Tampilkan postingan dengan label SELANDIA BARU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SELANDIA BARU. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 Maret 2019

Menlu Selandia Baru menuju Turki untuk tanggapi komentar Erdogan


Menlu Selandia Baru menuju Turki untuk tanggapi komentar Erdogan
Seorang wanita menangis di dekat Masjid Al Noor di Christchurch, Selandia Baru, Minggu (17/3/2019). ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva/pras.




Christchurch (CB) - Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern pada Rabu mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Winston Peters akan pergi ke Turki untuk "menanggapi" komentar yang dikeluarkan oleh Presiden Turki Tayyip Erdogan mengenai pembunuhan sekitar 50 orang di masjid-masjid di Christchurch.

Warga Australia Brenton Tarrant (28), seorang tersangka supremasi kulit putih, didakwa melakukan pembunuhan pada Sabtu, setelah seorang pria bersenjata melepas tembakan di dua masjid pada waktu shalat Jumat.

Erdogan -- yang sedang berusaha menghidupkan dukungan bagi partai AK, yang berakar-Islami untuk pemilihan daerah pada 31 Maret-- mengatakan Turki akan memberi perhitungan kepada tersangka apabila Selandia Baru tidak melakukannya.

Komentar tersebut disampaikan dalam kampanye dengan menyertakan tayangan rekaman penembakan yang diduga disebarkan di Facebook oleh pria bersenjata itu.

Ardern mengatakan Peters akan meminta penjelasan penting.

"Wakil perdana menteri kami akan menentang komentar tersebut di Turki," kata Ardern kepada wartawan di Christchurch. "Dia akan di sana untuk mencatat langsung, berhadap-hadapan."

Peters sebelumnya mengecam penyiaran rekaman penembakan yang disebutnya dapat membahayakan warga Selandia Baru di luar negeri

Selain campur tangan Peters, inti sari dari manifesto Tarrant kembali ditayangkan sekilas dalam kampanye Erdogan pada Selasa, termasuk gambar saat pria bersenjata itu memasuki salah satu masjid dan menembaki sambil mendekati pintu.

Sementara itu Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan dia memanggil Duta Besar Turki untuk suatu pertemuan dan pada kesempatan tersebut meminta komentar Erdogan dihapus dari lembaga penyiaran negara Turki.

"Saya akan menunggu untuk melihat tanggapan dari pemerintah Turki sebelum mengambil tindakan lebih lanjut, tetapi dapat saya sampaikan kepada Anda bahwa semua pilihan telah tersedia," kata Morisson kepada para wartawan di Canberra.

Morisson mengatakan bahwa dubes Turki untuk Australia dijadwalkan mengadakan rapat dengan anggota pemerintahan Erdogan pada Rabu, sebagaimana diberitakan Reuters.

Morisson mengatakan bahwa Canberra juga mempertimbangkan ulang untuk membuat peringatan perjalanan bagi warga Australia yang merencanakan perjalanan ke Turki.

Hubungan antara Turki, Selandia Baru dan Australia pada umumnya baik. Ribuan warga Australia dan Selandia Baru setiap tahun bepergian ke Turki untuk mengadakan doa kenangan perang.

Lebih seabad lampau, ribuan tentara dari Pasukan Australia dan Selandia Baru (ANZAC) berjuang di luar negeri, tepatnya di pesisir sempit di Gallipoli dan malangnya, merenggut 130.000 nyawa.

Kawasan tersebut menjadi situs peziarahan untuk menghormati mereka bersemanyam di pemakaman yang berjarak setengah lingkar bumi, pada peringatan hari ANZAC setiap 25 April.





Credit  antaranews.com





Erdogan Minta Pelaku Penembakan di Christchurch Dihukum Mati



Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengecam pernyataan Penasehat Keamanan AS, John Bolton, agar negaranya melindungi pasukan milisi Kurdi YPG pasca penarikan pasukan AS dari Kota Manbij, Suriah. Reuters.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengecam pernyataan Penasehat Keamanan AS, John Bolton, agar negaranya melindungi pasukan milisi Kurdi YPG pasca penarikan pasukan AS dari Kota Manbij, Suriah. Reuters.

CB, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta Selandia Baru menerapkan hukuman mati bagi teroris penembakan di Christchurch.
Erdogan juga memperingatkan Turki akan membalas aksi pelaku jika Selandia Baru tidak menghukum mati.
Terdakwa teroris, Brenton Tarrant, warga Australia berusia 28 tahun, didakwa dengan pasal pembunuhan pada Sabtu kemarin setelah dirinya menyerang dua masjid di Christchurch saat salat Jumat.

"Anda membunuh 50 saudara kami dengan kejam. Anda akan membayar untuk ini. Jika Selandia Baru tidak membalas aksi Anda, kami tahu bagaimana membuat Anda membayar dengan satu atau lain cara," kata Erdogan mengancam pelaku, dikutip dari Reuters, 20 Maret 2019.

Erdogan juga menyatakan Turki membuat kesalahan karena menghapus hukuman mati 15 tahun yang lalu. Dia mengatakan Selandia Baru harus membuat pengaturan hukum sehingga pelaku teror Christchurch dapat menghadapi hukuman mati.
"Jika parlemen Selandia Baru tidak membuat keputusan ini, saya akan terus berdebat dengan mereka terus-menerus. Tindakan yang perlu perlu diambil," katanya.

Ringkasan dari manifesto Brenton ditampilkan di layar pada rapat umum Erdogan Selasa kemarin, beserta cuplikan singkat pria bersenjata itu memasuki salah satu masjid dan menembak ketika dia mendekati pintu masjid.
Erdogan mengatakan, menurut manifesto, pelaku penembakan di Christchurch mengeluarkan ancaman terhadap Turki dan presidennya, serta ingin mengusir orang-orang Turki dari wilayah barat laut Turki, Eropa. 




Credit  tempo.co



Erdogan: kita harus tolak xenofobia, Islamfobia


Erdogan: kita harus tolak xenofobia, Islamfobia

Pengunjuk rasa membawa poster menentang kekerasan dan xenofobia di luar gedung pengadilan di Johannesburg, Afrika Selatan, saat empat terdakwa disidang atas pembunuhan seorang warga Mozambik. Sejumlah gambar yang memperlihatkan sejumlah pria memukuli dan menusuk warga Mozambik Emmanuel Sithole di siang hari bolong disiarkan di harian lokal da memicu seruan kepada polisi untuk melakukan tindakan lebih untuk melindungi para imigran. (REUTERS/Mike Hutchings)




Washington (CB) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa (19/3) mendesak Barat agar bangkit melawan rasisme, xenofobia dan Islamfobia setelah serangan teroris di Selandia Baru.

Di dalam satu artikel yang disiarkan di surat kabar Washington Post, Erdogan mengatakan setelah pembantaian di Christchurch, Barat memiliki "tanggung-jawab tertentu".

"Pemerintah dan masyarakat Barat harus menolak normalisasi rasisme, kebencian kepada orang asing dan Islamfobia, yang telah meningkat dalam beberapa tahun belakangan ini," kata Erdogan sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu siang. "Penting untuk menegaskan bahwa ideologi pelintiran, seperti anti-Semitsme, meningkat jadi kejahatan terhadap umat manusia."

Sedikitnya 50 orang Muslim wafat ketika seorang tersangka  teroris menembaki orang yang sedang Shalat Jumat di Masjid An-Nur dan Linwood di Christchurch.

Brenton Harrison Tarrant, warga Australia yang berusia 28 tahun, didakwa melakukan pembantaian.

"Kita harus mengungkapkan pada semua aspek mengenai apa yang terjadi dan sepenuhnya memahami bagaimana teroris menjadi radikal dan hubungannya dengan kelompok teroris guna mencegah tragedi pada masa depan," kata Erdogan.

Ia menyatakan semua pemimpin Barat harus belajar dari "keberanian, kepemimpinan dan ketulusan" atas Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern dan merangkul orang Muslim yang tinggal di negerinya.

Pembantaian tersebut disiarkan langsung di media sosial, dan disertai oleh penyiaran pernyataan terbuka yang rasis serta Islamfobi yang juga menyerang Turki dan presidennya.

Erdogan mengatakan ada banyak rujukan sejarah mengenai senjata pembunuh dan dalam pernyataan terbuka. "Jumlah waktu yang ia sebutkan mengenai Turki dan diri saya mengundang perhatian dan pertimbangan yang lebih dalam."

Tarrant berusaha mensahkan pandangannya dengan menyimpangkan sejarah dunia, kepercayaan Kristen dan berusaha menyebar benih kebencian di kalangan umat manusia, kata presiden Turki itu.

"Sebagai seorang pemimpin yang telah berulangkali menegaskan bahwa terorisme tak memiliki agama, bahasa atau ras, saya dengan tegas menolak setiap upaya untuk mengaitkan serangan teroris pekan lalu dengan ajaran, moral atau ujaran Kristen," katanya. "... Apa yang terjadi di Selandia Baru adalah produk beracun ketidak-tahuan dan kebencian."

