Tampilkan postingan dengan label NASA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NASA. Tampilkan semua postingan

Senin, 09 Oktober 2017

Bukan Mars, Amerika akan Bikin Koloni Bulan



Bukan Mars, Amerika akan Bikin Koloni Bulan
Bayangan bulan saat kan terjadinya gerhana bulan total merah di Mexico City (15/4). REUTERS/Edgard Garrido
CB, California - Amerika Serikat tampaknya mengesampingkan Mars dan beralih ke pembentukan koloni bulan. Sebab, menurut Wakil Presiden Amerika Serikat, Mike Pence, bulan dianggap sebagai "tujuan strategis vital" yang seharusnya didatangi terlebih dahulu sebelum membuat koloni di planet lain.
Ini bukan pertama kalinya bulan menjadi langkah awal menuju misi yang lebih jauh ke tata surya. Pada Agustus lalu, mantan astronot NASA, Chris Hardfield, menganggap koloni bulan harus bisa dibuktikan terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh lagi
Selama ini, perusahaan antariksa swasta Amerika kerap mendorong untuk menjadikan Amerika sebagai negara pertama yang mengirimkan manusia ke Mars. Namun, banyak ilmuwan menilai dorongan tersebut tampaknya didasari atas alasan komersial ketimbang eksplorasi ilmiah.
Ads by
00:0000:05


Dalam beberapa minggu ke depan, pemerintah akan membentuk tim penasihat yang terdiri dari berbagai pemimpin di industri antariksa. Sesuai namanya, kelompok tersebut dimaksudkan untuk pilihan keahlian dari mereka yang telah mengembangkan perangkat keras dan teknologi baru untuk membawa orang ke luar angkasa, baik untuk pembelajaran maupun komersial.
"Kami bermaksud untuk memanfaatkan inovasi tanpa batas untuk menyelesaikan tantangan di depan," kata Pence, seperti dikutip dari laman Science Alert.
Pence tidak merinci siapa yang akan berada di grup ini, walaupun CEO SpaceX, pendiri Elon Musk dan Blue Origin, Jeff Bezos adalah beberapa orang yang kemungkinan bergabung. Sekadar informasi Musk baru saja merinci rencana baru untuk mengirim orang ke Mars pada 024. Sedangkan Jeff Bezos dengan perusahaan antariksanya, Blue Origin, bermaksud untuk mengirim orang ke ruang suborbital tahun depan.



Credit  TEMPO.CO




Jumat, 29 September 2017

Mesin Roket SSTO Muatan 100 Kilogram Siap Tahap Pengujian


Mesin Roket SSTO Muatan 100 Kilogram.
Mesin Roket SSTO Muatan 100 Kilogram.

CB,  JAKARTA -- Selama beberapa dekade, badan antariksa di seluruh dunia mengandalkan roket multi tahap untuk mengantarkan kargo ke orbit. Namun kini, sebuah roket baru yang dilengkapi dengan mesin 'aerospike' bisa segera mengubahnya, karena pengembang mengumumkan akan siap untuk diuji.

Perusahaan berbasis Las Cruces, Arca menyatakan roket Single Stage to Orbit (SSTO) yang dijuluki 'Haas 2CA' akan dapat meluncurkan muatan 100 kg dari Bumi, dan bisa sampai di sana dalam waktu kurang dari lima menit. "Sebuah mesin pembuangan aerospike jet idealnya mengembang dari permukaan laut sampai ke angkasa, memastikan efisiensi unggul di semua tingkatan penerbangan," sebut perusahaan dilansir dari laman Dailymail.
Sistem akan melakukan serangkaian uji tanah yang pada akhirnya akan memenuhi syarat mesin untuk penerbangan, kata perusahaan itu. Setelah uji tanah, mesin akan diintegrasikan ke dalam roket Demonstrator 3 yang akan melakukan penerbangan ruang angkasa suborbital hingga ketinggian 120 km (75 mil) di atas gurun New Mexico.

Mesinnya, dengan daya dorong permukaan laut 4,2 ton, menggunakan hidrogen peroksida 70 persen sebagai monopropellant. Meskipun propelan energi rendah, roket ini mampu menjangkau ruang angkasa karena menggunakan tangki yang sangat ringan dan mesin aerospike efisiensi tinggi.

