinkan
negara produsen minyak anggota OPEC dan non-OPEC untuk memangkas
produksi minyak hingga 1 juta barel per hari.
Dua sumber mengatakan kepada Reuters
pada Ahad (11/11), proposal itu diajukan karena negara eksportir minyak
terbesar dunia itu tengah bergulat dengan penurunan harga minyak
mentah.
Sumber-sumber itu menjelaskan, kesepakatan pemangkasan
produksi minyak akan bergantung pada sejumlah faktor, termasuk tingkat
ekspor Iran setelah Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi. AS
diketahui tetap mengizinkan beberapa importir untuk membeli minyak Iran.
Riyadh
terkejut oleh keringanan yang diberikan AS kepada pelanggan minyak Iran
seperti Cina dan India. Langkah tersebut dinilai dapat menghantam harga
minyak.
Saat
ini Arab Saudi ingin bertindak untuk mencegah penurunan harga lebih
lanjut, setelah harga jatuh di bawah 70 dolar AS per barel pada Jumat
(9/11). Arab Saudi juga akan memimpin diskusi tentang pemotongan
produksi minyak tahun depan.
Berdasarkan kesepakatan yang
ditetapkan untuk akhir tahun, anggota OPEC dan non-OPEC setuju untuk
memangkas produksi minyak sekitar 1,8 juta barel per hari.
Namun
produsen akhirnya memotong lebih banyak, sebagian karena penghentian
yang tak terduga di Venezuela, Libya, dan Angola. Produsen juga pada
Juni lalu sepakat untuk membatasi pemangkasan ke tingkat yang telah
disepakati.
OPEC dan sekutunya akan bertemu di Wina pada 6-7 Desember untuk memutuskan kebijakan produksi untuk 2019.
“Ada
diskusi umum tentang ini (pemangkasan). Tetapi pertanyaannya adalah
berapa banyak yang harus dikurangi oleh pasar,” kata salah satu sumber,
sebelum pertemuan dilakukan oleh komite pemantauan OPEC di Abu Dhabi
pada Ahad (11/11), yang juga dihadiri oleh Arab Saudi dan Rusia.
Wakil
Menteri Energi Kazakhstan, Magzum Mirzagaliyev, mengatakan ia memahami
jika Arab Saudi mengusulkan untuk menggunakan tingkat produksi
Agustus-Oktober sebagai dasar penentuan pemangkasan.
Minyak
mentah Brent LCOc1 pada Jumat 9/11) turun 47 sen, atau 0,7 persen,
menjadi 70,18 dolar AS per barel. Brent kehilangan sekitar 3,6 persen
pada pekan ini dan telah merosot lebih dari 15 persen pada kuartal ini.
Washington
memberikan pembebasan 180 hari kepada delapan pembeli minyak Iran,
yaitu Cina, India, Korea Selatan, Jepang, Italia, Yunani, Taiwan, dan
Turki. Kelompok ini mengambil sebanyak tiga per empat ekspor minyak laut
Iran.
Pemerintah AS telah berjanji untuk mengurangi ekspor
minyak Iran ke angka nol. Presiden AS Donald Trump telah menekan Arab
Saudi untuk meningkatkan produksi untuk mendinginkan pasar.
Ekspor
minyak mentah Iran dapat jatuh ke lebih dari 1 juta barel per hari pada
November, sekitar sepertiga dari puncak pertengahan 2018. Namun para
pedagang dan analis mengatakan angka itu bisa naik dari Desember karena
para importir menggunakan kesempatan pembebasan dari AS.
Gaber adalah pejabat pemberontak paling senior yang membelot.
CB,SANAA---
Seorang pejabat Pemerintah Arab Saudi pada Ahad (11/11) mengatakan,
menteri informasi dalam pemerintahan Houthi telah membelot ke negara
tetangga Arab Saudi.
Seperti dilansir Anadolu, Ahad (11/11), pejabat yang menjadi
narasumber menyebutkan, Abdul Salam Gaber telah melarikan diri dari
Sanaa dan diterbangkan ke Riyadh.
Gaber dijadwalkan menghadiri konferensi pers yang akan diadakan di Kedutaan Yaman di Riyadh pada Ahad.
Tidak ada komentar dari kelompok Houthi tentang pembelotan. Tetapi televisi pro-Houthi Al Masirah mengatakan Deifullah al-Shami telah diangkat sebagai menteri informasi baru di pemerintahan Houthi.
Gaber
adalah pejabat pemberontak paling senior yang membelot sejak konflik
Yaman pecah pada 2014 saar Houthi menguasai sebagian besar Yaman,
termasuk ibukota Sanaa.