Erdogan menyamakan ideologi penyerang Christchurch dengan kelompok teror Da'esh, yang menyerukan "penaklukan" Istanbul seperti Tarrant berjanji di dalam pernyataan terbukanya untuk membuat kota Turki itu "secara benar menjadi milik Kristen lagi".

"Sehubungan dengan ini, kita harus menetapkan bahwa benar-benar tak ada perbedaan antara pembunuh yang membunuh orang yang tak berdosa di Selandia Baru dan mereka yang telah melancarkan aksi teroris di Turki, Prancis, Indonesia dan negara lain," tulis presiden Turki tersebut.

Erdogan berpendapat Islamfobia dan xenofobia diterima dengan kebungkaman di Eropa dan belahan lain dunia Barat.




Credit  antaranews.com




Erdogan Pakai Rekaman Teror Selandia Baru di Kampanye Pilkada


Erdogan Pakai Rekaman Teror Selandia Baru di Kampanye Pilkada
Ilustrasi Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. (Kayhan Ozer/Presidential Palace/Handout via REUTERS)




Jakarta, CB -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dilaporkan menayangkan rekaman teror penembakan di Selandia Baru sebagai bahan dalam kampanye politik pemilihan umum daerah Antalya. Hal itu memicu protes dari pemerintah Selandia Baru yang sudah meminta supaya rekaman aksi teror itu dihapus dan tidak disebarkan.

Seperti dilansir The Guardian, Selasa (19/3), Erdogan beralasan dia memutar rekaman aksi teror yang dilakukan Brenton Tarrant (28) di Selandia Baru sebagai pengingat akan propaganda anti-Islam. Erdogan turut menyitir isi manifesto Tarrant yang ditulis sebelum beraksi yang menyatakan hendak mengusir bangsa Turki dari Eropa.

"Mereka menguji kita dari jarak 16,500 kilometer, dari Selandia Baru, dengan pesan. Ini bukanlah aksi perorangan, tetapi terorganisir," kata Erdogan dalam orasi politiknya.


Erdogan mengancam bakal memerangi pihak-pihak yang hendak menebar teror anti-Islam di Turki. Dia juga memaparkan peristiwa Pertempuran Gallipoli pada 1915 dalam Perang Dunia I, yakni ketika pasukan Kekhalifahan Ottoman menaklukkan pasukan Inggris, Australia, dan Selandia Baru yang hendak menguasai Istanbul.


"Kami sudah berada di sini seribu tahun, dan akan terus di sini hingga kiamat. Insya Allah. Buyut kalian datang dan pulang dalam peti mati. Saya tidak ragu kalian juga bakal bernasib sama seperti itu," ujar Erdogan.

Dalam manifesto, Tarrant juga menyinggung soal Masjid Hagia Sofia yang sebelum direbut oleh Kekhalifahan Ottoman adalah sebuah gereja. Erdogan juga menggunakan petikan manifesto itu dalam kampanye Partai AK kemarin.

Sikap Erdogan bertolak belakang dengan Wakil Presiden Turki, Fuat Oktay. Dia sudah meminta supaya semua pihak menghentikan memberikan pernyataan yang bernada provokatif terkait serangan teror di Selandia Baru.

"Kita harus mulai menggunakan bahasa lain. Seluruh dunia sudah berhenti menggunakan bahasa provokatif," kata Oktay.

Sikap Erdogan memicu keberatan dari Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Winston Peters. Dia menyayangkan sikap Erdogan yang menggunakan rekaman teror dan memberikan pernyataan provokatif, yang dianggap bisa membahayakan warga mereka di luar negeri.

"Hal apapun yang bisa menyebabkan salah paham terhadap negara ini, padahal tersangka juga bukan warga Selandia Baru, membahayakan keselamatan warga kami di Selandia Baru dan luar negeri dan itu tidak adil," kata Peters.

Pemerintah Selandia Baru sudah berupaya keras meminta seluruh perusahaan media sosial, termasuk Facebook, menghapus rekaman aksi keji Tarrant. Peters berharap masyarakat di belahan dunia lain tidak salah paham dengan mereka.

"Kami sudah berdialog dengan negara lain, dan Turki, untuk memastikan tidak ada salah paham terhadap Selandia Baru," ujar Peters.

Erdogan dan Partai AK saat ini sedang disorot karena ekonomi Turki sedang kesulitan karena inflasi tinggi dan menyebabkan pembangunan terhambat.


Aksi teror yang dilakukan Tarrant terjadi di dua masjid di Kota Christchurch pada 15 Maret 2019. Yakni Masjid Al Noor dan Masjid Linwood. Tarrant merekam perbuatannya dan disiarkan langsung melalui akun Facebook-nya.

Insiden terjadi ketika umat Islam setempat sedang bersiap untuk melaksanakan salat Jumat. Jumlah korban meninggal akibat peristiwa itu mencapai 50 orang.

Korban luka dalam kejadian itu juga mencapai 50 orang. Salah satu korban meninggal adalah warga Indonesia, mendiang Lilik Abdul Hamid.

Sedangkan WNI yang menjadi korban luka adalah Zulfirmansyah dan anaknya.

Setelah peristiwa itu terjadi, kepolisian Selandia Baru menangkap empat orang, terdiri dari tiga lelaki dan seorang perempuan. Namun, baru Tarrant yang dijerat dengan dakwaan pembunuhan dan disidangkan.




Credit  cnnindonesia.com



Situs AS Sebut Selandia Baru 'Shithole', Tolak Bantu Investigasi



Situs AS Sebut Selandia Baru \Shithole\, Tolak Bantu Investigasi
Teroris Selandia Baru, Brenton Tarrant, muncul di pengadilan. Foto/Istimewa


WELLINGTON - Polisi Selandia Baru tengah menyelidiki aktifitas tersangka pelaku teror Christchurch di dunia maya. Penyelidik meneliti keterlibatan Brenton Tarrant dalam pembicaraan sayap kanan dan aktivitas internet lainnya sejak serangan di Christchurch pada hari Jumat.

Lewat sebuah email, pihak kepolisian Selandia Baru meminta situs yang berpusat di Amerika Serikat yang memelihara email dan alamat IP yang terhubung ke sejumlah postingan tentang serangan itu. Tetapi permintaan itu disambut dengan jawaban penuh sumpah serapah.

Dalam balasan yang diposting di situs tersebut, pendirinya menggambarkan permintaan itu sebagai "lelucon" sebelum menyebut Selandia Baru sebagai "shithole" dan "negara pulau yang tidak relevan" seperti dikutip dari tvnz.co.nz, Rabu (20/3/2019).

Polisi dalam sebuah pernyataan mengkonfirmasi bahwa mereka telah menghubungi situs tersebut, tetapi tidak mau berkomentar lebih lanjut.

Tarrant memposting "manifesto" setebal 74 halaman secara online dan memberikan sinyal aksi penembakannya di setidaknya satu forum kontroversial yang populer di kalangan kelompok sayap kanan.

Dia juga menyiarkan langsung serangan itu, dengan Facebook mengatakan pihaknya telah menghapus 1,5 juta video dalam 24 jam karena pihak berwenang berusaha menghentikan penyebarannya.


Facebook mengatakan video asli pada layanannya, siaran langsung seorang pria bersenjata yang menembak di dalam dan sekitar masjid, ditonton kurang dari 200 kali.

Sementara salinan videonya yang diarsipkan ditonton sekitar 3.800 sebelum perusahaan itu menghapusnya, kata Facebook dalam sebuah posting blog pada hari Senin

Perdana Menteri Australia Scott Morrison telah menulis kepada dunia internasional meminta mereka untuk menindak perusahaan media sosial yang menyiarkan serangan teroris. 


Forum Internet Global untuk Menangkal Terorisme - sebuah konsorsium perusahaan teknologi global termasuk Facebook, Google dan Twitter - mengatakan mereka berbagi "sidik jari" digital lebih dari 800 versi video yang diedit.

Awal pekan ini, seorang remaja pria berusia 18 tahun dituduh menyiarkan sebuah siaran langsung yang tidak terhubung dengan teror muncul di Pengadilan Distrik Christchurch.

Remaja itu juga dituduh memasang foto salah satu masjid yang jadi sasaran penyerangan dengan pesan "target telah didapatkan." Pihak pengadilan menolak membebaskannya dengan jaminan dan bisa menghadapi hukuman penjara 14 tahun jika terbukti bersalah.



Credit  sindonews.com




Bagaimana Aturan Kepemilikan Senjata Api di Selandia Baru?



