Jakarta, CB -- Pakistan kembali membuka akses penerbangan sipil setelah kondisi Kashmir yang sempat memanas karena bentrokan dengan India kini mulai reda.
"Seluruh
bandara di Pakistan kembali beroperasi dan ruang udara kembali dibuka
sepenuhnya," demikian pernyataan Otoritas Penerbangan Sipil Pakistan
pada Senin (4/3).
Dikutip AFP, pembukaan ruang udara dan bandara efektif per Senin siang sekitar pukul 13.00 waktu lokal.
Keputusan
itu diambil setelah ketegangan di Kashmir mereda. Pakistan dan India
sudah tak lagi saling menembak jatuh pesawat militer.
Pakistan juga telah membebaskan dua pilot India yang sempat ditahan karena diklaim menerobos masuk wilayahnya.
Penurunan ketegangan ini mengakhiri penutupan ruang udara yang berlaku
sejak Rabu pekan lalu. Akibat penutupan ini, ribuan orang dilaporkan
terdampar di berbagai bandara di dunia karena Pakistan merupakan salah
satu rute utama penerbangan dari Asia Tenggara ke Eropa.
Peta
jalur penerbangan dari dan menuju Pakistan yang diunggah di Twitter oleh
perusahaan pelacak penerbangan Flightradar24 pada Rabu (27/2)
menunjukkan semua penerbangan telah berhenti.
Analis penerbangan Geoffrey Thomas mengatakan gangguan rute itu kemungkinan akan menelan biaya jutaan dolar.
Selain
penerbangan, penutupan bandara juga memperlambat upaya pencarian
seorang pendaki asal Inggris dan Italia yang hilang di Gunung Nanga
Parbat, Pakistan.
Penundaan terjadi lantaran tim penyelamat terpaksa menunggu izin terbang bagi helikopter yang digunakan untuk proses pencarian.
ABU DHABI
- Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menyerukan India dan Pakistan untuk
menahan diri dari melakukan tindakan yang akan memperburuk situasi. OKI
juga mendesak kedua negara bertengga itu untuk menyelesaikan perbedaan
mereka melalui cara-cara damai.
Sekretaris Jenderal OKI, Yousef
bin Ahmed Al-Othaimeen mengatakan, OKI mengikuti dengan keprihatinan
mendalam tentang pertumpahan darah dan kekerasan terhadap rakyat Jammu
dan Kashmir.
"OKI menyerukan kepada (India dan Pakistan) untuk
menunjukkan pengendalian diri dan menyelesaikan perbedaan melalui
cara-cara damai, sejalan dengan resolusi legitimasi internasional," kata
al-Othaimeen, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (4/3).
Sebelumnya,
Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mahmood Qureshi mengatakan bahwa
masalah antara Pakistan dan India harus diselesaikan melalui dialog dan
saluran diplomatik, bukan melalui cara-cara militer.
Dia
mengatakan bahwa sebagai negara demokratis, Pakistan percaya dalam
menyelesaikan masalah dengan India melalui dialog dan saluran diplomatik
karena diplomasi harus menjadi garis pertahanan pertama daripada
penggunaan militer.
"Perdamaian adalah prioritas kami dan kami
tidak menginginkan perang dengan India. Pakistan secara aktif mengambil
langkah-langkah untuk meningkatkan dan meredakan situasi," ucap Qureshi.
Sementara
itu, Duta Besar India untuk Rusia, Venkatesh Varma menuturkan, tidak
ada negara yang menawarkan untuk menyelesaikan krisis antara India dan
Pakistan, dan India tidak akan menerima tawaran mediasi.
Diketahui
sejumlah negara, termasuk diantaranya Rusia dan Turki menawarkan diri
untuk menjadi mediator pembicaraan antara India dan Pakistan. Baik Rusia
ataupun Turki akan melakukan itu jika diminta oleh salah satu pihak.
Varma
di kesempatan yang sama menegaskan bahwa India tidak tertarik untuk
meningkatkan ketegangan dengan Pakistan. "India telah dengan jelas
menyatakan bahwa mereka tidak tertarik pada eskalasi situasi. Dan cara
terbaik untuk mencapai keadaan normal di kawasan itu terletak pada
tindakan Pakistan dalam perang melawan kelompok-kelompok teroris,"
ungkapnya.
Meningkatnya ketegangan antara India dan Pakistan tidak akan memberikan keuntungan.
CB, ANKARA
-- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan siap membantu meredam
ketegangan antara Pakistan dan India. Menurut dia, meningkatnya
ketegangan antara India dan Pakistan tidak akan memberikan keuntungan
bagi siapa pun.
Dilansir
dari kantor berita Turki, Anadolu Agency, Senin (4/3), Erdogan dalam
kampanye di Trabzon, di wilayah Laut Hitam Turki, juga menyampaikan
apresiasinya terhadap langkah Pakistan menyerahkan pilot asal India yang
jatuh dalam ketegangan baru-baru ini. Erdogan berharap bahwa India bisa
melakukan hal serupa.