Pada 2015, Arab Saudi dan sekutu Arabnya meluncurkan kampanye udara di Yaman yang bertujuan untuk mengalahkan Houthi.
Menurut
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pertempuran di Yaman telah menewaskan
lebih dari 10 ribu orang. Setengah populasi Yaman - sekitar 14 juta
orang - terancam berada di ambang kelaparan. PBB menyebut kondisi Yaman
sebagai krisis kemanusiaan paling buruk di dunia.
Save the Children memperkirakan bahwa 100 anak-anak meninggal setiap hari di Yaman akibat kelaparan dan penyakit.
"Sementara
pihak yang bertikai membahas ketentuan perdamaian ini, kami mendesak
mereka untuk segera menghentikan pertempuran sehingga lebih banyak nyawa
terselamatkan," kata Save the Children dalam sebuah pernyataan.
Kelompok itu menyerukan akses penuh untuk bantuan dan impor komersial.
Seorang perawat tengah memberikan perawatan kepada korban bom di Mogadishu yang menewaskan 52 orang. Foto/Istimewa
MOGADISHU
- Jumlah korban tewas dari ledakan bom mobil di Ibu Kota Somalia,
Mogadishu, pada Jumat lalu telah meningkat menjadi 52. Angka itu menurut
catatan penerimaan dari lima rumah sakit.
Para pejabat keamanan
Somalia yang menanggapi serangan itu mengatakan empat militan memasuki
hotel dan pergi ke atap, menembaki orang-orang di bawah. Mereka
mengatakan pasukan keamanan akhirnya membunuh para penyerang dan
menyelamatkan puluhan orang dari kamar hotel.
Kelompok militan
al-Shabab, yang telah melancarkan pemberontakan selama lebih dari 10
tahun, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Ledakan, yang
terjadi dalam beberapa menit satu sama lain, menargetkan Hotel Sahafi
Mogadishu dan sekitarnya. Hotel ini dekat markas besar Departemen
Investigasi Kriminal Kepolisian Somalia (CID).
Dokter
dan administrator dari lima rumah sakit di kota merawat korban tembakan
dan ledakan selain dari menempatkan jumlah korban tewas di angka 52,
juga mengatakan 106 lainnya terluka.
Direktur rumah sakit
Madinah, Dokter Mohamed Yusuf, mengatakan kepada pihaknya telah menerima
63 korban ledakan. Rumah sakit Madinah adalah fasilitas perawatan
darurat terbesar di kota itu.
“Kami menerima 63 korban. Tiga
puluh dua orang terluka, tetapi tiga di antaranya meninggal di rumah
sakit dan 31 lainnya sudah meninggal dan kami memindahkan mereka ke
kamar mayat,” ujarnya seperti dikutip dari VOA, Minggu (11/11/2018).
Yusuf
mengatakan pasien yang terluka akibat tembakan dan ledakan telah
menempati hampir 100 persen dari tempat tidur Medina. Meskipun baru-baru
ini jumlahnya telah turun secara dramatis karena penurunan jumlah
ledakan dan jangka waktu yang lebih lama antara beberapa pemboman yang
lebih besar.
"Jumlah
yang diterima untuk orang-orang yang terluka baru-baru ini tidak biasa,
tetapi kami selalu ingat bahwa kami berada di Mogadishu dan hal-hal
(seperti ini) dapat terjadi kapan saja," kata Yusuf.
Seorang
saksi yang berada di dalam hotel pada saat serangan itu terjadi
mengatakan dengan syarat anonimitas bahwa bagian depan gedung hancur
akibat ledakan.
Mantan anggota parlemen Somalia, Abdi Barre
Jibril mengatakan, wanita dan anak-anak termasuk di antara korban. "Dua
wanita dan seorang anak berusia delapan tahun termasuk di antara yang
mati," katanya kepada VOA.
Asap mengepul dari ledakan yang terjadi di Mogadishu, Somalia. Foto/Istimewa
MOGADISHU
- Dua bom mobil bunuh diri meledak di dekat hotel Sahafi di Ibu Kota
Somalia, Mogadishu, Jumat waktu setempat. Sedikitnya 22 orang tewas
akibat serangan tersebut.
Para penjaga hotel dan petugas
Departemen Investigasi Kriminal Somalia (CID) melepaskan tembakan
setelah ledakan terjadi. Sekitar 20 menit kemudian, ledakan ketiga dari
sebuah bom yang ditempatkan di sebuah kendaraan tuk-tuk beroda tiga di
dekat hotel menghantam jalan yang sibuk.