Tentara di Kamp Militer Waiouru berlatih dengan senapan MARS-L yang baru.[stuff.co.nz]
Tentara di Kamp Militer Waiouru berlatih dengan senapan MARS-L yang baru.[stuff.co.nz]

CB, Jakarta - PM Jacinda Ardern mengatakan akan mengubah UU Kepemilikan Senjata Api Selandia Baru pasca-penembakan di Christchurch.
"Aku bisa memberitahu Kalian satu hal sekarang: undang-undang senjata kita akan berubah," kata Ardern, dikutip dari Euronews, 20 Maret 2019.
"Ada upaya untuk mengubah undang-undang kami pada 2005, 2012 dan setelah penyelidikan pada 2017. Sekarang saatnya untuk perubahan," tutur Ardern.
Undang-undang senjata api Selandia Baru belum menjadi masalah politik besar akhir-akhir ini dan sebagian besar tetap tidak berubah sejak 1992 ketika kontrol diperketat setelah pembantaian Aramoana 1990, di mana seorang pria menewaskan 13 orang dengan senapan semi-otomatis.


1. Kepemilikan Senjata di Selandia Baru
Senjata api terus menjadi bagian yang rumit dari kehidupan sipil di Selandia Baru karena diperkirakan 1,2 juta senjata api dimiliki oleh sipil, menurut Small Arms Survey pada 2017 terhadap Selandia Baru dengan populasi di bawah 5 juta.
Rasio ini membuat tingkat kepemilikan senjata per kapita Selandia Baru jauh lebih tinggi daripada tetangga mereka, Australia, yang memiliki total 3 juta senjata di suatu negara dengan populasi hampir 20 juta orang.
Angka-angka ini masih jauh di bawah tingkat kepemilikan AS di mana ada lebih dari satu senjata api yang dimiliki setiap warga sipil.
Meskipun senjata berizin yang dimiliki terus meningkat setiap tahun dengan 238.7000 pemilik terdaftar pada tahun 2017 menurut gunpolicy.org, kematian akibat senjata tetap stabil dengan tingkat tahunan sekitar satu kematian per 100.000 orang, jumlah yang masih lebih tinggi dari Italia, Portugal, Spanyol dan Jerman.

2. Memperoleh Lisensi Senjata Api
Semua pemilik senjata harus memperoleh lisensi tetapi kebanyakan senjata individu tidak harus didaftarkan, menjadikan Selandia Baru salah satu dari sedikit negara di dunia yang mengizinkan ini.
Usia legal minimal untuk memiliki senjata api adalah 16 atau 18 tahun untuk senjata semi-otomatis gaya militer (MSSA).
Siapa pun yang berusia lebih dari itu yang dianggap oleh Polisi Selandia Baru "sehat dan layak" dapat memiliki senjata tanpa mendaftar secara khusus.
Pemohon lisensi senjata api masih harus melewati pemeriksaan latar belakang yang mempertimbangkan catatan kriminal, kesehatan mental, medis, kecanduan dan kekerasan dalam rumah tangga.

Setelah disetujui, lisensi dikeluarkan selama 10 tahun, tetapi dapat dicabut kapan saja jika polisi yakin orang tersebut merupakan ancaman untuk memiliki senjata api.
Pengunjung ke Selandia Baru dapat mengajukan izin selama 1 tahun dari luar negeri berdasarkan lisensi yang ada di negara tempat tinggal mereka.
Kemungkinan besar pelamar akan disetujui untuk mendapatkan lisensi. Pada 2017, dari 43.509 orang mengajukan izin senjata api, sebanyak 43.321 izin diberikan.


3. Aturan Membawa Senjata Api

Undang-undang Selandia Baru mengharuskan seseorang memiliki tujuan yang sah dan memadai untuk memegang atau membawa senjata api jenis apa pun.
Namun, tujuan membawa senpi tidak didefinisikan dalam undang-undang dan harus diambil berdasarkan kasus per kasus.
Sementara perburuan dan pengendalian hama biasanya disetujui, namun untuk perlindungan pribadi dan pertahanan diri tidak. Pun ilegal meninggalkan senjata tanpa pengawasan di dalam kendaraan dan peluru senjata api yang dibawa dalam kendaraan harus dikosongkan dari magazin.

4. Ada Celah Hukum
Polisi telah lama prihatin tentang celah dalam kepemilikan senapan semi-otomatis gaya militer (MSSA) di Selandia Baru.
Semi-otomatis gaya militer adalah cara Selandia Baru adalah senjata serbu semi-otomatis.
Karena meski senjata api MSSA didefinisikan oleh hukum, senjata dengan fitur yang sedikit berbeda tetapi fungsi yang hampir sama dapat berada di luar peraturan yang lebih ketat.
Untuk membeli dan menggunakan senapan semacam itu memerlukan pengesahan kategori E dari lisensi senjata api standar, prasyarat menjadi referensi dari klub penembakan atau alasan lain seperti pengendalian hama atau koleksi senjata.
Tetapi menurut polisi ada celah dalam hukum dari kepemilikan senjata jenis ini di tangan pemegang lisensi reguler.
Konfigurasi senjata kategori A berarti senjata api tidak sesuai dengan definisi MSSA seperti hanya memiliki strip plastik cetakan yang terhubung dengan pegangan ke penopang bahu untuk membuatnya berbeda dengan senapan kategori E.
Senapan serbu dapat diubah menjadi MSSA hanya dengan menambahkan magazin berkapasitas lebih besar.
Senjata yang dimiliki tidak terdaftar tidak dapat dihitung secara akurat, tetapi pada tahun 2017, diperkirakan ada 1.500.000 senjata api ilegal dan tidak sah di Selandia Baru, menurut gunpolicy.org.

Senjata api berbagai jenis di Selandia Baru.[stuff.co.nz]


5. Kategori Senjata Api
Dikutip dari New Zealand Herald, menurut undang-undang saat ini, orang dapat memperoleh lisensi senjata kategori A standar setelah pemeriksaan kepribadian, mengikuti tes, dan membuktikan bahwa pistol akan disimpan dengan aman.
Pemilik berlisensi dapat membeli berbagai senjata api semi-otomatis, mulai dari kaliber 0,22 hingga 0,308, dan harganya mulai dari NZ$ 1500 (Rp 14,5 juta) hingga NZ$ 7000 (Rp 68 juta).
Senapan semi-otomatis adalah senjata standar untuk musim menembak bebek, yang dimulai pada bulan Mei.

Orang dengan lisensi senjata yang menginginkan pistol atau senjata otomatis gaya militer harus mendapatkan dukungan dan kategori lisensi yang berbeda. Lisensi kategori B diperlukan untuk pistol dan pemilik harus bergabung dengan klub dan hanya bisa menembakkan pistol di klub.

Lisensi kategori C adalah untuk kolektor, yang dapat memiliki senjata tetapi tidak menembakannya, dan lisensi kategori E diperlukan untuk kepemilikan senapan otomatis gaya militer dengan magazin 30 peluru.
Di Selandia Baru pemegang lisensi senjata api terdaftar, tetapi senjatanya tidak didaftarkan. Sebagian besar negara, selain Selandia Baru, Amerika Serikat dan Kanada, mendaftarkan senjata api pemiliknya.



Credit  tempo.co



PM Selandia Baru Segera Ubah UU Kepemilikan Senjata Api




Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru. Sumber: Channel NewsAsia
Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru. Sumber: Channel NewsAsia

CB, Jakarta - Senin Kemarin, Perdana Menteri Jacinda Ardern berjanji akan mengumumkan perubahan UU Kepemilikan Senjata Api Selandia Baru dalam beberapa hari ke depan, pasca-penembakan di Christchurch.
"Dalam waktu 10 hari ke depan setelah aksi terorisme mengerikan ini, kami akan mengumumkan reformasi peraturan, yang saya yakini, akan membuat masyarakat kita lebih aman," kata Ardern, dikutip dari Public Radio International, 20 Maret 2019.
Menurut UU Senjata Api Selandia Baru saat ini, senjata api kategori A termasuk senjata semi-otomatis namun dibatasi hingga tujuh peluru. Namun, senjata yang dipakai pelaku penembakan masjid adalah senapan dengan magazin peluru kapasitas besar.

Sejauh ini, Ardern tidak memberikan rincian terkait UU senjata api yang baru, meski dia menyatakan mendukung larangan senjata api semi-otomatis.
"Di Selandia Baru, kepemilikan senjata adalah hak legal istimewa, namun bukan hak hukum," tutur Alexander Gillespie, profesor hukum di University of Waikato Selandia Baru.
"Jadi ini berarti perdana menteri bisa bertindak lebih cepat daripada apa yang terjadi, katakanlah, di Amerika Serikat," sambungnya.

Senjata mesin dan shootgun yang digunakan penembakan masjid di Selandia Baru di Christchurch, 15 Maret 2019. Penembakan massal pertama terjadi di masjid Masjid Al Noor di Christchurch. Social Media Website/Handout via REUTERS TV
Namun, ada lobi hukum yang kuat dari para pemburu di Selandia baru dan pendukung kepemilikan senjata api, yang mengatakan masalahnya bukan pada senjata tetapi pemiliknya, kata Gillespie.
Sementara distributor senjata api Whanganui khawatir, reaksi spontan terhadap penembakan di masjid hanya membuat polisi Selandia Baru dan orang jahat yang memiliki senjata api semi-otomatis.