Jumat kemarin, seorang pilot India yang terlibat dalam konflik
antarnegara tetangga yang bersenjata nuklir, Komandan Wing Abhinandan
Varthaman, diserahkan kepada pemerintah India oleh Pakistan.
Varthaman
ditahan di Pakistan setelah pesawatnya jatuh pada Rabu lalu, dalam
pertempuran udara dengan jet Pakistan di sepanjang perbatasan de facto
Kashmir. Sehari kemudian, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan
mengumumkan pembebasannya dengan isyarat niat baik.
Ketegangan
antara kedua negara terjadi menyusul serangan bom bunuh diri yang
menewaskan 40 polisi paramiliter India di wilayah Kashmir yang
dikendalikan India pada 14 Februari. India menyalahkan Pakistan atas
insiden tersebut. Sementara Pakistan membantah terlibat penyerangan.
Amerika
Serikat, Cina dan kekuatan dunia yang lain mendesak kedua negara untuk
menahan diri. Perdana Menteri Pakistan Imran Khan juga menyerukan
perundingan.
"Sejarah mengajarkan pada kita bahwa
perang selalu penuh salah perhitungan. Pertanyaan saya adalah dengan
memperhitungkan senjata yang kita miliki, apakah kita bisa mencapai
salah perhitungan," kata Khan dalam pidato singkat di televisi yang
disiarkan secara nasional. "Kita harus duduk dan berbicara."
Pakistan
dan India telah tiga kali berperang sejak merdeka dari pemerintahan
kolonial Inggris pada 1047. Dari tiga perang itu, dua di antaranya
adalah masalah Kashmir. Pakistan telah menutup wilayah udaranya,
sehingga memaksa penerbangan komersial untuk mengubah arah.
CB, Jakarta - Dua negara nuklir, India dan Pakistan mulai terlibat pertempuran darat di Kashmir, sehari setelah pembebasan pilot tempur India yang ditahan Pakistan.
Sejak kemerdekaan keduanya apda 1947, India dan Pakistan terlibat konflik terutama di wilayah Himalaya, Kashmir.
Dua
negara terlibat beberapa perang besar dan yang terakhir terjadi pada
1999, menewaskan ribuan orang di garis perbatasan Kashmir yang dikenal
Line of Control (LoC).
Sehabis pertempuran itu, kedua negara mulai membangun kekuatan militernya.
Sepuluh tahun setelahnya, militer India kini melampau Pakistan dalam jumlah pesawat tempur, tentara, tank dan helikopter.
Menurut
laporan CNN, 3 Maret 2019, yang mengutip data SIPRI, belanja militer
India melampaui Pakistan dan mencapai US$ 64 miliar (Rp 903 triliun)
berbanding US$ 11 miliar (Rp 155 triliun).
India memiliki sekitar 3 juta personel militer, sementara Pakistan meiliki 1 juta personel.
Namun
India mesti membagi pasukannya ke wilayah timur lautnya yang berbatasan
dengan Cina. Pada 1962, India dan Cina pernah bertempur di perbatasan,
dan konflik terakhir terjadi di Doklam pada 2017.
Pasukan
militer India berjaga-jaga sebelum dilakukan pembebasan pilot Angkatan
Udara India Abhinandan, yang ditangkap Pakistan pada hari Rabu, di
perbatasan Wagah, di pinggiran kota utara Amritsar, India, 1 Maret 2019.
Perdana Menteri Pakistan mengatakan pilot India akan dibebaskan pada
hari Jumat, setelah militer Pakistan mengkonfirmasi empat warga sipil
Pakistan tewas selama serangan udara India di Kashmir. REUTERS/Danish
Siddiqui
Di lain sisi, Cina memiliki kedekatan dengan
Pakistan yang menyuplai alutsista Pakistan. 40 persen ekspor senjata
Cina dikirim ke Pakistan, menurut data forum diskusi Brookings
Institution di Washington.
Sementara India lebih dekat dengan negara-negara Barat untuk modernisasi militernya.
Di
antara pembelian peralatan baru-baru ini adalah peringatan dini udara
dan pesawat kontrol dengan teknologi Israel dan badan pesawat AS. Selain
itu, artileri buatan AS dikerahkan di sepanjang garis perbatasan
Kashmir untuk menggantikan senjata Swedia 1980-an, kata Nishank Motwani,
pakar India dan Pakistan di Akademi Diplomasi Asia-Pasifik.
India
bahkan menginginkan lebih banyak teknologi militer baru, tetapi
seringkali dihambat oleh kontrol ekspor yang ketat dari pemasok utama
seperti AS dan Inggris. Menurut pengamat, India terpaksa mengekspor
senjata karena kekurangan industri militer.