Hasil uji coba ground and test akan digunakan oleh Arca untuk Haas 2CA Single Stage ke Orbit roket yang dijadwalkan akan diluncurkan pada 2018 dari Fasilitas Penerbangan Wallops NASA. Haas 2CA pada akhirnya akan meluncurkan 3.000 nano, dan satelit mikro dengan berat antara 1-50 kg (2 - 110 lbs) antara tahun 2016 - 2022, kata perusahaan itu.

"Nosel aerospike memungkinkan rasio ekspansi yang hampir tak terbatas, sehingga secara signifikan meningkatkan dorongan spesifik mesin pada ketinggian tinggi," kata perusahaan.




Credit  republika.co.id





Selasa, 19 September 2017

Eksoplanet Raksasa Misterius WASP-12b: Gelap, Super Panas, Hitam


Ilustrasi artis tentang eksoplanet WASP-12b,
Ilustrasi artis tentang eksoplanet WASP-12b, "dunia asing" yang sepanas aspal segar dan mengorbit ke bintang yang mirip matahari. (NASA).


CB, Montreal - Eksoplanet misterius, gelap, super panas, dan berwarna hitam pekat, terungkap: WASP-12b. Astronom internasional gabungan menemukannya melalui pengamatan Teleskop Antariksa Hubble milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Taylor Bell, anggota studi yang juga ahli astrofisika dari McGill University, Kanada, menyebut planet ini aneh lantaran sifatnya yang bisa menyerap cahaya, tapi tetap gelap. Studi Bell dan tim terbit dalam Astrophysical Journal Letters edisi 14 September 2017 dengan judul "The Very Low Albedo of WASP-12b from Spectral Eclipse Observations with Hubble".

WASP-12b memang sudah lama ditemukan, yakni pada 2008. Namun, karakterisik dan sifatnya selama ini masih misterius. Kedua hal itu baru diungkap Bell dan tim.

Planet ini memiliki ukuran dua kali Jupiter. Jika besar Jupiter 18 kali besar bumi, bisa dibayangkan berapa besar planet ini. Posisinya berada sangat dekat dengan bintang induk. Eksoplanet ini disebut juga dengan "Jupiter panas" (hot Jupiters). Suhu atmosfir di sana bisa mencapai 4.600 Fahrenheit atau 2.600 derajat Celsius.

Bell dan tim mengungkap fakta baru tentang planet ini, yakni memiliki albedo 0,064. Albedo (dari bahasa Latin: "putih") adalah satuan yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara intensitas cahaya bintang induk yang sampai ke permukaan planet dan cahaya yang dipantulkan kembali ke angkasa. Albedo berhubungan erat dengan suhu dan temperatur udara. Semakin besar nilai Albedo, kian tinggi suhu dan temperatur daerah tersebut.


Albedo Planet WASP-12b sebesar 0,064. Artinya, menurut Bell dan tim dalam jurnal, planet ini hanya ada enam persen cahaya yang sampai ke permukaannya. "Planet ini menjari objek paling gelap yang pernah diidentifikasi di alam semesta," tulis tim dalam jurnal.

Sebelumnya, pernah ditemukan planet gelap serupa pada 2011, yakni TrES-2b. Planet ini hanya menerima 1 persen cahaya. "Namun, lebih dingin ketimbang WASP-12b," ujar Bell, seperti dikutip dari laman New Atlas. "WASP-12b 1.500 derajat Celsius lebih panas ketimbang TrES-2b."

Tim, dalam jurnal, memprediksi bahwa rendahnya albedo WASP-12b lantaran sisi atmosfer yang menghadap bintang sangat panas. Imbasnya, molekul hidrogen hancur dan menjadi partikel-partikel atom.




Credit  tempo.co






Bagaimana Nasib Cassini Setelah Hancur di Atmosfer Saturnus?


Lima satelit / bulan Planet Saturnus yang mengorbit diambil oleh wahana angkasa Cassini yang mengorbit di sekitar planet tersebut.
Lima satelit / bulan Planet Saturnus yang mengorbit diambil oleh wahana angkasa Cassini yang mengorbit di sekitar planet tersebut.