Senjata yang digunakan pelaku penembakan di Christchurch adalah peluru tajam dari senapan serbu AR-15, senapan semi-otomatis yang dapat dimodifikasi untuk 30 butir amunisi dari tujuh peluru, kata Whanganui, distributor senjata api Selandia Baru yang telah menjual senjata selama 30 tahun, mengatakan kepada New Zealand Herald.





Credit  tempo.co

Usai Teror, Warga Selandia Baru Serahkan Senjata ke Polisi


Usai Teror, Warga Selandia Baru Serahkan Senjata ke Polisi
Ilustrasi. (AP Photo/Mark Baker)




Jakarta, CB -- Sejumlah warga Selandia Baru menyerahkan senjata mereka ke kepolisian seiring dengan upaya pemerintah untuk memperketat aturan kepemilikan senjata api setelah teror penembakan di dua masjid di Christchurch menewaskan 50 orang pekan lalu.

Seorang petani dari Masterton, John Hart, adalah salah satu warga yang ikut serta dalam gerakan tersebut. Pada Selasa (19/3), ia menyerahkan senapan semi-otomatisnya kepada kepolisian.

"Di ladang, senjata ini sangat berguna untuk beberapa hal, tapi hal itu tidak menepikan risiko penyalahgunaan. Kami tidak butuh senjata ini di negara ini," kata Hart melalui akun Twitter pribadinya.


Tak hanya Hart, sejumlah warga lain juga dengan penuh kesadaran diri menyerahkan senjata mereka ke kepolisian, termasuk seorang pria yang menyebut dirinya Blackstone di Twitter.

"Ini adalah salah satu keputusan termudah yang pernah saya buat. Sudah punya senjata selama 31 tahun. Saat saya menyadarinya, saya hanya bisa dengan kesadaran penuh menyerahkannya ke kepolisian untuk dihancurkan," tulisnya.

Begitu banyak warga yang menyerahkan senjata, kepolisian sampai-sampai mengimbau warga agar memberi kabar terlebih dulu sebelum datang karena mereka juga harus mempersiapkan keamanan.

"Karena peningkatan keamanan dan situasi belakangan ini, kami mengimbau warga agar menelepon terlebih dulu sebelum menyerahkan senjata," demikian pernyataan kepolisian Selandia Baru sebagaimana dikutip AFP.

Gerakan di Selandia Baru ini menuai cibiran dari sejumlah warganet, terutama yang tinggal di Amerika Serikat, di mana gagasan untuk merevisi aturan kepemilikan senjata ditentang luas.

"Apa maksudnya menyerahkan senjata pribadi kalian? Apakah kalian sadar apa yang terjadi pada masyarakat yang menyerahkan hak memiliki senjata?" tulis seorang warganet, Kaden Heaney.

Melanjutkan pernyataannya, Heaney menulis, "Orang jahat akan mengambil pistol, pisau, bom, atau apa pun yang mereka mau untuk membunuh tak peduli apa yang terjadi pada orang baik. Siapa yang akan melindungi kalian?"


Sementara perdebatan ini bergulir di jagad maya, Perdana Menteri Jacinda Ardern tetap menekankan bahwa jajaran pemerintahannya akan memperketat aturan kepemilikan senjata.

"Sebagai kabinet, kami jelas bersatu dan sangat jelas, serangan teror di Christchurch pada Jumat lalu adalah aksi terorisme terburuk di tanah kami," ucap Ardern.

"Faktanya, ini juga salah satu yang terburuk secara global belakangan ini. Ini menunjukkan serangkaian kekurangan dalam aturan senjata di Selandia Baru."

Perdebatan mengenai aturan ini mencuat setelah pelaku penembakan di Christchurch, Brenton Tarrant, dilaporkan menggunakan senjata semi-otomatis saat melepaskan tembakan membabi buta di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood pekan lalu.



Credit  cnnindonesia.com




Selasa, 19 Maret 2019

Eropa Selidiki Kaitan Sayap Kanan dan Teroris Christchurch


Gambar yang diambil dari video terduga pelaku penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3).
Gambar yang diambil dari video terduga pelaku penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3).
Foto: AP

Tarrant meneceritakan perjalanannya dan pandangannya melalui manifesto.



CB, ISTANBUL -- Pihak berwenang di Eropa bekerja memastikan terdakwa penembakan masjid di Selandia Baru memiliki hubungan dengan kelompok sayap kanan di benua Eropa. Sejak Jumat, para pejabat di Turki, Bulgaria, dan Yunani telah memulai penyelidikan formal terhadap dugaan perjalanan pelaku ke Eropa pada tahun-tahun sebelum ia pindah ke Selandia Baru.

Brenton Harrison Tarrant, warga Australia berusia 28 tahun, tampaknya telah melakukan perjalanan ke seluruh Eropa, Timur Tengah, dan Asia, termasuk ke Turki, Prancis, Pakistan, Bulgaria, Hungaria, dan Korea Utara, seperti dilansir di The Guardian, Selasa (19/3).

Manifesto yang diterbitkan online pada menit sebelum dugaan serangan Tarrant terhadap dua masjid di Christchurch mengklaim saat bepergian melalui Eropa barat pada 2017 pandangannya tentang imigrasi berubah secara dramatis. Tarrant menulis saat melakukan perjalanan melalui Prancis, Portugal, dan Spanyol dia merasa ngeri dengan pembunuhan Ebba Ã…kerlund, seorang gadis berusia 11 tahun. Gadis tersebut tewas ketika seorang pria Uzbek, Rakhmat Akilov, melajukan truknya ke sekelompok pejalan kaki di Stockholm pada April 2017.

Dua dari senapan yang digunakan dalam penembakan Christchurch memiliki referensi ke Ã…kerlund yang tertulis di sana, di antara pesan-pesan lainnya. Manifes itu juga merujuk pemilihan Prancis 2017, mengatakan ia putus asa pada kekalahan pemimpin Front Nasional sayap kanan, Marine Le Pen.

Manifes itu memberi kesan sangat sedih tentang imigrasi di Prancis. Dia menulis dia merasa marah dan putus asa bahwa orang-orang Prancis sering menjadi minoritas sendiri. Tarrant tidak berada di radar badan-badan intelijen di Australia atau Selandia Baru, para ahli percaya kemungkinan ia telah dipengaruhi gerakan identitas sayap kanan.

Dibentuk di Prancis pada 2016, gerakan ini menampilkan kiasan umum tentang apa yang diklaim penganutnya sebagai pengganti budaya Eropa dengan yang bukan Eropa, banyak di antaranya digemakan dalam dokumen tersebut, berjudul "Penggantian Agung".

Ahli kontra-terorisme Greg Barton, dari Deakin University di Melbourne, mengatakan tampaknya Tarrant berbagi sejumlah gagasan dengan gerakan itu. "Ini hanya spekulasi saja, tetapi akan masuk akal dalam konteks itu ia telah mengambil ide-ide tersebut saat bepergian di Eropa pada waktu itu," katanya kepada Guardian.

Manifesto itu juga menyatakan keprihatinan terhadap lingkungan, sesuatu yang dikatakan Barton adalah prinsip "gerakan dominion", sebuah kelompok yang ia gambarkan sebagai manifestasi Selandia Baru dari identitas Eropa. Gerakan itu menutup situsnya setelah penembakan Jumat, dan mengeluarkan pernyataan yang mengatakan dengan tegas mengutuk peristiwa di Christchurch.

"Baik gerakan kami maupun anggotanya tidak pernah memiliki komunikasi atau hubungan dengan pelaku," kata kelompok itu dalam sebuah catatan di halaman tertutup. Situsnya sebelumnya menyatakan Eropa adalah orang-orang yang menentukan bangsa ini.


Pejabat Yunani mengatakan Tarrant telah mengunjungi Yunani secara singkat pada 2016. Sebuah pernyataan dari kementerian perlindungan warga mengatakan ia terbang dari kota Istanbul Turki pada 20 Maret dan tinggal beberapa hari di pulau Kreta dan Santorini.

Tarrant juga memiliki dua pemberhentian di bandara Yunani pada November dan Desember tahun itu. Seorang sumber kepolisian Yunani mengatakan penyelidikan atas pergerakan Tarrant masih berlanjut.

Dia juga melakukan dua perjalanan ke Turki pada 2016 untuk total 43 hari. Dia mengunjungi negara itu dari 17-20 Maret dan tiba kembali pada 13 September sebelum pergi pada 25 Oktober. Pejabat Turki yang mengatakan pihak berwenang saat ini sedang menyelidiki gerakan dan kontak teroris itu di dalam negara.