"Empat militan yang
berusaha memasuki hotel ditembak mati oleh polisi dan penjaga hotel,"
kata kapten polisi Mohamed Ahmed seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (10/11/2018).
“Dua
militan lainnya adalah pembom mobil bunuh diri yang diledakkan oleh bom
mobil mereka. Mobil ketiga diledakkan dari jarak jauh. Jadi total 28
orang tewas, termasuk enam militan," terangnya.
Seorang saksi,
Mohamed Abdiqani mengatakan, pemilik hotel Abdifatah Abdirashid termasuk
di antara mereka yang tewas dalam serangan. Abdirashid mengambil alih
hotel Sahafi dari ayahnya setelah tewas dalam serangan militan pada 2015
lalu.
“Para militan yang memasuki kompleks hotel dihujani
tembakan oleh penjaga hotel. Abdifatah Abdirashid, pemilik hotel, dan
tiga pengawalnya meninggal,” kata Abdiqani.
Seorang fotografer Reuters di tempat kejadian melihat 20 mayat warga sipil dan minibus yang terbakar, sepeda motor dan mobil.
Kelompok
militan Islam al Shabaab, yang terkait dengan al-Qaeda, mengaku
bertanggung jawab atas serangan terhadap hotel yang berada di dekat
markas besar CID itu.
Abdiasisi
Abu Musab, juru bicara al Shabaab untuk operasi militer, mengatakan
kelompok itu memilih serangan terhadap Hotel Sahafi karena hubungannya
dengan pemerintah yang ingin digulingkan oleh kelompok Islam.
“Kami
menargetkannya karena berfungsi sebagai basis pemerintah. Pejabat
pemerintah dan pasukan keamanan selalu ada di hotel,” katanya kepada
Reuters.
Somalia telah dilanda oleh kekerasan dan pelanggaran hukum sejak diktator Mohamed Siad Barre digulingkan pada awal 1990-an.
Erdogan
menyatakan, Ankara telah berbagi rekaman yang terkait dengan pembunuhan
Jamal Khashoggi dengan Arab Saudi, AS, Jerman, Prancis, dan Inggris.
Foto/Reuters
ANKARA
- Presiden Turki, Tayyip Erdogan menyatakan, Ankara telah berbagi
rekaman yang terkait dengan pembunuhan Jamal Khashoggi dengan Arab
Saudi, Amerika Serikat (AS), Jerman, Prancis, dan Inggris.
"Kami
memberikan rekaman. Kami memberikannya kepada Saudi, ke AS, Jerman,
Prancis dan Inggris, semuanya. Mereka telah mendengarkan semua
percakapan di dalamnya. Mereka tahu," ucap Erdogan, seperti dilansir Al
Jazeera pada Minggu (11/11).
Dia kemudian mengatakan, 15 anggota
regu pembunuh "pasti tahu" siapa yang membunuh Khashoggi. Regu pembunuh
itu tiba di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober bertepatan dengan
kedatangan Khashoggi.
"18 orang ini atau tepatnya 15 orang, pasti
tahu pelaku dan mereka tahu di mana mayat itu dibawa. Apa informasi
ini? Saya selalu mengatakan sejak awal, 15 orang yang datang ke sini
(Turki), dengan plus tiga, 18 orang sekarang ditangkap (di Saudi),"
ucapnya.
Sementara itu, Hatice Cengiz, tunangan Khashoggi
mengeluarkan pernyataan memilukan tentang nasib jasad wartawan
pengkritik rezim Arab Saudi tersebut. Dia merasa ngeri dengan dugaan
bahwa jasad tunangannya itu dilarutkan dengan bahan kimia setelah
dimutilasi.
Khashoggi, wartawan Arab Saudi dan kolumnis
Washington Post yang kritis terhadap pemerintah Saudi dan Putra Mahkota
Mohammed bin Salman itu dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki,
pada 2 Oktober. Dia mendatangi konsulat untuk mendapatkan dokumen
perceraian dengan mantan istrinya sebagai syarat untuk menikahi
tunangannya.
Saudi
awalnya membantah Khashoggi tewas di konsulat dan mengklaim wartawan
itu meninggalkan konsulat dalam keadaan sehat pada hari yang sama saat
dia masuk. Namun, berselang beberapa hari Riyadh mengakui Khashoggi
tewas dalam perkelahian dengan sejumlah orang di konsulat.
Akhir bulan lalu, seorang jaksa Saudi akhirnya mengakui bahwa Khashoggi terbunuh dalam serangan terencana.