Sementara Pakistan sedang membuat pesawat tempurnya sendiri JF-17 dari rancangan Cina.
Menurut beberapa laporan, JF-17 adalah salah satu dari skuadron yang menembak jatuh salah satu MiG 21 India.
MiG-21 buatan Uni Soviet adalah tulang punggung angkatan udara India. India memiliki sekitar 200 unit MiG dan masih beroperasi.
Keuntungan India adalah luas wilayah, di mana luas India nyaris empat
kali dari Pakistan. Ini menjadi modal India untuk menjauhkan aset
militernya dari perbatasan dan membuat India unggul di udara. Sementara
Pakistan akan lebih kesulitan melindungan pangkalan militer dan
persenjataannya.
Sementara keuntungan udara tampaknya condong ke
arah India, aksi darat skala besar melintasi perbatasan akan lebih sulit
bagi India.
Perbatasan Pakistan memiliki medan yang curam dan terdiri dari perbatasan internasional, membuat formasi darat India kesulitan.
Kereta
yang mengangkut truk dan senjata artileri tentara India di sebuah
stasiun kereta di pinggiran Jammu, India, Kamis, 28 Februari 2019. Dalam
serangan bom mobil tersebut, sedikitnya 42 tentara India tewas. REUTERS
Pakistan,
dengan garis pantai yang jauh lebih kecil untuk dipertahankan, telah
menempatkan bagian terbesar dari sumber daya ke pasukan dan angkatan
udara, kata Motwani.
New Delhi memiliki kapal induk dan kapal
selam bertenaga nuklir dalam armadanya, peralatan tempur yang tidak
dapat disamakan dengan Pakistan.
Satu-satunya senjata yang sejajar bagi kedua negara, dan yang paling ditakuti adalah senjata nuklir.
Stockholm
Internasional Peace Research Institute (SIPRI) tahun lalu merilis data
bahwa Pakistan memiliki 140 sampai 150 hulu ledak nuklir dan India
memiliki 130 hingga 140 nuklir.
Peter
Layton, mantan perwira Angkatan Udara Australia dan sekarang peneliti
di Griffith Asia Institute, mengatakan jika situasi semakin mendesak
bagi Pakistan, maka komandan tingkat rendah Pakistan siap membuka gudang
nuklir mereka.
"Pakistan memiliki kebijakan strategis untuk
mendelegasikan persetujuan pelepasan nuklir ke unit-unit taktis tingkat
rendah," katanya. "Ada bahaya nyata karena kelonggoran nuklir itu, yaitu
komandan tingkat rendah yang menggunakan senjata nuklir taktis jika
mereka mau."
Menurut Motwana, Pakistan ingin India
sadar bahwa ancaman nuklir mereka akan selalu ada. Setiap kali India
melakukan serangan balasan, Pakistan tidak segan untuk mengeluarkan
ancaman senjata nuklirnya jika senjata konvensional gagal.
CB, Jakarta - Pakistan masih
akan memberlakukan pembatasan wilayah udaranya bagi pesawat-pesawat
komersial. Pembatasan wilayah udara diberlakukan awal pekan lalu saat
hubungan negara itu dengan India diselimuti ketegangan.
Ketegangan
yang terjadi antara India - Pakistan telah membuat negara itu untuk
pertama kali sejak perang 1971 melancarkan serangan udara. Kashmir yang
masih menjadi perebutan kedua negara telah menjadi medan pertempuran
India - Pakistan.
Otoritas Penerbangan Pakistan pada Minggu, 3
Maret 2019, mengatakan masih membatasi operasional di bandara
internasional Allama Iqbal di wilayah timur kota Lahore. Larangan ini
muncul setelah sejumlah operasi secara parsial dilakukan Karachi,
Quetta, Peshawar dan ibukota Islamabad.
Bandara lain di Gilgit
Baltistan, Provinsi Punjab dan wilayah pedalaman Sindh tetap ditutup
pada hari Minggu, 3 Maret 2019. Otoritas penerbangan sipil Pakistan
mengatakan pembatasan perjalanan ini diperkirakan akan dicabut pada
Senin pukul 1 siang waktu setempat.
Pesawat tempur India menjatuhkan bom di wilayah Pakistan.[Aljazeera]
Lalu
lintas penerbangan internasional dan domestik di Pakistan dan
sekitarnya telah terganggu, dimana sejumlah bandara di Pakistan dan
India ditutup. Walhasil rute penerbangan harus memutar dan ditangguhkan.