Manifes itu memuat banyak referensi eksplisit ke kekaisaran Ottoman, Turki dan presidennya, Recep Tayyip ErdoÄŸan, yang menyatakan umat Islam harus diusir dari bagian Turki yang terletak di barat dari pembagian benua antara Eropa dan Asia.

Menurut kepala jaksa Bulgaria, Sotir Tsatsarov, Tarrant mengunjungi Bulgariafrom 9-15 November tahun lalu, mengklaim ia ingin mengunjungi situs bersejarah dan mempelajari sejarah negara Balkan. Tsatarov mengatakan negara itu akan menyelidiki apakah alasan ini benar atau jika ia memiliki tujuan lain.

Penyelidik mengatakan Tarrant tiba di Sofia dari Dubai pada 9 November dan menyewa mobil pada hari berikutnya untuk mengunjungi situs bersejarah di 10 lokasi. "Dia berangkat pada 15 November dengan penerbangan menuju ibukota Romania, Bucharest, di mana dia menyewa mobil untuk bepergian ke Hungaria," kata Tsatsarov.

Warga Australia ini juga melakukan perjalanan dengan bus melintasi Serbia, Kroasia, Montenegro, dan Bosnia-Herzegovina dari 28-30 Desember 2016. Dalam siaran langsung serangan pada Jumat, sebuah lagu nasionalis Serbia dapat terdengar diputar melalui pelantang suara mobilnya.

Menurut laporan radio, Tarrant juga mengunjungi Spanyol tahun lalu. Jaringan Cadena Ser mengatakan dia menghabiskan satu malam di sebuah hotel di selatan kota Jerez pada Februari 2018.



Credit  republika.co.id



Teroris Christchurch Diduga Dapat Bantuan dari Sebuah Organisasi



Teroris Christchurch Diduga Dapat Bantuan dari Sebuah Organisasi
Intelijen Turki menduga teroris Selandia Baru, Brenton Tarrant, mendapat bantuan dan dukungan dari sebuah organisasi. Foto/Istimewa


ANKARA - Badan intelijen Turki dilaporkan tengah melakukan menyelidiki perjalanan yang dilakukan oleh teroris Christchurch. Mereka menduga, pelaku yang merupakan warga negara Australia telah dibantu dan didukung oleh organisasi dengan "sumber daya yang baik."

Brenton Tarrant (28) diketahui masuk ke Turki dua kali pada 2016, masing-masing selama seminggu pada bulan Maret dan lebih dari sebulan di bulan September.

Selama delapan tahun terakhir ia telah melakukan perjalanan beberapa kali ke Eropa, serta negara-negara lain seperti Pakistan dan Korea Utara (Korut).

Pihak berwenang Turki telah mulai menyelidiki segala sesuatu dari catatan hotel hingga rekaman kamera untuk mencoba memastikan alasan kunjungannya.

Politisi senior dari Turki telah bertemu dengan perwakilan pemerintah Selandia Baru dan diperkirakan akan menghabiskan beberapa hari ke depan di Christchurch.

Pejabat polisi dan intelijen mengatakan tingkat pengetahuannya, dan pilihan tujuan, tidak biasa bagi seseorang dengan latar belakang dan pendidikannya.

Tarrant diketahui tidak mendaftarkan dirinya ke perguruan tinggi. Ia mendapatkan pekerjaan di gym lokal ketika meninggalkan sekolah di kota baru Grafton, Wales Selatan.


Toygun Atilla, yang merupakan koresponden terorisme dan keamanan untuk surat kabar utama Turki, Hurriyet, mengatakan kepada kantor berita Australia, ABC, bahwa minat Tarrant pada Kekaisaran Ottoman, yang menguasai sebagian besar Eropa Tenggara, Asia Barat dan Afrika Utara antara abad ke-14 dan awal ke-20 dan kejatuhannya, telah menimbulkan kecurigaan.

"Profil biasa semacam itu, yang tidak berpendidikan sangat baik, dan tidak kaya, orang ini tidak dapat melakukan tindakan kekerasan seperti itu sendiri," urainya. 


"Intelejen Turki berpikir ada organisasi dengan sumber daya yang baik di belakang ini," imbuhnya seperti dikutip dari Radionz.co.nz, Selasa (19/3/2019).

Polisi di Yunani dan Balkan juga menyelidiki informasi tentang perjalanan Tarrant melalui wilayah antara 2016 dan 2018.

Badan intelijen Inggris, MI5, juga sedang menyelidiki potensi hubungan antara Tarrant dan kelompok-kelompok ekstrimis domestik negara itu.

The Sunday Times melaporkan bahwa MI5 - yang mengendalikan kontra intelijen dan keamanan Inggris - telah memimpin penyelidikan.


Credit  sindonews.com



Erdogan: serangan teror di Selandia Baru diatur

Erdogan: serangan teror di Selandia Baru diatur

Rangkaian bunga dan kartu diletakkan di tempat peringatan sebagai penghormatan bagi korban serangan masjid, dekat garis polisi di depan Masjid Al Noor di Christchurch, Selandia Baru, Minggu (17/3/2019). ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva/djo





Canakkale, Turki (CB) - Serangan teroris pekan lalu di Selandia Baru, yang menewaskan tak kurang dari 50 orang yang sedang Shalat Jumat "bukan perbuatan per-orangan tapi diatur", kata presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin.

"Kami sekali lagi berbicara dari Canakkale setelah 104 tahun, dan mengatakan kami telah menerima pesanmu," kata Erdogan selama upacara peringatan ke-104 Pertempuran Canakkale, untuk memperingati mereka yang gugur dalam kemenangan bersejarah Turki.

"Kami juga mengerti teroris macam apa itu yang menyampaikan ancaman 'Kalian takkan pergi dari sisi Anatoli ke sisi Eropa," kata Erdogan, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam. Ia merujuk kepada pengejawantahan Islamfobia yang disiarkan daring oleh tersangkat teroris dalam serangan tersebut, "Ini bukan perbuatan per orangan, tapi sudah diatur."

Di dalam percakapan telepon, Erdogan juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dalam serangan teroris itu.

"Kami berharap Pemerintah Selandia Baru akan memperlakukan ini secara sungguh-sungguh," katanya.

"Ini tak boleh diremehkan, seperti yang dilakukan negara-negara Barat," tambah Erdogan.

Sedikitnya 50 orang meninggal ketika seorang teroris melepaskan tembakan ke arah orang yang sedang Shalat Jumat pekan lalu di Masjid An-Nur dan Linwood di Christchurch, Selandia Baru.

Sejumlah orang yang sama cedera, dan beberapa orang dilaporkan masih berada dalam kondisi kritis.





Credit  antaranews.com




Senin, 18 Maret 2019

RI Panggil Dubes Australia Kecam Komentar Senator soal Muslim


RI Panggil Dubes Australia Kecam Komentar Senator soal Muslim
Menlu Retno Marsudi memanggil Dubes Australia, menyampaikan kecaman atas pernyataan senator yang menuduh imigran Muslim sebagai penyebab teror di Selandia Baru. (CNNIndonesia/Natalia Santi)




Jakarta, CB -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memanggil Duta Besar Australia di Jakarta, Gary Quinlan, untuk menyampaikan kecaman terhadap pernyataan salah satu senator Negeri Kanguru, Fraser Anning, yang menuduh imigran Muslim sebagai penyebab teror di masjid Selandia Baru.

Juru bicara Kemlu RI, Arrmanatha Nasir, menuturkan Retno memanggil Gary ke kantornya pada Senin (18/3) pagi.

"Ibu Menlu telah memanggil dubes Australia untuk Indonesia pagi ini. Dalam pertemuan tersebut, Menlu mengecam keras pernyataan Senator Australia Fraser Anning. Pernyataan tersebut menunjukkan ketidakpahaman mengenai Islam," ucap Arrmanatha dalam jumpa pers di Kemlu RI.


Arrmanatha menyebut pandangan Anning terhadap Islam "sangat picik." Menurutnya, menghubungkan Islam atau agama apa pun dengan kekerasan seperti terorisme adalah suatu pandangan yang salah.


"Pemikiran yang disampaikan senator Australia tersebut tidak pantas mendapat tempat di dunia modern seperti ini, baik di Australia, Indonesia, atau tempat manapun," kata Arrmanatha.

Arrmanatha juga tak menutup kemungkinan pemerintah melarang senator dari negara bagian Queensland itu masuk ke Indonesia.

Dia menyebut memberikan izin masuk warga negara asing, termasuk Anning, ke Indonesia sepenuhnya "merupakan hak pemerintah."

"Sampai saat ini tidak ada rencana untuk yang bersangkutan untuk pergi ke Indonesia. Apabila ada rencana, adalah hak pemerintah untuk tidak berikan izin masuk bagi yang bersangkutan," ucap Arrmanatha.


