Masyarakat menduduki tank yang digunakan militer untuk melakukan kudeta di Turki.
CB, ANKARA -- Dua setengah jam jelang upaya
kudeta pemerintahan Turki, sembilan menteri senior bertemu di ruang
konferensi di kantor perdana menteri. Saat itu waktu sudah memasuki
tengah malam. Dengan situasi tegang, para menteri membahas kudeta yang
mungkin akan membuat mereka dipenjara atau tewas.
"Mereka mungkin
akan berhasil, dan kita akan mati hari ini," ujar salah seorang menteri
yang hadir dalam pertemuan itu. "Mari kita bersiap-siap untuk mati,
kita akan menjadi martir lewat pertempuran ini."
Menteri itu
mengirimkan penjaga untuk mengambil senjata pribadinya. Sementara,
pasukan keamanan yang melindungi gedung itu dikawal keluar. Para menteri
itu tidak tahu, siapa yang bisa dipercaya dalam situasi kudeta seperti
saat ini.
Dalam pertemuan tersebut, para menteri mengetahui televisi negara
TRT
telah diambil alih oleh pemberontak. Pembawa berita telah siap
membacakan deklarasi kudeta militer dan penggulingan Presiden Recep
Tayyip Erdogan. Menteri kabinet terdiam dalam waktu dua menit.
Salah seorang kemudian membuat gurauan untuk meredakan situasi. "Jangan terlalu memikirkan
TRT, saya bahkan tidak menontonnya pada hari-hari biasa," ujar menteri itu.
Faksi militer yang hendak melakukan kudeta mengirim tank ke jalanan
Istanbul dan Ankara, memblokade jembatan, menangkapi petinggi militer,
merebut televisi nasional, serta melancarkan serangan terkoordinasi ke
kantor kepolisian dan markas keamanan. Para pemberontak berjanji untuk
mengembalikan demokrasi.
Pendukung Presiden Turki Tayyip Erdogan
mengibarkan bendera nasional mereka berkumpul di Taksim Square di pusat
kota Istanbul, Turki, (16/7).
Pemberontakan itu berakhir dengan kegagalan, tetapi
telah menghilangkan ratusan nyawa dan melukai ribuan orang. Kerusakan
juga tampak di markas intelijen dan gedung parlemen yang menjadi
sasaran pengeboman.
Setelah kudeta gagal, sejumlah pertanyaan muncul? Bagaimana upaya
tersebut bisa mudah dipatahkan? Banyak pengamat bilang upaya pengudeta
amatir. Namun, sejumlah pejabat menegaskan jika upaya mengambil alih
pemerintahan telah tersusun dengan baik.
Upaya menangkap Erdogan
Di Ankara pada Jumat pekan lalu, hari saat kudeta dilakukan, menteri
dalam negeri diundang bersama sejumlah petinggi menggelar pertemuan
tingkat tinggi. Pertemuan seharusnya dimulai pada pukul 17.00. Namun,
ia tak datang karena terlalu sibuk. Sejatinya menteri dalam negeri
ditangkap saat itu.
Saat kudeta dimulai, mendagri terjebak di Bandara Esenboga. Di sana
ia dilindungi oleh kerumunan yang berkumpul untuk menolak kudeta.
Petinggi
kontraterorisme Turki yang melakukan kampanye anti-ISIS juga tidak
datang dalam pertemuan. Ia kemudian ditemukan tewas tertembak dengan
tangan terikat di bagian belakang. Seorang pejabat mengatakan, ia
ditembak di bagian leher.
Presiden Erdogan berada di Resor
Marmaris untuk berlibur. Mantan perdana menteri itu langsung
meninggalkan tempat liburannya setelah mengetahui gerakan kudeta.
Sekitar 20 menit setelah ia pergi, pihak kudeta menyerang resor
tersebut. Sekitar 25 tentara turun dari helikopter dengan tali dan
menyerbu hotel itu guna menangkap Erdogan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan wawancara dengan CNN Turki dari tempat persembunyiannya.
Erdogan berangkat dari Marmaris dengan menggunakan
pesawat bisnisnya. Dua jet F-16 yang dikuasai pemberontak sempat
mengunci pesawatnya. Jet itu tak jadi menembak pesawat Erdogan.