Pada Selasa, 26 Februari 2019, jet-jet tempur India melancarkan
serangan ke wilayah timur laut Pakistan, Balakot. New Delhi mengklaim di
wilayah itu terdapat kamp-kamp milik Jaish-e-Muhammad atau JeM yakni
sebuah kelompok bersenjata yang diduga telah melakukan serangan bom
mobil pada 14 Februari 2019 dan menewaskan setidaknya 40 pasukan militer
India yang berjaga di kota Pulwama, Kashmir. Peristiwa bom bunuh diri
ini telah memicu agresi militer India - Pakistan
MOSKOW - India tidak berencana untuk melakukan serangan baru di perbatasan dengan Pakistan
dan ketegangan di Kashmir secara bertahap akan stabil. Hal itu
diungkapkan oleh Duta Besar India untuk Rusia Shri D. Bala Venkatesh
Varma mengatakan kepada Sputnik dalam sebuah wawancara.
"Tidak, kami tidak punya rencana (seperti) itu pada saat ini," kata Varma menjawab pertanyaan seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (3/3/2019).
Menurut
utusan India itu, New Delhi telah dengan jelas menyatakan tidak
tertarik dengan eskalasi dan cara terbaik agar situasi kembali normal
adalah Pakistan memerangi kelompok teroris.
"Ini
bukan perjuangan antara India dan Pakistan. Ini adalah masalah
perlindungan India terhadap kepentingannya dalam menghadapi ancaman dari
kelompok-kelompok teroris. India bukan satu-satunya negara di kawasan
yang menderita atas tindakan mereka," ujarnya.
Menurut Varma,
dengan mengatakan India menolak gagasan dilibatkannya mediator untuk
melesaikan krisis dengan Pakistan, ia percaya bahwa Islamabad perlu
mengambil langkah-langkah spesifik untuk memerangi kelompok teroris.
"Saya
perlu mengklarifikasi bahwa tidak ada tawaran mediasi resmi. Dan bahkan
jika itu dibuat, kami tidak akan menerimanya. Tidak ada negara yang
menawarkan untuk menengahi antara India dan Pakistan. Ada percakapan
telepon antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India
Narendra Modi tadi malam, dan titik mediasi tidak disebutkan sama
sekali," ungkap Varma.
Ia menekankan bahwa posisi Rusia sangat
mendukung tindakan India. Pakistan harus mengambil tindakan terhadap
kelompok-kelompok teroris di wilayahnya.
"Kami selalu siap untuk dialog dengan Pakistan dalam suasana yang bebas dari terorisme," kata duta besar.
Lebih
lanjut Varma mengatakan bahwa Rusia dapat mempengaruhi Islamabad untuk
berhenti membiarkan kelompok-kelompok teroris menggunakan wilayah negara
itu.
"Peran Rusia adalah terus memberikan pengaruhnya pada
Pakistan untuk tidak mengizinkan wilayahnya digunakan oleh kelompok
teror," ucapnya.
Dia mencatat bahwa Rusia telah mengambil posisi
yang jelas dan tidak ambigu mengenai peningkatan hubungan India dan
Pakistan saat ini.
"Presiden Vladimir Putin menyatakan
dukungannya dalam percakapan dengan Perdana Menteri India Narendra
Modi," tambah diplomat India itu.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri
Rusia Sergei Lavrov mengatakan Moskow akan mengatur platform untuk
pembicaraan Indo-Pakistan jika kedua negara menyatakan keinginan untuk
menegosiasikan perselisihan tersebut.
Pernyataan
itu muncul setelah Angkatan Udara India melakukan serangan terhadap
dugaan pangkalan teroris di Kashmir yang dikuasai Pakistan,
menghancurkan beberapa fasilitas pada 26 Februari lalu. Serangan udara
New Delhi dilakukan sebagai tanggapan terhadap serangan bunuh diri yang
diklaim oleh organisasi teroris yang berbasis di Pakistan
Jaish-e-Mohammad pada 14 Februari lalu.
Setelah serangan itu,
India menuduh Pakistan mendukung kelompok-kelompok teroris. Islamabad,
pada gilirannya, menolak tuduhan itu sebagai tuduhan yang tidak
berdasar, menyarankan untuk melakukan penyelidikan bersama dengan New
Delhi atas insiden tersebut.
Insiden itu memperumit hubungan
yang sudah tegang antara New Delhi dan Islamabad, sekali lagi
menempatkan wilayah itu di ambang konflik militer.
CB, Jakarta - Kehidupan ribuan masyarakat Kashmir mendadak
berubah 180 derajat setelah India dan Pakistan melancarkan agresi
militer. Ada yang melarikan diri dari rumah, ada yang berlindung di
bunker, ada pula yang menggali tanah agar bisa melihat pertempuran
pasukan militer India dan Pakistan.
Wilayah Garis Kendali atau
LoC atau Kashmir saat ini telah menjadi medan pertempuran India dan
Pakistan. Agresi militer dipicu serangan bom mobil pada 14 Februari 2019
di Kashmir yang menewaskan 40 tentara India. Kashmir adalah wilayah
yang masih diperebutkan India dan Pakistan.