Dalam pernyataannya pada Jumat (15/3), Anning mengatakan penyebab penembakan massal yang terjadi di dua masjid di pusat Kota Christchurch bukan aturan kepemilikan senjata yang lemah.

Dia menganggap program imigrasi yang yang mengizinkan kaum-kaum imigran Muslim fanatik tinggal di Selandia Baru menjadi penyebab utama teror terjadi. Dalam pernyataannya, Anning bahkan menyebut Islam sama dengan fasisme.

"Mari kita perjelas, ketika umat Muslim menjadi korban dalam kekerasan hari ini, biasanya mereka lah yang menjadi pelaku. Secara global, kaum Muslim banyak membunuh orang dengan mengatasnamakan agama," kata Anning. 




Credit  cnnindonesia.com




Usai Teror, Kabinet Selandia Baru Sepakat Perketat UU Senjata


Usai Teror, Kabinet Selandia Baru Sepakat Perketat UU Senjata
PM Selandia Baru, Jacinda Ardern, memastikan kabinetnya sepakat memperketat aturan mengenai kepemilikan senjata pada Senin (18/3), tiga hari setelah teror penembakan di dua masjid di Christchurch. (Reuters/Ross Setford)




Jakarta, CB -- Kabinet pemerintahan Selandia Baru sepakat memperketat aturan mengenai kepemilikan senjata pada Senin (18/3), tiga hari setelah teror penembakan di dua masjid di Christchurch.

"Kami sudah mencapai kesepakatan sebagai kabinet, kami bersatu," ujar Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, setelah menggelar rapat kabinet, sebagaimana dikutip AFP.

Ardern kemudian mengatakan bahwa kabinetnya akan menggodok revisi aturan tersebut dan bakal mengumumkan rinciannya sebelum rapat kabinet Senin pekan depan.


"Ini berarti dalam waktu 10 hari setelah aksi terorisme mengerikan, kami akan mengumumkan revisi yang akan, saya yakin, membuat komunitas kami lebih aman," tutur Ardern seperti dilansir Reuters.


AFP
melaporkan bahwa Selandia Baru sudah pernah memperketat undang-undang kepemilikan senjata pada 1992 lalu, dua tahun setelah seorang pria yang memiliki masalah kejiwaan menembak mati 13 orang di Kota Aramoana.

Aturan itu membatasi akses pembelian senapan semi-otomatis. Namun, undang-undang tersebut masih dianggap lemah,

Berdasarkan undang-undang tersebut, warga berusia di atas 16 tahun bisa mengajukan izin kepemilikan senjata api.

Izin tersebut berlaku selama 10 tahun setelah mereka menyelesaikan ujian keselamatan dan pemeriksaan latar belakang oleh kepolisian.

Namun, kepolisian Selandia Baru tahun lalu menyatakan bahwa undang-undang tersebut tak mengatur registrasi sebagian besar senjata.

Hingga kini, kepolisian Selandia baru bahkan tak mengetahui jumlah senjata api yang dimiliki secara legal maupun ilegal.

Menurut perkiraan kepolisian pada 2014 lalu, ada 1,2 juta senjata api legal yang dimiliki warga sipil. Dengan demikian, 1 dari 4 orang di Selandia Baru memiliki senjata.

Ardern mencatat sejumlah kegagalan pemerintah sebelumnya untuk merevisi undang-undang ini. Ia pun memastikan bahwa pemerintahannya akan mempertimbangkan kembali larangan kepemilikan senjata semi-otomatis.

Agenda revisi aturan senjata ini kembali mencuat setelah pelaku penembakan di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood pada Jumat lalu diketahui menggunakan senjata semi-otomatis gaya militer.

Sang pelaku melepaskan tembakan secara membabi buta hingga menewaskan setidaknya 50 orang dan melukai 50 lainnya.




Credit  cnnindonesia.com




Australia Geledah Rumah terkait Pelaku Teror Christchurch


Australia Geledah Rumah terkait Pelaku Teror Christchurch
Ilustrasi penyelidikan teror Christchurch. (AP Photo/Mark Baker)




Jakarta, CB -- Pasukan pemberantas terorisme Australia menggeledah dua rumah yang diduga berhubungan dengan Brenton Tarrant, pelaku penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Senin (18/3).

Rumah tersebut masing-masing terletak di Kota Sandy Beach dan Lawrence, New South Wales. Kedua rumah itu berjarak tak jauh dari kota kelahiran Tarrant di Grafton.

"Tujuan utama penggeledahan itu adalah untuk secara formal mencari sejumlah materi yang mungkin dapat membantu penyelidikan yang tengah dilakukan kepolisian Selandia Baru," bunyi pernyataan otoritas Australia seperti dikutip AFP.


Canberra menyatakan keluarga Tarrant "terus membantu kepolisian dalam penyelidikan." Otoritas Australia menganggap hingga kini keluarga Tarrant tak menimbulkan ancaman bagi warga sekitar.


Selandia Baru telah mendakwa Tarrant atas penembakan di dua masjid di pusat Kota Christchurch pada Jumat pekan lalu. Insiden itu menewaskan 50 orang dan melukai 50 lainnya.

Tarrant mengakui dirinya sendiri sebagai penganut supremasi kulit putih. Dia menyiarkan aksi penembakannya secara langsung di Facebook.

Tarrant juga sempat mengunggah sejumlah pernyataan rasis dan manifesto di akun Twitter pribadinya sebelum beraksi. 


Dia merupakan warga Australia yang diketahui tumbuh besar di Grafton. Tarrant kerap berpergian ke luar negeri selama satu dekade terakhir dan menetap di Dunedin, Selandia Baru, dalam beberapa tahun belakangan.

Menteri Dalam Negeri Australia, Peter Dutton, menjelaskan Tarrant hanya menghabiskan waktu 45 hari di Negeri Kanguru selama tiga tahun terakhir.

Dutton juga menuturkan Tarrant tidak masuk dalam daftar teroris aparat keamanan Australia. Ia membantah dugaan Australia mengabaikan ancaman teror yang berasal dari kaum ekstremis sayap kanan seperti Tarrant.

Dia menuturkan Organisasi Keamanan Intelijen Australia (ASIO) terus memantau aktivitas kelompok-kelompok ekstrem kanan.

"Kelompok-kelompok ekstremis ini, neo-nazi, supremasi kulit putih, kelompok ekstrem kanan-atau istilah apa pun yang ingin Anda terapkan-mereka sudah berada dalam radar ASIO," ucap Dutton.




Credit  cnnindonesia.com



Sejarah Pembunuhan Massal di Selandia Baru


Pekerja menggali liang lahat di pemakaman Muslim bagi korban penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Ahad (17/3).
Pekerja menggali liang lahat di pemakaman Muslim bagi korban penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Ahad (17/3).
Foto: AP Photo/Mark Baker

Penembakan masjid Christchurch masuk 10 penembakan massal terburuk di dunia.




CB, WELLINGTON -- Seluruh dunia melihat Selandia Baru sebagai salah satu negara paling aman. Tapi sebenarnya negara itu juga memiliki sejarah panjang pembunuhan massal. Penembakan di dua masjid di Christchurch menjadi pembunuhan massal terburuk sepanjang sejarah Selandia Baru.

Dengan korban tewas yang mencapai 50 orang, penembakan ini masuk 10 penembakan massal terburuk di dunia. Pada 1943, sebanyak 48 tawanan perang dari Jepang ditembak dan dibunuh dalam kerusuhan di penjara tawanan perang di Featherston. Seorang prajurit Selandia Baru juga tewas dalam kejadiaan tersebut.

Perdana Menteri Jacinda Ardern menyebut penembakan Christchurch menjadi hari tergelap dalam sejarah Selandia Baru. Tapi, penembakan ini bukan satu-satunya penembakan massal yang pernah terjadi di negara itu.

Dilansir di Radio NZ, Ahad (17/3), pada 1990 David Gray menembaki orang di jalan Aramoana di dekat Dunedin. Ia membunuh 13 orang sebelum ditembak mati polisi keesokan harinya. Gray tewas dalam perjalanan menuju rumah sakit. Menurut The Atlantic, penembakan massal kembali terjadi pada 1997 dimana enam orang tewas dan empat lainnya terluka di Raurimu, North Island.

Pada 1941, Stanley Graham melepaskan tembakan di Hokitika. Ia menembak mati empat polisi dan tiga orang lainnya. Penembakan itu dipicu pertengkaran dengan tetangganya yang ia yakini membunuh hewan ternaknya. Graham akhirnya ditembak mati polisi dalam pemburuan besar-besaran.


photo
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, bertemu dengan anggota komunitas Muslim setelah penembakan massal di dua masjid Christchurch, Selandia Baru, 16 Maret 2019.


Pada 1992, ada dua pembunuhan massal yang terjadi di Selandia Baru. Dua peristiwa itu terjadi hanya berselang beberapa pekan.