Jakarta - Pesawat Korean Fighter
Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX) yang dikembangkan
Indonesia dan Korea Selatan memiliki kemampuan khusus. Kemampuan khusus
itu salah satunya ialah perusak sistem elektronik musuh atau disebut
jammer electronic.
"Dia juga dilengkapi electronic jammer, bisa
nge-jam secara elektronik, pernah dengar kan perang elektronik,
elektronik lawan bisa kita jam sehingga tidak berfungsi. Merusak sistem
elektronik mereka. Ini salah satu keunggulannya," kata Kepala Program
KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Heri Yansyah kepada
detikFinance, di Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Heri menerangkan,
pesawat yang dikembangkan ini masuk kategori semi siluman. Sebab, secara
bentuk sudah mengadopsi sistem itu, di mana pesawat itu sulit dilacak
oleh radar.
Namun, karena letak senjatanya di luar membuatnya masih terbaca radar.
"Kami
sebut semi stealth karena sudah mengikuti siluman walaupun tidak penuh.
Karena senjata masih bisa terdeteksi, tapi engine kita design tidak
terbaca dari radar depan lawan. Tapi senjata masih kebaca masih, ada
panasnya," terangnya.
Lebih lanjut, dia menerangkan, pesawat
supersonik ini dilengkapi sistem radar yang bisa menangkap pergerakan
lawan dari segala penjuru. Sistem itu juga bisa menangkap pergerakan
sejumlah lawan.
"Kemampuan
khususnya dia memang multirule medium, dia menggunakan advance avionik
artinya menggunakan radar yang menangkap lawan target di atas dan di
bawah. Juga dilengkapi optical targeting system yang sebagai mata bisa
menangkap beberapa lawan," ungkapnya.
Jakarta - Indonesia dan Korea Selatan (Korsel)
sedang mengembangkan jet tempur bersama dengan nama Korean Fighter
Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX). Pesawat yang
dikembangkan itu wujudnya mirip dengan pesawat tempur siluman Amerika
Serikat (AS) F-22 Raptor serta F-35.
Hal itu dibenarkan oleh Kepala Program KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Heri Yansyah saat diwawancarai detikFinance, Rabu (7/11/2018).
"(Kaya) F-22 dan F-35," kata dia.
Bukan
tanpa sebab, hal itu dikarenakan Korea Selatan sebagai inisiator telah
membeli pesawat F-35. Dari pembelian itu, Korea Selatan sekaligus
mendapatkan teknologinya.
"Korea sebenarnya gini, Korea banyak
dapat bantuan dari Lockheed Martin, karena Korea membeli F-35, dari F-35
dapat offset teknologi dari Lockheed Martin. Kita dompleng sebenarnya.
Kita tidak membeli apa-apa dari Amerika, tapi dapat teknologinya,"
jelasnya.
Teknologi ini kemudian menyesuaikan dengan bentuk
pesawat yang akan dikembangkan. Heri mengatakan, sebenarnya ada dua opsi
bentuk pesawat yakni tipe AS atau Eropa. Namun, sekali lagi karena
mengadopsi teknologi AS maka yang dipilih ialah tipe AS.
"Karena
memang yang mengembangkan Korea, Korea waktu di-device ada 2 pesawat,
satu American type ada sayap ada ekor. Kedua European type, sayap dengan
canon di depan, Euro fighter kan beda. Setelah melalui evaluasi,
apalagi menggunakan teknologi Amerika, mereka pilih tipe ini (Amerika).
Dan ini twin engine," paparnya.
"Kalau menurut saya karena Korea
arahnya ke Amerika, itu teknologi Amerika. Makanya dia memutuskan
mendekati pesawat-pesawat model Amerika. Dan karena medium class di
atasnya F-16, kapabilitas di atas F-16, tapi masih secara teknologi di
bawahnya F-35, F-22," jelasnya.
Jakarta - Indonesia dan Korea Selatan tengah
mengembangkan pesawat tempur bersama dengan nama Korean Fighter
Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX). Pengembangan
pesawat ini membutuhkan waktu 10 tahun yang dimulai dari 2016 lalu.
Kepala
Program KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Heri Yansyah
menerangkan, keikutsertaan Indonesia mengembangkan pesawat ini ditandai
dengan pernyataan minat atau letter of intent (LoI) yang diteken pada
2009. LoI itu kemudian ditindaklanjuti dengan nota kesepahaman pada
tahun 2010.
"Asal mulanya ada kerja sama, yang jelas program
pemerintah, ada LoI (letter of intent) yang ditandatangani 2009, di
hadapan Presiden. Kemudian ada MoU 2010 di tandatangani dua Menteri
Pertahanan di hadapan Presiden," katanya kepada detikFinance, di Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Dia melanjutkan, pengembangan KFX/IFX meliputi tiga tahap. Pertama,
pengembangan teknologi dan itu sudah terlaksana pada tahun 2011-2012.