CB, REPUBLIKA.CO.ID. JAKARTA -- Badan Antariksa AS (NASA) mulai menerima foto-foto terakhir yang berhasil ditangkap wahana Cassini yang mengeksplorasi Planet Saturnus. Dilansir melalui Science Alert, NASA mengatakan bahwa akan segera mengunggah foto tersebut ke dalam server publik. Robot Cassini yang diluncurkan sejak 1997 lalu membutuhkan waktu tujuh tahun untuk mencapai Saturnus. Sejak kedatangannya ke planet tersebut, Cassini berhasil mengambil gambar lebih dari 450 ribu foto.

Cassini sudah kehabisan propelant sehingga akan menjadi meteor bagi Saturnus. NASA sudah mempertaruhkan tank propellant dan akan kehilangan kendali terhadap misi senilai 3,26 miliar dolar AS tersebut. Peluang cukup kecil namun signifikan, yakni satu per 1 juta atau sekitar 50 tahun ke depan. Cassini diprediksi akan jatuh ke dalam planet dan mencemari Enceladus, yakni bulan di Saturnus. Bulan bersuhu dingin tersebut kemungkinan besar memiliki kehidupan.

"Perlindungan planet dan keinginan kami untuk kembali ke Enceladus, serta menuju Titan, menjadi kewajiban kami melindungi bangkai Cassini untuk eksplorasi di masa depan," ujar Pemimpin Program Sains Planet NASA Jim Green.
Prediksi tersebut membuat NASA memiliki rencana 'Grand Finale' Cassini berupa 22 rangkaian penyelaman antara planet dan cincinnya dengan satu orbit. Sementara itu foto yang ditangkap Cassini akan ditransmisi dan memakan waktu sekitar 11 jam. Foto tersebut bisa dilihat publik pada Jumat mendatang.




Credit  REPUBLIKA.CO.ID




Usai Cassini 'Hancur', Eksplorasi NASA Beralih ke Jupiter


Misi Juno di Jupiter
Misi Juno di Jupiter


CB, JAKARTA -- Wahana Cassini yang mengeksplorasi Planet Saturnus mati pada Jumat (15/9) lalu. Kini, Badan Antariksa AS (NASA) mulai beralih ke planet Jupiter. 'Tragedi' Cassini mengakhiri 13 tahun eksplorasi dan revolusi bagi para peneliti mengenai sistem Saturnus dan kemampuannya berevolusi. Cassini hancur 'bunuh diri' tenggelam dalam atmosfer Saturnus.
Dilansir melalui Space.com, tim NASA masih memiliki penyelidikan untuk planet raksasa lainnya. Pesawat ruang angkasa bernama Juno selama ini sudah mengorbit pada Jupiter sejak musim panas lalu.

Sekitar dua misi Jupiter lain dijadwalkan meluncur lima tahun mendatang. Pesawat Clipper NASA akan mempelajari peluang kehidupan di Jovian Europa. Tidak hanya itu, Badan Antariksa Eropa (ESA) Jupiter Icy Moons Explorer (JUICE) juga akan melakukan penyelidikan planet raksasa. Rencananya eksplorasi tersebut akan dilakukan pada tiga dari empat bulan terbesar yang ada di Europa. Misi Juno tersebut menghabiskan biaya sekitar 1,1 miliar dolar AS. Juno diluncurkan pada Agustus 2011 lalu, dan sudah memasuki orbit Jupiter sejak 4 Juli 2016.

Orbit Juno berada di jalur 53-earth-day-elell dengan bentuk elips. Hal tersebut membuat Juno berada hanya beberapa ribu mil dari puncak awan Jupiter. Rencana awal, Juno akan beralih ke orbit Bumi pada Oktober tahun lalu. Namun masalah katup mesin menjadi kandala pada saat itu. Selama melewati orbit tersebut, Juno mengumpulkan banyak data mengenai struktur dan komposisi atmosfer Jupiter serta gravitasi dan medan magnet. Informasi tersebut seharusnya bisa mengungkap banyak hal, termasuk evolusi planet.

Juno juga dibekali JunoCam, yakni kamera yang bisa mengambil gambar spektakuler. NASA mengimbau masyarakat dunia untuk melihat foto tersebut tanpa filter pada laman missionjuno.swri.edu. Saat ini Juno terjadwal untuk terus beroperasi hingga Juli tahun depan. Meski demikian NASA tidak bisa memastikan jadwal pasti. Jadwal Juno bisa saja lebih panjang dari yang sudah ditetapkan. Apabila usia Juno bisa cukup panjang, maka misi NASA selanjutnya untuk Jupiter bisa diluncurkan juga.