Pasukan
militer India berjaga-jaga sebelum dilakukan pembebasan pilot Angkatan
Udara India Abhinandan, yang ditangkap Pakistan pada hari Rabu, di
perbatasan Wagah, di pinggiran kota utara Amritsar, India, 1 Maret 2019.
Pakistan membebaskan pilot India yang ditahan setelah pesawatnya
ditembak jatuh di wilayah Kashmir. REUTERS/Danish Siddiqui
Pertempuran
pasukan India dan Pakistan meletup dua pekan setelah serangan bom
mobil. Masyarakat Kashmir melihat jet-jet tempur berseliweran di atas
kepala mereka dan tiarap di bawah hujan tembakan.
Dikutip dari
english.alarabiya.net, Minggu, 3 Maret 2019, setidaknya dua ribu orang
yang tinggal di wilayah perbatasan meninggalkan tempat tinggal mereka.
Otoritas berwenang meliburkan sekolah. Di sejumlah distrik terlihat
eksodus warga.
"Semakin
banyak orang meninggalkan tempat tinggal mereka dan berlindung ke
tempat yang lebih aman," kata Umar Azam, pejabat senior Kotli, Kashmir.
Di
sejumlah wilayah khususnya area perbatasan, akses internet sudah
terputus. Perempuan, laki-laki dan anak-anak dengan membawa tas-tas
besar berduyun-duyun di jalan-jalan utama Kashmir untuk mengungsi. Ada
pula mereka yang mengungsi itu ambil membawa hewan ternak mereka.
Habib
Ullah Awan, 46 tahun, seorang pemilik toko sembako di Chakothi, wilayah
perbatasan India - Pakistan, mengatakan hujan peluru masih terjadi
ketika dia meninggalkan rumahnya bersama delapan anggota keluarga yang
lain pada Rabu pagi.
Sebagian besar masyarakat desa Chakothi mengungsi ke Muzaffarabad, jantung wilayah Kashmir yang
dikuasai Pakistan atau tinggal menumpang di rumah sanak - saudara di
desa yang lain. Mereka yang tak punya kerabat yang bisa menampung, pergi
ke kamp Hattian Bala yang dibangun oleh pemerintah setempat.
SRINAGAR - Tentara India dan Pakistan kembali terlibat pertempuran.
Tentara masing-masing negara menjadikan pos dan desa di sepanjang
perbatasan Kashmir yang bergejolak menjadi sasaran. Sedikitanya enam
warga sipil dan dua tentara Pakistan tewas dalam insiden tersebut.
Pertempuran
kembali pecah pada Jumat malam. Militer Pakistan mengatakan dua
tentaranya tewas dalam baku tembak dengan pasukan India di dekat Garis
Kontrol yang memisahkan Kahsmir dengan dua negara bermusuhan itu. Ini
adalah korban tewas pertama bagi pasukan Pakistan sejak Rabu, ketika
ketegangan meningkat secara dramatis kedua negara.
Sementara itu,
polisi India mengatakan dua saudara kandung dan ibu mereka terbunuh di
Kashmir yang dikuasai negara itu. Ketiganya tewas setelah sebuah peluru
yang ditembakkan oleh tentara Pakistan menghantam rumah mereka di
wilayah Poonch dekat Garis Kontrol. Ayah anak-anak itu terluka parah.
Di
Kashmir yang dikuasai Pakistan, pejabat pemerintah Umar Azzam megatakan
pasukan India dengan senjata berat membidik membidik penduduk desa
perbatasan tanpa pandang bulu di sepanjang Garis Kontrol, membunuh
seorang anak lelaki dan melukai tiga orang lainnya. Dia mengatakan
beberapa rumah dihancurkan oleh penembakan India.
Setelah sempat
jeda selama beberapa jam, penembakan kembali berlanjut pada Sabtu
(2/3/2019). Militer Pakistan menyatakan dua warga sipil tewas dan dua
lainnya cedera dalam pertempuran baru itu. Tentara India mengatakan
pasukan Pakistan menyerang pos-pos India di beberapa tempat di sepanjang
garis militer seperti dilansir dari AP.
Ketegangan
telah meningkat sejak pesawat India melintas ke Pakistan Selasa lalu.
India menyebut hal itu sebagai serangan pendahuluan terhadap gerilyawan
yang dituduh melakukan bom bunuh diri pada 14 Februari lalu di Kashmir
yang dikuasai India yang menewaskan 40 tentara India.
Pakistan
kemudian membalas, menembak jatuh sebuah jet tempur India pada hari
Rabu dan menahan pilotnya, yang kemudian dikembalikan ke India pada hari
Jumat kemarin dengan sikap damai.
Kekerasan saat ini menandai
eskalasi paling serius dari konflik yang lama membara sejak 1999, ketika
militer Pakistan mengirim pasukan darat ke Kashmir yang dikuasai India.