Alasannya, pilot kepresidenan mengatakan lewat radio bahwa itu
merupakan pesawat penerbangan Turkish Airlines.
Pada sekitar
pukul 21.00, Jenderal Mehmet Disli disebut telah memerintahkan pasukan
khusus untuk menangkap petinggi komando senior militer. Tank kemudian
diturunkan di jalanan Kota Ankara. Sekitar satu jam kemudian, mereka
menutup Jembatan Bosphorus Istanbul dan Fatih Sultan Mehmet.
Cemaletti
Hasimi, penasihat senior Perdana Menteri Binari Yildrim menyaksikan
semua adegan itu. Setelah melihat Ankara yang sudah dikepung, ia lantas
berjalan ke kantor wakil perdana menteri. "Apakah ini asli?" tanyanya.
"Iya, ini nyata," jawab kantor wakil PM. "Namun, kami tak tahu apakah
kudeta ini merupakan rantai komando atau hanya faksi militer."
Sekitar
pukul 22.37, mereka menggelar pertemuan dengan Yildrim yang berada di
Istanbul. Dalam pertemuan diputuskan pernyataan adanya upaya kudeta.
Mereka hendak memanggil
TRT, tetapi 10 menit kemudian telah diumumkan jika televisi pemerintah diambil alih.
Hasimi lantas memanggil televisi swasta
NTV. Beberapa menit kemudian, Yildrim dengan tegas mengecam kudeta tersebut.
Di sisi lain, kondisi ricuh dan kacau terjadi di Ankara dan
Istanbul. Sebuah pernyataan yang sepertinya datang dari situs militer
menyatakan situasi telah bisa diatasi. Mereka mengklaim segera
mengembalikan demokrasi.
Pernyataan ini membuat pejabat pemerintah takut jika itu datang dari
komando militer. Hasimi menuding sejumlah hakim terlibat dalam upaya
kudeta. Mereka ditugaskan untuk mengesahkan penggulingan Erdogan.
"Hari
itu merupakan malam yang buruk," ujar Murat Karakullukcu, pejabat
polisi yang bertugas di markas saat kejadian. "Apa yang ada dalam
pikiran kami pertama adalah bagaimana bisa selamat. Kami pun membalas
dengan menembaki helikopter dengan senjata kecil."
Erdogan tampil
Kembali ke kantor perdana menteri, kondisi berubah setelah Erdogan
secara terpisah tampil langung lewat Iphone pada Sabtu pukul 00.37. Ia
meminta agar rakyat turun ke jalan mempertahankan demokrasi. "Ini
merupakan momen di saat psikologi terbalik, dan kami yakin akan menang,"
ujar Hasimi.
Wanita menangisi jenazah warga Turki yang tewas akibat upaya kudeta.
Orang-orang mulai turun ke jalan dalam jumlah besar
mengikuti panggilan Erdogan. Kemudian menteri agama telah meminta
otoritas imam di Turki untuk menyerukan di masjid-masjid, "Allah Maha
Besar." Sejumlah menteri tetap khawatir seruan ini akan menimbulkan
korban jiwa cukup besar.
Pernyataan dari pemimpin oposisi dan
petinggi militer, termasuk komando militer yang menolak kudeta,
mengakhiri upaya penggulingan Erdogan. Upaya kudeta gagal pada pukul
04.00 pagi.
Pada pukul 01.00, kepala kepolisian Bursa menangkap
komandan militer setempat. Mereka menemukan dokumen enam halaman, di
dalamnya termasuk nama-nama hakim dan pejabat militer. Mereka akan
mengisi jabatan-jabatan strategis di birokrasi jika kudeta berhasil.
"Ini
merupakan momen krusial," ujar Hasimi. "Ini merupakan upaya yang
terkoordinasi dengan baik tetapi berhasil digagalkan oleh kepemimpinan
dan pergerakan rakyat yang mengubah rencana mereka."
Kudeta
itu, kata Hasimi, bisa saja berhasil. "Namun mereka kehilangan momen
saat presiden serta perdana menteri serta petinggi militer memberikan
pernyataan di televisi, Mereka menentang kudeta dan mendukung
demokrasi. Warga yang menolak kudeta pun pulang ke rumah."
Credit
REPUBLIKA.CO.ID