Credit  REPUBLIKA.CO.ID


Cassini, Wahana 'Pengintai' Planet Saturnus Telah Hancur


Gambaran detail cincin yang mengelilingi Planet Saturnus yang diambil oleh wahana angkasa Cassini yang mengorbit di sekitar planet Satrunus. Warna-warna yang ada menunjukkan ukuran partikel cincin tersebut yang diukur oleh gelombang sinyal radio dari wahana Cassini.
Gambaran detail cincin yang mengelilingi Planet Saturnus yang diambil oleh wahana angkasa Cassini yang mengorbit di sekitar planet Satrunus. Warna-warna yang ada menunjukkan ukuran partikel cincin tersebut yang diukur oleh gelombang sinyal radio dari wahana Cassini.


CB, CANBERRA -- Wahana Cassini mati usai 20 tahun menjelajahi planet cincin Saturnus. Pesawat Cassini, milik Badan Antariksa AS (NASA) usai sudah menjalankan tugasnya. Cassini hancur setelah 20 tahun menjelajah Planet Saturnus. NASA memang berancana menabrakkan saturnus pada Jumat (15/9).
NASA melaporkan telah kehilangan kontak dengan pesawat ruang angkasa itu setelah Cassini mengirimkan sinyal terakhir. Cassini  tenggelam ke atmostfer bagian atas Saturnus dengan kecepatan tinggi dan terjun ke planet itu pada Jumat (15/9) 6.30 pagi ET. NASA mengonfirmasi hancurnya pesawat ruang angkasa tersebut pada pukul 7.55 ET. Dibutuhkan waktu sekitar 90 menit bagi sinyal Cassini agar sampai di Stasiun pengamatan di Canberra Deep Space Network Australia.

Sebelum hancur, Cassini mampu mentrasmisikan data baru tentang komposisi planet Saturnus selama antena Cassini masih tepat mengarah ke bumi dengan bantuan dari pendorong kecil. Setelah itu, pesawat hancur terbakar karena panas dan tekanan tinggi atmosfer.
"Itu adalah pesawat ruang angkasa yang sempurna," kata Julie Webster, kepala operasi pesawat ruang angkasa NASA kepada CNN.
Tidak ada pesawat ruang angkasa yang mampu menjelajah saturnus begitu dekat selain Cassini.
Pada April 2017, NASA mengirim satelit Cassini ke dalam wilayah belum terjelajah antara Saturnus dan cincinnya sebagai tugas ilmiah terakhir sebelum dijatuhkan ke planet tersebut.

Sejak tiba di orbit Saturnus pada Juli 2004, Cassini menjelajahi planet raksasa itu beserta ke-62 bulannya, termasuk Titan, yang diyakini ilmuwan menyerupai Bumi masa awal, dan Enceladus, yang menembakkan partikel es ke ruang angkasa.

Untuk menghindari peluang pencemaran mikroba Bumi, yang menempeli Cassini sehingga dapat mencemari organisme hidup pada Enceladus, NASA berencana menabrakan satelit tersebut ke Saturnus pada 15 September.

Tapi, sebelum kehancurannya, Cassini memiliki satu tugas terakhir. Pada 22 April, Cassini akan melintasi Titan dan menggunakan gaya beratnya untuk melontarkannya ke orbit baru melewati celah sepanjang 1.930 km antara tepi atmosfer Saturnus lapisan cincin terdalamnya.






Credit  REPUBLIKA.CO.ID












Rabu, 13 September 2017

Detik detik Menuju Akhir Misi Bunuh Diri Cassini


Pesawat luar angkasa milik NASA, Cassini, yang mengorbit di planet Saturnus. (nasa.gov)
Pesawat luar angkasa milik NASA, Cassini, yang mengorbit di planet Saturnus. (nasa.gov).


CB, California - Detik detik akhir misi bunuh diri Cassini, wahana Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), yang mengorbit ke Saturnus, semakin dekat. Wahana tanpa awak ini memulai orbit terakhirnya pada 9 September lalu dan akan terjun ke atmosfer Planet Cincin tersebut pada 15 September mendatang.