Pada tahun itu juga sebuah jet tempur India menembak jatuh sebuah
pesawat angkatan laut Pakistan, menewaskan semua penumpangnya yang
berjumlah 16.
Inida-Pakistan tampaknya tidak berdamai dalam waktu dekat. (Foto: REUTERS/Danish Ismail)
Jakarta, CB -- Tensi semakin meninggi antara India dan Pakistan setelah pada Sabtu (2/3) terjadi baku tembak yang berakhir dengan terbunuhnya tujuh orang dari kedua pihak.
Hanya
dalam 24 jam, dua tentara dan dua warga sipil Pakistan disebut AFP
tewas tertembak. Di pihak seberang, seorang wanita dan dua anaknya
meninggal setelah rumah mereka dihancurkan oleh mortir.
Di wilayah Kashmir
di India, warga setempat diminta berlindung di bunker sementara polisi
memerintahkan pengosongan jalan. Panglima Angkatan Darat India harus
tergopoh-gopoh menuju Udhampur untuk meninjau keamanan perbatasan.
Pekan
lalu, situasi menjadi semakin riuh ketika India menyebut dua pasukan
paramiliter dan pejabat polisi unit kontra terorisme mereka meninggal
dalam sebuah kontak senjata. Keesokannya, seorang pengunjuk rasa
meninggal ditembak polisi India.
Padahal, pada Kamis (28/2), Menteri Luar Negeri Pakistan Shah
Mahmood Qureshi menyatakan pihaknya siap memulangkan pilot helikopter
India yang ditangkap di Kashmir, jika tindakan tersebut memang dapat
meredakan ketegangan dengan Pakistan.
Jumat (1/3), janji tersebut
ditepati. Abhinandan Varthaman pulang dengan pengawalan ketat melalui
pos perbatasan di Kota Lahore, Pakistan. Namun kemudian beredar sebuah
video yang menampilkan Varthaman memuji para penculiknya dan mengkritik
media India.
Laporan-laporan media lokal mengatakan bahwa video itu dibuat di bawah paksaan Pakistan.
Perdana
Menteri India, Narendra Modi menegaskan, tidak ada seorang pun yang
boleh mengancam India yang baru, yang tak kenal takut dan berani
menentukan langkah. Ia juga mengatakan bahwa negaranya membutuhkan
pesawat jet tempur Rafale yang ingin dibeli di Prancis.
"Jika India menyelesaikan pengadaan Rafale tepat waktu, maka hasil
pertempuran baru-baru ini dengan Pakistan bisa berbeda," katanya.
Melalui
Adel al-Jubeir sebagai Menteri Luar Negeri, Arab Saudi pun angkat
suara, menawarkan diri membantu mengakhiri permusuhan ini.
"Dia
[al-Jubeir] mengunjungi kami dan juga akan mengunjungi India. Dia adalah
teman kami dan kami memiliki hubungan sejarah dengan Arab Saudi," kata
Qureshi, dilansir AFP.
CB, Jakarta - Pakistan dan India saling menembakkan artileri di sepanjang perbatasan Kashmir setelah pembebasan pilot tempur India.
Menurut
laporan Aljazeera, 3 Maret 2019, pertempuran terjadi di sepanjang garis
perbatasan Line of Control (LoC), dan menewaskan lima warga sipil dan
dua tentara.
Kedua negara nuklir tersebut mulai menembakkan peluru
mortir dan artileri setelah pembebasan pesawat tempur India yang
ditangkap, usai pesawat MiG-21 Angkatan Udara India ditembak jatuh
Pakistan.
Pertempuran yang terjadi pada Sabtu sore membuat dua kakak=beradik
dan ibunya tewas akibat peluru artileri yang ditembakkan militer
Pakistan di wilayah Poonch, dekat dengan LoC, yang membagi wilayah
Himalaya dengan dua negara.
"Pukul 6 pm, Pakistan mulai
membombardir selama tiga jam. Salah satu peluru yang ditembakkan
Pakistan menghantam rumah, menyebabkan satu keluarga tewas, termasuk dua
anak-anak," kata penduduk Poonch, Mohammad Saleem. Sang ayah dari
keluarga tersebut dilaporkan kritis dan dibawa ke rumah sakit.
Masyarakat
Kashmir berebut membeli tiket bus untuk mengungsi ke tempat yang lebih
aman. Kehidupan ribuan masyarakat Kashmir mendadak berubah 180 derajat
setelah India dan Pakistan melancarkan agresi militer. Sumber: Reuters
Sementara
penduduk di Uri, 50 kilometer dari Poonch, mengungsi ke wilayah yang
lebih aman karena takut terkena bombardir artileri Pakistan di sepanjang
garis LoC.