Kejadian pertama terjadi pada Mei ketika petani Auckland Brian Schlaepfer membunuh istrinya dalam sebuah pertengkaran. Lalu, sebelum bunuh diri, Schlaepfer membunuh lima anggota keluarga lainnya, yakni tiga orang putra, satu orang menantu dan satu cucu laki-laki. Pada Juni di tahun yang sama Raymod Ratima memukul dan menusuk tujuh anggota keluarganya sampai tewas.


Di Selandia Baru, kekerasan dengan senjata sangat jarang terjadi. Tingkat pembunuhan tahunan dengan senjata juga tidak pernah mencapai digit ganda.

Dalam skala global, World Atlas memasukkan penembakan Christchurch ke posisi delapan penembakan massal terburuk dalam sejarah. Tragedi ini setara dengan pembantaian di Pulse Nightclub, Florida, Amerika Serikat pada 2016 yang jumlah korban tewasnya 49 orang.


photo

Muslim Turki mengadakan shalat gaib selama demonstrasi mengutuk penembakan massal di Christchurch, Selandia Baru, di Ankara, Turki, 16 Maret 2019.

Penembakan massal terburuk terjadi di Peshawar, Pakistan di mana ada sebanyak 149 orang tewas. Enam orang pelaku penembakan tersebut anggota kelompok yang berafilasi dengan Taliban.

Hal itu disusul penembakan di Garissa University College di Kenya yang total jumlah korban tewasnya sebanyak 148 orang. Al-Shabaab, kelompok yang berafilasi dengan Alqaidah mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.





Credit  republika.co.id



PM Morrison Bela Will Connolly, Minta Senator Australia Dituntut



Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. Sumber: Tracey Nearmy/Getty Images/aljazeera.com
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. Sumber: Tracey Nearmy/Getty Images/aljazeera.com

CB, Jakarta - Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan, Senator Australia Fraser Anning harus dituntut karena memukul Will Connolly yang memecahkan telur ke kepalanya.
Morrison sebelumnya mengecam dan menyebut pernyataan Fraser Anning menjijikkan. Anning menyatakan aksi teror penembakan di Selandia Baru dipicu gelombang imigran Muslim yang meningkat, sehingga menyebabkan kecemasan di Australia dan Selandia Baru.

Dikutip dari Perth Now, 17 Maret 2019, Fraser Anning terbang ke Melbourne untuk menghadiri kampanye sayap kanan. Ketika Anning sedang diwawancara, bocah 17 tahun bernama Will Connolly terlihat berdiri di belakangnya. Tiba-tiba Connolly menimpuk telur ke belakang kepala Anning.

Foto yang diambil dari video memperlihatkan seorang pemuda melempar telur ke kepala Senator Queensland, Fraser Anning, di Melbourne, Australia, Sabtu 16 Maret 2019. Aksi pemuda tersebut sebagai wujud ketidakpuasan pernyataan Anning yang menyalahkan umat Muslim atas terjadinya penembakan di masjid Selandia baru. Foto/video instagram
Dari rekaman video, Anning membalas dengan memukul Connolly dua kali, sebelum penasihatnya memisahkan Anning.
Para pendukung Anning, termasuk terpidana kriminal Neil Erikson, mencengkram leher Connolly dan menjatuhkannya ke lantai. Dia mencekik Connolly sampai polisi tiba.
Aksinya viral di media sosial. Netizen memanggilnya si Bocah Telur. Connolly yang sempat ditahan polisi tak lama kemudian dibebaskan tanpa tuntutan apapun.

Will Connolly yang dijuluki Eggboy setelah menimpuk kepala senator Australia Fraser Anning yang menyalahkan Muslim dalam serangan teroris di Selandia Baru.[Daily Mail]





Pada Minggu pagi, muncul video Will Connolly yang mengatakan jangan macam-macam dengan politisi, namun dia tidak menyesal melakukan itu.
"Jangan menimpuk telur ke politisi, atau kalian diserang oleh 30 bogan di waktu bersamaan, saya sudah mencobanya," kata Will. Bogan adalah kata slang Australia untuk menyindir sampah masyarakat.

Pada Ahad, PM Scott Morrison mengatakan Anning harus dihukum karena menyerang remaja."Saya pikir langkah hukum harus diajukan atas Senator Anning," kata Morrison.
Sementara pengacara terkenal Adam Houda menawarkan bantuan hukum kepada Will Connolly jika ia mau mengajukan kasus pemukulan yang dilakukan Senator Australia Fraser Anning.




Credit  tempo.co



Oposisi Inggris Gelar Aksi Solidaritas Serangan Teroris Selandia Baru




Oposisi Inggris Gelar Aksi Solidaritas Serangan Teroris Selandia Baru
Pemimpin Oposisi Inggris, Jeremy Corbyn bersama dengan pendukungnya serta komunitas keagamaan di London, menggelar aksi solidaritas pada korban serangan teroris di Selandia Baru. Foto/Istimewa


LONDON - Pemimpin Partai Buruh Inggris, Jeremy Corbyn bersama dengan pendukungnya serta komunitas keagamaan di London, menggelar aksi solidaritas, sekaligus doa bersama untuk mengenag para korban serangan teroris di Selandia Baru.

Dalam pidatonya, Corbyn menyerukan diakhirinya Islamofobia global dan mengirim pesan belasungkawa, persatuan dan solidaritas kepada keluarga para korban yang terbunuh di kota Christchurch.

“Teman-teman, saya ingin mengucapkan terima kasih karena berada di sini, karena peristiwa mengerikan yang terjadi di Selandia Baru ini. Tetapi ini juga merupakan demonstrasi komunitas lokal kita di Finsbury Park. Kita berkulit hitam, kita berkulit putih, kita Muslim, kita Kristen, kita Hindu, kita dari semua penjuru dunia dan kita dari semua agama," kata Corbyn.

“Dan ketika salah satu dari kita diserang, kita semua diserang. Ketika salah satu bangunan kita diserang, kita semua diserang dan hari ini kita berdiri dalam simpati dan solidaritas terdalam dengan orang-orang di Christchurch," sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (17/3).

Dia menyebut serangan di Christchurch adalah serangan Islamofobia terhadap orang-orang yang secara damai menjalankan hak mereka untuk beribadah, hak mereka untuk berkumpul.

Corbyn membuat perbandingan antara serangan tChristchurch dan serangan yang terjadi di wilayahnya pada musim panas 2017, di mana Makram Ali terbunuh ketika seorang ekstremis kanan mengemudikan mobilnya ke kerumunan umat Muslim.

Dirinya kemudian meminta seluruh komunitas di Inggris dan di seluruh dunia untuk bersatu melawan prasangka, ketakutan, dan kefanatikan. "Responsnya harus untuk saling merangkul satu sama lain dengan lebih erat daripada sebelumnya dan untuk menunjukkan kekuatan komunitas kita yang akan datang bersama," ucapnya.

Corbyn menambahkan dengan menyatakan sebagian masyarakat yang mengkambinghitamkan minoritas menciptakan pesan dan suasana kebencian dan rasisme dan mereka tidak berkontribusi apa pun kepada masyarakat selain perpecahan dan ketakutan. 



Credit  sindonews.com



Gedung Putih menolak pujian atas Trump oleh penembak Selandia Baru


Gedung Putih menolak pujian atas Trump oleh penembak Selandia Baru

Seorang perempuan membawa sebuah lilin saat malam renungan untuk para korban penembakan mesjid di Selandia Baru, di luar balai kota di Toronto, Ontario, Kanada, Jumat (15/3/2019). (REUTERS/CHRIS HELGREN)




Washington (CB) - Gedung Putih menepis pada Ahad usaha untuk mengaitkan Presiden Donald Trump dengan tertuduh penembak yang membunuh 50 orang di dua masjid di Selandia Barau, dengan menyatakan aksi tersebut dilakukan oleh seorang individu yang tak dapat ditimpakan pada seorang politikus.

"Presiden bukan seorang penganut supremasi kulit putih. Saya tak tahu sudah berapa kali kami katakan itu," kata Mick Mulvaney, penjabat kepala staf Gedung Putih di "Fox News" pada Ahad.

Trump pada Jumat mengutuk "pembunuhan massal keji itu" di masjid-masjid tersebut dan Gedung Putih menyebut penembakan tersebut "tindakan kebencian yang ganas."

Ketika ditanya oleh seorang wartawan pada Jumat apakah dia melihat nasionalisme ras kulit putih sebagai ancaman yang meningkat di seluruh dunia, Trump mengatakan,"Saya sungguh (tidak tahu). Saya pikir hanya sekelompok kecil orang."

Manifesto tertuduh penembak itu memuji presiden AS tersebut sebagai "simbol identitas kulit putih yang diperbarui dan maksud sama," kendati ia tidak mendukung kebijakan-kebijakannya. Pengaitan itu menimbulkan kritik bahwa Trump tak cukup kuat mengutuk ujaran kebencian dan menggerakkan sentimen anti-Muslim.