Setelah masuk atmosfer, Cassini akan meledakkan diri. Namun, sebelum itu, pada 14 September, wahana ini akan mengambil foto Saturnus dari jarak dekat, serta mengirimkan data terakhir ke bumi.

Sebelum sampai pada posisinya seperti sekarang ini, Cassini sudah mengitari satelit alami Saturnus, Titan, April lalu. Ini merupakan misi yang dianggap paling berbahaya lantaran dia harus mengumpulkan data tentang usia cincin dan komposisi dari atmosfer planet.



"Misi ke Saturnus memang gila, sungguh menakjubkan, dan liar," kata Linda Spilker, kepala ilmuwan Cassini di NASA Jet Propulsion Laboratory, seperti dilansir laman berita Reuters.


Cassini diluncurkan pada 15 Oktober 1997 dan masuk orbit Saturnus sekitar 7 tahun kemudian, 1 Juli 2004. Sejak saat itu, wahana ini mengungkap berbagai macam misteri Saturnus yang sebelumnya tak terjamah.

Wahana ini pula mengungkap fakta keberadaan air dan kandungan hidrogen di Titan. Temuan ini menjadi salah satu indikator bulan tersebut mendukung kehidupan. Tak hanya itu, Titan juga disebut memiliki beberapa ciri khas mirip bumi, seperti angin, hujan, dan lautan.




Credit  tempo.co





Senin, 11 September 2017

NASA Amati Dua Satelit Bulan di Asteroid Florence


.
Asteroid. Ilustrasi
Asteroid. Ilustrasi


CB, WASHINGTON -- Lembaga Antariksa Nasional AS (NASA) mengamati keberadaan dua satelit serupa bulan yang mengorbit asteroid Florence. Asteroid tersebut melintas dalam jarak terdekat dari Bumi yaitu tujuh juta kilometer pada 31 Agustus dan 1 September lalu.

Tim astronom yang melakukan pengamatan meyakini Florence adalah asteroid terbesar yang melintas dekat Bumi selama 100 tahun terakhir. Cukup banyak asteroid yang melintas dengan jarak lebih dekat tetapi ukurannya diprediksi lebih kecil.

"Florence adalah asteroid terbesar yang melintas dekat planet kita sejak NASA memulai program pengamatan asteroid," kata Paul Chodas, manajer Center for Near-Earth Object Studies di bawah naungan NASA.

Chodas memerinci, asteroid Florence memiliki diameter 4,4 kilometer. Kedua bulan yang dimilikinya berdiameter 100-300 meter dengan orbit selama delapan jam untuk bulan posisi lebih dalam dan 22 sampai 27 jam untuk bulan di posisi terluar.

Asteroid yang memiliki bulan dianggap bukan hal lazim, dengan perbandingan hanya sebanyak 60 dari 16.400 asteroid yang telah diamati NASA. Sebagian besar hanya memiliki satu bulan, kecuali tiga asteroid yang punya dua bulan yaitu Florence, Asteroid 1994 CC, dan Asteroid 2001 SN263.

Dengan jaraknya yang memungkinkan pengamatan lebih mendetail, NASA berhasil mengungkap karakteristik lain dari Florence. Asteroid berbentuk hampir bulat itu rupanya memiliki punggung bukit di sepanjang garis ekuator dan satu kawah besar di permukaannya.

Terakhir kali Florence berada cukup dekat dengan Bumi adalah pada tahun 1890. Setelah melintas sejenak pada 2017, asteroid berbulan dua itu diprediksi kembali bisa diamati sekitar tahun 2500, dilansir dari laman Science Alert.