Di wilayah Kashmir Pakistan, seorang pria dan bocah
laki-laki di Nakiyal tewas. Rumah sakit setempat mengatakan seorang pria
juga terluka di Tatta Pani.
Militer Pakistan mengkonfirmasi dua tentaranya tewas di Nakiyal.
Pemerintah
India dan Pakistan saling menyalahkan atas setiap konfrontasi militer
yang terjadi di Kashmir. Baik India dan Pakistan mengatakan tentara
mereka hanya membalas aksi satu sama lain karena melanggar pelanggaran
perjanjian gencatan senjata 2003 di beberapa sektor di sepanjang
perbatasan Kashmir, yang menargetkan kedua pos tentara serta desa.
SRINAGAR
- Seorang menteri utama India mengatakan pemerintah tidak akan
membagikan bukti bahwa "sejumlah besar" gerilyawan tewas dalam serangan
udara di Pakistan minggu ini. Hal itu disebabkan munculnya keraguan
adanya korban dalam serangan udara yang memicu ketegangan dengan
Pakistan.
Pesawat-pesawat tempur India melakukan serangan udara
pada hari Selasa di dalam Balakot Pakistan timur laut yang disebut New
Delhi sebagai kamp-kamp militan. Namun Islamabad membantah ada kamp
seperti itu, sama seperti penduduk desa setempat.
Pakistan
mengatakan bom-bom India menghantam lereng bukit yang sebagian besar
kosong tanpa melukai siapa pun. Beberapa pemimpin oposisi India pun
meminta pemerintah untuk memberikan bukti serangan.
Tetapi
Menteri Keuangan India Arun Jaitley, salah satu pembantu utama Perdana
Menteri Narendra Modi, mengatakan tidak ada lembaga keamanan yang pernah
berbagi rincian operasional.
"Ini sikap yang sangat tidak
bertanggung jawab," kata Jaitley pada konferensi yang diselenggarakan
oleh kelompok media India Today.
"Angkatan bersenjata harus
memiliki, dan badan-badan keamanan dan intelijen kita harus memiliki,
kelonggaran penuh dalam menghadapi situasi, dan jika ada yang ingin
rincian operasional diumumkan kepada publik dia tentu saja tidak
memahami sistem," cetusnya seperti dilansir dari Reuters, Minggu (3/3/2019).
Para
pejabat Angkatan Udara India sebelumnya mengatakan hal itu tergantung
kepada para pemimpin politik untuk memutuskan kapan dan bagaimana
merilis bukti serangan Balakot.
Jaitley
menepis anggapan bahwa peningkatan ketegangan yang cepat dengan
Pakistan ada hubungannya dengan politik dalam negeri India menjelang
pemilihan umum yang akan diadakan Mei nanti. Lembaga survei berharap
partai yang berkuasa mendapat manfaat dari semangat nasionalistis yang
melanda negeri itu.
Ketegangan meningkat dengan cepat setelah
aksi bom mobil bunuh diri pada 14 Februari yang menewaskan sedikitnya 40
polisi paramiliter India di Kashmir yang dikuasai India. India menuduh
Pakistan menyembunyikan kelompok Islamis Jaish-e Mohammad yang mengklaim
melakukan pemboman.
ISLAMABAD
- Pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui kedutaan besarnya di
Islamabad mengatakan bahwa Washington sedang menyelidiki klaim bahwa
Pakistan menggunakan jet tempur F-16 untuk menembak jatuh pesawat jet
tempur MiG-21 India. Jika klaim itu benar, maka Islamabad melanggar
perjanjian perdagangan peralatan militer Washington yang hanya
membolehkan penggunaan jet tempur AS untuk misi kontra-terorisme.
"Kami mengetahui laporan ini dan mencari lebih banyak informasi," kata Kedutaan AS melalui seorang juru bicara seperti dikutip Reuters, Senin (4/3/2019). "Kami menanggapi semua dugaan penyalahgunaan dengan sangat serius," lanjut Kedutaan AS.
Pakistan
dan India sama-sama melakukan misi pemboman udara Rabu pekan lalu, di
mana jet tempur MiG-21 India ditembak jatuh di atas wilayah Kashmir dan
pilotnya ditangkap militer Pakistan. Namun, India juga mengklaim
menembak jatuh jet tempur F-16 Pakistan dengan jet tempur MiG-21.
Pakistan telah menyerahkan kembali pilot India yang ditangkap pada hari Jumat sebagai langkah nyata untuk mewujudkan perdamaian.
Pakistan
sendiri membantah telah menggunakan jet tempur F-16 selama pertempuran
udara dengan pesawat tempur India. Namun, Islamabad belum bersedia
mengungkap pesawat tempur apa yang digunakannya. Laporan lain dari
seorang pensiunan militer Pakistan mengklaim jet tempur JF-17 yang
dirancang China adalah pesawat yang menjatuhkan jet tempur MiG-21 India.