"Targetnya
itu mengidentifikasi semua requirement kedua negara, abstract. Dari
abstract itu kita bangun, kemudian kita kembangkan konsep teknologi yang
memenuhi abstract ini. Itu 2011-2012," jelasnya.
Kedua, pengembangan purwarupa atau prototype. Pengembangan ini sempat tertunda dan baru berjalan 2016 lalu.
"Habis
itu ada tahap namanya EMD, engineering manufakturing development. Ini
prototyping development, jadi ini 10 tahun. Ada vakum di Korea karena
harus ada feasibility study. Sehingga baru dijalankan 2016 kemarin. Jadi
10 tahun 2016 sampai 2026, itu sertifikasi," paparnya.
Lanjutnya, selama 2 tahun dari 2016 hingga 2018 pemantapan desain. Setelah itu, pada tahun depan memulai pembentukan prototype.
"Nah
di 2 tahun pertama 2016 sampai 2018 itu namanya primary design, dari
hasil konsep tadi didetilkan, kontak vendor, supplier, kita freeze
konfigurasi pertengahan tahun 2018. Sekarang masuk tahap detil. Detil
analisa dan seterusnya, 2019 besok itu sudah masuk tahap produksi. Dari
gambar-gambar itu kita produksi," ujarnya.
Indonesia dan Korea
akan membuat 8 pesawat purwarupa. 6 pesawat di antara bisa diterbangkan,
dan 2 pesawat tidak terbang. Dua pesawat sengaja tidak diterbangkan
karena hanya untuk uji struktur.
Purwarupa
pertama di targetkan rampung tahun 2021. Kemudian secara bertahap
menyusul purwarupa-purwarupa lainnya. Terakhir, Heri mengatakan, pada
tahun 2026 ditargetkan pesawat purwarupa itu mendapat sertifikasi
sebelumnya diproduksi massal.
"Nah, kemudian masuk ke proses
sertifikasi targetnya 2026 selesai. Kemudian setelah itu masuk tahap
produksi massal. Dalam 10 tahun ini hanya pengembangan doang. Habis itu
2026 ke atas masuk produksi," ujarnya.
Pada pengembangan ini investasi yang dibutuhkan 8,7 triliun Korea won. Porsi Indonesia dalam pengembangan ini sekitar 20%.
"Kalau nggak salah 8,7 triliun Korea won. Hanya pengembangan," ujarnya.
Jakarta - Korea Selatan menggandeng Indonesia untuk mengembangkan jet tempur.
Pesawat yang dikembangkan bersama itu kemudian diberi nama Korean
Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX).
Kepala
Program KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Heri Yansyah
mengatakan, alasan Korea menggandeng Indonesia karena Indonesia bakal
berkembang menjadi negara besar. Sebab itu, pengembangan jet tempur
diperlukan.
"Kalau mereka sampaikan, pertama Indonesia itu
menurut mereka di tahun 2040 menjadi negara besar, dan mereka melihat
potensi itu," kata dia kepada detikFinance di Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Kemudian, Heri mengatakan, Korea mengajak Indonesia karena Indonesia
memiliki pengalaman mengembangkan pesawat. Meski, pesawat yang
dikembangkan Indonesia bukan jet tempur. Menurutnya, Indonesia akan
melakukan penyesuaian mengembangkan pesawat petarung ini.
"Kedua,
mereka melihat Indonesia punya kemampuan mengembangkan pesawat,
walaupun bukan pesawat tempur. Jadi pada waktu kita mengembangkan
pesawat mereka evaluasi, posisi kita ada di mana. Kalau mereka konsisten
mengembangkan pesawat tempur, kalau kita transport. Jadi ada gap, gap
suatu faktor itu yang akan di-improve. Hanya beda sekitar 3 tahun, beda
pengalaman dengan mereka untuk fighter," jelasnya.
Alasan lain,
kata Heri ialah pasar Indonesia yang besar. Nantinya, dia juga bilang,
Indonesia dan Korea mencari pasar lain untuk menjual pesawat tempur ini.
"Mereka melihat itu, kita punya kapabilitas itu, kita punya
resources juga manufacturing, dan seterusnya, dan market. Karena ini
akan jadi captive market, Indonesia sudah pasti membeli pesawat ini, dan
Korea membeli pesawat ini. Dan sekarang mencari joint marketing untuk
negara di luar negara Indonesia dan Korea," tutupnya.