Credit  REPUBLIKA.CO.ID







Senin, 04 September 2017

Astronot AS ini mendarat ke bumi setelah 655 hari


Astronot AS ini mendarat ke bumi setelah 655 hari


CB - Astronot NASA, Peggy Whitson, dan dua kru lainnya, mendarat di Kazakhstan pada Sabtu (2/9) lalu setelah menghabiskan 655 hari di orbit.
Whitson, 57, mengakhiri masa tinggal lebih dari sembilan bulan di Insternational Space Station, rekor terlama di Amerika Serikat, yang mengangkasa 400 kilometer di atas bumi.
"Saya merasa luar biasa. Saya suka bekerja di atas sini, salah satu pekerjaan paling menyenangkan yang pernah saya jalani," kata Whitson dalam sebuah sesi wawancara di pesawat, seperti dikutip dari Reuters, Senin (4/9).
Selama misi ketiganya di stasiun tersebut, Whitson menghabiskan banyak waktu untuk bereksperimen, termasuk studi tentang kanker jaringan paru dan sel tulang.
Dia juga melakukan empat spacewalk (aktivitas di luar pesawat antariksa), sebelumnya ia sudah mencatat enam spacewalk, membuatnya menorehkan rekor terbanyak spacewalk yang dilakukan perempuan.
Dua kru yang dikirim bersama Whitson pada November lalu kembali ke bumi tiga bulan lalu. Ia tetap berada di sana demi mengisi kekosongan karena Rusia mengurangi staf mereka dari tiga menjadi dua kosmonot.
Whitson kembali ke bumi bersama Jack Fisher dari NASA dan kosmonot Rusia Fyodor Yurchikhin, yang berada di stasiun sejak Juni.
April lalu, Whitson memecahkan rekor di AS tinggal di luar angkasa selama 534 hari. 
Sejauh ini, hanya tujuh kosmonot Rusia yang tinggal lebih lama, salah satunya adalah Gennady Padalka, yang memegang rekor untuk 878 hari di orbit.
Peggy Whitson menjadi astronot sejak 1996, perempuan pertama yang memberi komando di stasiun luar angkasa dan juga perempuan non-pilot pertama yang menjabat sebagai kepala di Corps Astronot NASA.

Ia tumbuh besar di Iowa, mendapat inspirasi dari program Apollo yang mendaratkan manusia ke bulan. Ia mantap ingin terbang ke luar angkasa ketika mengetahui ada perempuan yang menjadi astronot.




Credit  KONTAN.CO.ID




Kamis, 31 Agustus 2017

Mars Akan Punya Cincin Mirip Saturnus, Begini Penjelasannya



Foto Planet Mars menunjukkan kawasan Terra Meridiani terlihat dalam gambar NASA. NASA akan mengumumkan temuan baru dari eksplorasi Mars selama jumpa pers tanggal 28 September di Washington. REUTERS/NASA/Greg Shirah
Foto Planet Mars menunjukkan kawasan Terra Meridiani terlihat dalam gambar NASA. NASA akan mengumumkan temuan baru dari eksplorasi Mars selama jumpa pers tanggal 28 September di Washington. REUTERS/NASA/Greg Shirah.

CB, Indiana - Ilmuwan dari Purdue University di West Lafayette, Indiana, Amerika Serikat, membuat studi tentang Mars. Planet Merah tersebut diprediksi bakal memiliki cincin mirip Saturnus di masa depan.

Andrew Hesselbrock, mahasiswa doktoral Fisika, bersama David Minton, asisten profesor, membuat sebuah model terhadap objek astronomi di sekitar Mars pada 4,5 miliar tahun lalu. Objek yang terdiri dari debu, puing asteroid, dan material lainnya menggumpal membentuk bulan Mars, Phobos, dan Deimos.



Model ini didasari cekungan pada kutub yang menutupi sekitar 40 persen planet. Cekungan ini, menurut keduanya dalam jurnal Nature Geoscience edisi 20 Maret 2017, terbentuk karena dampak benturan puing-puing di antariksa. Studi berjudul "An ongoing satellite–ring cycle of Mars and the origins of Phobos and Deimos" itu menunjukkan proses yang sama di kemudian hari bisa membentuk cincin di sekitar planet.

Kedua bulan Mars, tulis Hesselbrock dan Minton dalam jurnal, nantinya akan bergerak secara perlahan menjauhi planet. Phobos akan semakin menjauh dari titik roche, titik batas jarak antara satelit dan planet.


"Kehancuran Phobos akan membentuk cincin, diperkirakan akan terjadi pada 70 ribu tahun mendatang," kata Hesselbrock, seperti dikutip dari laman berita Science Daily, Rabu, 30 Agustus 2017. Menurut Hesselbrock, cincin planet terbentuk antara tiga hingga tujuh kali dalam miliaran tahun.





Credit  tempo.co





NASA Akan Kirim Wahana Robot Baru ke Mars



NASA InSight Mars Lander. nasa.gov
NASA InSight Mars Lander. nasa.gov.