"Saya kira tidak adil menyebut orang ini sebagai pendukung Donald Trump," kata Mulvaney. "Lebih dari itu adalah dengan melihat bagian-bagian eko-terorisnya dalam manifesto tersebut dan menyelaraskannya dengan (Ketua DPR dari Demokrat) Nancy Pelosi atau Ocasio-Cortez, anggota Kongres dari Democrat."

"Ini adalah individu yang terganggu, orang jahat," katanya.

Trump mendapat kecaman kuat selama beberapa hari setelah pawai mematikan yang diadakan kelompok kulit putih di Charlottesville, Virginia, tahun 2017 ketika ia menyamakan supremasi kulit putih dengan pengunjuk rasa tandingan dan mengatakan "kedua pihak harus dipersalahkan".







Credit  antaranews.com




Lindungi Anaknya, Zulfirman Pasang Badan Ditembaki Teroris Christchurch




Lindungi Anaknya, Zulfirman Pasang Badan Ditembaki Teroris Christchurch
Pria Indonesia, Zulfirman Syah, tergeletak di tanah usai ditembaki teroris Brenton Tarrant di Selandia Baru. Putra kecilnya, Averroes, mendekati tubuhnya yang tak berdaya. Foto/Mail Online


CHRISTCHURCH - Zulfirman Syah membuktikan diri sebagai ayah sejati dengan melindungi putra kecilnya dari berondongan peluru teroris di Christchurch, Selandia Baru. Warga negara Indonesia (WNI) itu pasang badan untuk ditembaki sang teroris Brenton Tarrant di Masjid Linwood, Jumat pekan lalu.

Putra Zulfirman Syah baru berusia dua tahun. Anak kecil bernama Averroes itu selamat berkat aksi heroik sang ayah.

Sebanyak 50 orang tewas akibat penembakan brutal Tarrant. Puluhan korban tewas gabungan dari jumlah korban di Masjid Linwood, Masjid Al-Noor dan rumah sakit.

Insting Zulfirman sebagai seorang ayah sangat tajam, di mana dia dengan cepat pasang badan untuk waktu yang cukup lama ketika teroris asal Australia itu mengumbar banyak tembakan. Zulfirman bertahan cukup lama sampai Tarrant pergi.

Rekaman yang diambil setelah penyerangan menunjukkan para korban kekejaman, termasuk Averroes yang memanjat tubuh ayahnya yang terbaring di tanah.

Averroes terkena pecahan pelucu bagian kaki dan pantat. Bocah cilik itu menderita luka ringan. Sebaliknya, sang ayah harus menjalani operasi darurat.

Istri Zulfirman, Alta Marie, menceritakan kepada New Zealand Herald tentang aksi heroik suaminya. "Suami saya melindungi putra kami selama serangan di Linwood Islamic Centre, yang membuatnya menerima sebagian besar peluru dan luka yang jauh lebih kompleks daripada putra kami," katanya.

"Dia pulih dengan baik dan ceria," lanjut Alta, yang juga dilansir The Sunday Times, Senin (18/3/2019).

Dalam pembantaian itu, Tarrant menggunakan sejumlah senjata semi-otomatis. 

Alta, yang merupakan seorang guru bahasa Inggris, sedang memasak di dapurnya di rumah baru mereka ketika dia menerima telepon dari suaminya. Ketika dia menerima panggilan kedua dari sang suami, beberapa menit kemudian menjadi jelas bahwa ada serangan di masjid.

Alta juga menceritakan kejadian itu di Facebook. "(Zulfirman) Syah dikatakan telah ditembak di banyak tempat di tubuhnya," tulis dia.

“Dia dalam kondisi stabil setelah operasi eksplorasi dan rekonstruktif ekstensif yang dia jalani sebelumnya hari ini (Sabtu)," lanjut Alta.

"Sementara dia masih di unit perawatan intensif pada tahap ini, dia akan dipindahkan ke bangsal umum kapan pun dianggap tepat, kemungkinan di hari berikutnya atau lebih," paparnya.

"Sementara jalan menuju pemulihan akan lama, kondisinya baru membaik sejak dia tiba di rumah sakit kemarin," imbuh Alta. "Sore ini (Minggu) dia mendapat kunjungan dari duta besar Indonesia, yang membangkitkan semangatnya."

Keluarga Zulfirman Syah yang berasal dari Indonesia sudah berada di Selandia Baru.

Pada halaman penggalangan dana gratis yang dibuat oleh seorang teman, Zulfirman digambarkan sebagai seniman pekerja keras yang berbakat.

Teman korban menulis; "Keluarga merasa damai di Selandia Baru...mari kita bantu pulihkan perdamaian mereka dan menangkal tindakan kekerasan yang mengerikan ini."



Credit  sindonews.com


Dunia Dukung Will Connolly, Penimpuk Telur ke Senator Australia



Foto yang diambil dari video memperlihatkan seorang pemuda melempar telur ke kepala Senator Queensland, Fraser Anning, di Melbourne, Australia, Sabtu 16 Maret 2019. Aksi pemuda tersebut sebagai wujud ketidakpuasan pernyataan Anning yang menyalahkan umat Muslim atas terjadinya penembakan di masjid Selandia baru. Foto/video instagram
Foto yang diambil dari video memperlihatkan seorang pemuda melempar telur ke kepala Senator Queensland, Fraser Anning, di Melbourne, Australia, Sabtu 16 Maret 2019. Aksi pemuda tersebut sebagai wujud ketidakpuasan pernyataan Anning yang menyalahkan umat Muslim atas terjadinya penembakan di masjid Selandia baru. Foto/video instagram

CB, Jakarta - Will Connolly, remaja yang menimpuk telur ke kepala senator Australia, Fraser Anning yang menyalahkan muslim dalam serangan teroris di Selandia Baru, mendapat dukungan dari berbagai belahan dunia melalui media sosial.
Connolly dijuluki pahlawan oleh para netizen karena keberaniannya menyatakan ketidaksetujuannya pada pernyataan senator Australi itu saat diwawancarai sejumlah wartawan di Melbourne.


Sejumlah meme dan kartun Connolly pun menghiasai media sosial. Ia pun diberi nama Eggboy.
"Pahlawan itu bernama #WillConnolly yang menimpuk telur ke senator Australia Fraser Anning karena dia menyalahkan imigransi Muslim atas serangan terori di Christchurh. Will Connolly anda legenda. PS: Dia 17 tahun #NewZealandMosqueAttack," tulis Abdi Nour HG di akun Twitter.
"Well done big boy #eggboy #WillConnolly," Mahmoud samer memuji remaja itu di akun Twitternya.
Tak hanya pujian, orang-orang memberikan dukungan kepada Connolly dengan mengumpulkan uang melalui GoFundMe yang sudah mencapai US$ 13,500.


Meme Will Connolly dibuat oleh netizen yang mendukung dan memujinya setelah remaja ini menimpuk telur ke kepala senator Australia, Frazer Anning yang menyalahkan Muslim dalam serangan teror mematikan di Selandia Baru.


Uang sebanyak itu, mengutip Reuters, untuk membiayai biaya hukum yang akan dihadapi remaja ini dan juga membeli lebih banyak telur.
Menyadari ancaman hukuman yang akan dihadapi Connolly, pengacara kriminal terkemuka, Adam Houda, melalui akun Twitternya mengatakan kesiapannya untuk membela remaja itu jika senator Australia itu menuntut penimpukan telur ke kepalanya kemarin.
Houda menegaskan, dirinya telah menyaksikan video penimpukan telur ke kepala Anning dan tindakan para pengikutnya terhadap remaja itu.
"Saya telah menjadi pengacara lebih dari dua dekade dan menurut pendapat saya tidak ada alasan bahwa Anning bertindak itu untuk membela diri," kata Houda, seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu, 17 Maret 2019.

Will Connolly yang dijuluki Eggboy setelah menimpuk telur ke kepala senator Australia Fraser Anning yang menyalahkan Muslim dalam serangan teroris di Selandia Baru.[Daily Mail]

Houda pun menyatakan Connolly akan mendapatkan bantuan hukum darinya secara gratis."Saya tidak pernah mengejar klien, tapi saya senang membantunya (probono). Sekarang terserah dia dan dan orang tuanya," ujarnya.
Dalam rekaman penimpukan telur, Anning tampak marah dan memukul remaja usia 17 itu lalu menendangnya seraya mengeluarkan pernyataan:"Anda bukan siapa-siapa, tetapi manusia lemah."
Setelah peristiwa Will Connolly menimpuk telur dipicu pernyataan menyalahkan muslim dalam serangan teroris di Selandia Baru, muncul petisi online Change.org untuk menuntut senator Australia Fraser Anning dipecat dari parlemen. Petisi sudah ditandatangani 1 juta orang.



Credit  tempo.co