CB, California - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) akan menjalankan misi terbaru di Mars, yakni menggali isi perut Planet Merah tersebut. Wahana robot antariksa terbaru NASA, InSight Mars Lander, akan menggali informasi dari dalam permukaan planet untuk mengungkap proses pembentukan.

Wahana ini sedang dalam tahap penyempurnaan. InSight Mars Lander akan diluncurkan ke Planet Merah itu pada Mei 2018.

"Perubahan di dalam permukaan Mars lebih sedikit ketimbang bumi dan mungkin menyimpan bukti yang lebih baik soal proses kelahirannya," kata Bruce Banerdt, peneliti InSight Mars Lander yang juga ilmuwan di Jet Propulsion Laboratory NASA, seperti dikutip dari laman situs NASA.



NASA menyematkan wahana ini dengan berbagai peralatan drilling canggih, seperti seismometer untuk mencatat gelombang seismik dan sensor panas yang bisa menembus hingga kedalaman tiga meter. Ada juga transmisi untuk menyambung komunikasi antara Mars dan bumi.


"Kami sedang melakukan pengujian terakhir meliputi akustik, pelepasan instrumen, dan sensor panas," kata Stu Spath dari Lockheed Martin Space System. Lockeheed adalah perusahaan yang membangun InSight Mars Lander.


Harusnya, InSight Mars Lander sudah meluncur pada 2016. Sayangnya, ada kebocoran sensor seismograf yang memaksa NASA memundurkan jadwal peluncuran.

Saat ini, sudah ada dua wahana robot NASA di Mars, yakni Mars Opportunity dan Mars Curiosity. Keduanya masih aktif. Dengan InSight Mars Lander, ada tiga wahana robot yang termasuk dalam misi mengirim manusia ke Mars pada 2030.





Credit  tempo.co







Rabu, 30 Agustus 2017

30-8-1983: Astronaut AS-Afrika Pertama di Luar Angkasa


30-8-1983: Astronaut AS-Afrika Pertama di Luar Angkasa
Photo : NASA

Guion S. Bluford             





CB – Nama Guion S. Bluford menjadi sangat dikenal, setelah dia melakukan perjalanan ke luar angkasa pada 34 tahun yang lalu. Ya, saat itu Bluford menjadi astronaut  Amerika-Afrika pertama yang pergi ke luar angkasa dengan menggunakan pesawat ulang alik Challanger.
Dilansir Today in Science, Selasa 29 Agustus 2017, Bluford terpilih menjadi astronaut dan Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA, memilihnya untuk berangkat dalam misi Space Shuttle Mission (STS) 8 Challenger pada 30 Agustus 1983.

Pesawat ulang alik Challanger meluncur pada malam hari dan mendarat pada malam hari juga. Wahana tersebut sampai di orbit dalam waktu 145 jam, dan membawa Satelit Nasional India (INSAT-1B). Misi tersebut berjalan selama satu pekan, tepat pada 5 September, misi STS-8 berhasil pulang dengan mendarat dengan selamat.
Bluford ternyata tidak hanya sekali melakukan penerbangan ke luar angkasa. Pada 1992, Bluford telah menghabiskan 688 jam dengan empat pesawat luar angkasa.
Pada 1993, Bluford memutuskan mengundurkan diri dari NASA untuk kemudian menjadi Wakil Presiden dan General Manager NYMA, yang saat ini menjadi salah satu mitra NASA dalam menyediakan menyediakan perangkat hardware dan software dalam menjalankan misinya.

Bluford sudah lama berkecimpung dalam dunia penerbangan. Salah satunya dia pernah menjadi pilot Angkatan Udara AS dan ditugaskan dalam misi Perang Vietnam.



Credit  viva.co.id






Kamis, 24 Agustus 2017

NASA Sebut Planet Nibiru Ada, Teori Konspirasi Kiamat Benar?




Ilustrasi kiamat 28 September 2015. Truthernews.com
Ilustrasi kiamat 28 September 2015. Truthernews.com.

CB, Jakarta - Sebuah laporan milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengungkapkan bahwa Planet Nibiru, yang dipercaya kaum penganut teori konspirasi kiamat, adalah nyata. Bagi kaum penganut teori tersebut, keberadaannya berpotensi menimbulkan kehancuran.

Laporan tersebut, seperti dilansir dari laman disclose.tv dipublikasikan NASA pada 1998. Dalam laporan tersebut tertulis, ada sebuah planet misterius di dekat Pluto. Planet yang disebut NASA dengan nama Planet X itu dipercaya sebagai Planet Nibiru.

Planet X atau Planet Nibiru disebut memiliki ukuran lebih besar dari Bumi dan mengorbit lebih lama. NASA memperkirakan periode orbit planet tersebut sekitar 3.600 tahun.



Dalam laporan itu terungkap bahwa NASA dan pemerintah Amerika sudah mengetahui keberadaan Planet Nibiru selama bertahun-tahun. Planet Nibiru dikenal juga sebagai Planet Nine. Dokumen rahasia NASA mengungkap bahwa Planet Nine telah mengganggu orbit planet lainnya.


Saat ini, planet tersebut diduga memancarkan gelombang partikel energi plasma yang bisa mengganggu aliran inti bumi. Gangguan tersebut kemungkinan akan memicu perubahan besar dan membahayakan bagi iklim Planet Biru kita.

Efek dari Planet Nibiru disebut sudah terasa di Bumi. Buktinya, terjadi peningkatan kegiatan seismik dan volkanik, pola cuaca yang aneh, dan peningkatan bencana alam. Aktivitas meteorologi ini diprediksi akan bertambah buruk sebelum 1 Januari 2017.



Planet Nibiru juga disebut akan menyebabkan pergeseran kutub karena kekuatan gravitasinya. Artinya, dua per tiga dari populasi manusia akan musnah. Sebanyak dua per tiga dari mereka yang bertahan hidup diprediksi akan punah enam bulan kemudian akibat kelaparan.

Informasi mengenai keberadaan Planet Nibiru dan ancamannya disebut sudah menjadi pengetahuan umum bagi personel NASA dan pegawai di Pentagon, serta beberapa anggota CIA. Namun lembaga pemerintah tersebut memilih menyimpan informasi mengenai Planet Nibiru tersebut dari publik untuk menghindari kepanikan.



Credit  tempo.co







Senin, 21 Agustus 2017

NASA Mau Bikin Oksigen di Planet Mars


NASA Mau Bikin Oksigen di Planet Mars
Photo : NASA//Clouds AO/SEArch
Ilustrasi rumah es NASA di Planet Mars



CB – Upaya NASA untuk membuat planet Mars bisa menjadi tempat tinggal bagi manusia rupanya tidak pernah surut. Yang terbaru, mereka akan memulai rencana untuk membuat oksigen di Mars.
Misi ini akan diawali dengan mendatangkan perangkat robot ke Mars pada 2020. Robot itulah yang akan membawa mikroba pencipta oksigen, kemungkinan adalah alga atau bakteri, yang akan cocok dengan konsumsi udara untuk manusia.

"Mikroorganisme itu akan kami upayakan agar bisa hidup di tanah merah Mars. Kami kembang biakkan sehingga mereka bisa mengeluarkan oksigen yang dibutuhkan. Oksigen itu nantinya akan bisa membantu manusia bernapas, atau digunakan untuk tenaga mesin roket agar bisa kembali ke bumi," ujar pelaksana tugas Kepala Administrasi NASA, Robert Lightfood, seperti dikutip dari Futurism.
Ini merupakan harapan bagi NASA dan penduduk bumi untuk bisa memiliki planet yang bisa dihuni di masa depan. Pasalnya, diketahui, atmosfir Mars hanya memiliki 0.13 persen oksigen. Sedangkan bumi memiliki volume oksigen sekitar 21 persen.
Mars sepertinya akan menjadi tujuan masa depan manusia. Tidak hanya oksigen yang ingin dibuat. Pemerintah Amerika juga berniat untuk membangun perisai magnetik di sekitar Mars dan menginstal reaktor nuklir di planet itu.
NASA juga akan membangun stasiun luar angkasa di bulan sebagai misi awal untuk bisa mengeksplorasi keseluruhan sistem matahari. Lightfood sendiri merasa hal itu mungkin saja terwujud karena mereka sudah sukses dengan stasiun luar angkasa.

Sebelumnya, pebisnis Elon Musk mengaku telah memiliki estimasi dalam rencananya mengkoloni Mars. Rencana itu akan membutuhkan dana sekitar US$10 miliar per orang.







Credit  viva.co.id