Pakistan
memiliki sejarah panjang dalam membeli perangkat keras militer AS,
terutama pada tahun-tahun setelah 2001 ketika Islamabad dipandang
sebagai mitra utama dalam perang melawan teror oleh koalisi pimpinan AS.
Pakistan
membeli beberapa pesawat F-16, yang diproduksi oleh Lockheed Martin
Corp AS, sebelum hubungan memburuk dan AS menghentikan penjualan
peralatan militer bersubsidi pada 2016.
Tidak jelas apa yang
sebenarnya disebut sebagai "perjanjian pengguna akhir" yang membatasi
Pakistan untuk menggunakan jet tempur AS untuk serangan ofensif terhadap
negara lain. "Pemerintah AS tidak mengomentari atau mengonfirmasi
investigasi yang masih menunggu," imbuh Kedutaan AS di Islamabad.
Pada
hari Kamis, para pejabat India menunjukkan bukti puing-puing rudal
buatan AS yang hanya dapat ditembakkan dari jet F-16. Puing-puing rudal
itu merupakan bukti pemboman udara oleh militer Pakistan di perbatasan
Kashmir pada hari Rabu. Puing rudal itu pula yang dijadikan bukti oleh
New Delhi bahwa Islamabad menggunakan jet tempur F-16 dalam pertempuran
udara.
Di Kashmir yang dikelola India, pasukan New Delhi menembak
mati dua gerilyawan pada hari Minggu setelah pertempuran tiga hari yang
juga menewaskan lima personel pasukan keamanan India. Kematian itu
menambah total korban tewas dalam konflik Kashmir menjadi 25 orang dalam
dua minggu terakhir.
Serangan anti-militan diluncurkan India
setelah kelompok militan yang berbasis di Pakistan, Jaish-e-Mohammed
menewaskan 40 polisi paramiliter India dalam sebuah bom bunuh diri pada
14 Februari.
Ilustrasi pasukan India di Kashmir. (REUTERS/Danish Ismail)
Jakarta, CB -- Pertikaian antara India dan Pakistan di wilayah Kashmir masih terjadi. Kedua negara saling serang dengan melepaskan tembakan meriam dan kontak senjata.
Seperti dilansir Associated Press,
Sabtu (2/3), serangan artileri Pakistan menghantam sebuah rumah warga
di daerah Pooch, wilayah Kashmir bagian India. Akibatnya seorang ibu dan
dua anaknya meninggal. Sedangkan suaminya kritis.
Pasukan India
juga melepaskan serangan balasan ke wilayah Kashmir bagian Pakistan. Bom
itu jatuh di sebuah desa dan menewaskan seorang anak dan melukai tiga
orang lain.
Selain itu, dua tentara Pakistan meninggal dalam kontak senjata dengan pasukan India di wilayah Nakiyal.
Pada Kamis lalu, India menyatakan dua pasukan paramiliter dan pejabat
polisi unit kontra terorisme mereka meninggal ketika terlibat kontak
senjata dengan kelompok bersenjata. Keesokan harinya, seorang pengunjuk
rasa meninggal ditembak polisi India.
Kedua belah negara mengklaim aksi saling serang itu dilakukan karena pasukan India dan Pakistan menargetkan pos penjagaan.
Warga
sipil yang tinggal di wilayah dekat Garis Kendali (LoC) Kashmir
mengungsi menghindari pertempuran yang terus terjadi. Namun, posisi
mereka rentan karena masih berada di tengah-tengah konflik.
Ketegangan
di Kashmir ini meningkat setelah bom bunuh diri menerjang konvoi
militer India di wilayah itu pada 14 Februari lalu dan menewaskan 40
personel di dalamnya. India menuding Pakistan menyembunyikan dalang
serangan itu, yakni kelompok Jaish-e-Muhammad.
India
lantas mengirim dua jet tempurnya ke wilayah Kashmir bagian Pakistan
tetapi berhasil dihalau. Keesokan harinya militer Pakistan mengirim
pesawat ke wilayah Kashmir bagian India dan menjatuhkan bom sebagai aksi
menggertak. Hal itu dilakukan supaya India tidak lagi menerobos
perbatasan.
Saat itu, India juga mengirim jet tempur dan mencegat
pesawat Pakistan. Kedua belah pihak terlibat pertempuran udara, dan
akibatnya dua pesawat dari masing-masing negara ditembak jatuh.
Meski
hidup bertetangga, relasi India dan Pakistan selalu terganjal konflik
di Kashmir. Sejak merdeka dari Inggris, Kashmir dibagi dua menjadi
wilayah untuk India dan Pakistan. Kedua negara kemudian bertarung untuk
memperebutkan keseluruhan wilayah Kashmir.
India dan Pakistan tercatat telah berperang sebanyak dua kali
memperebutkan wilayah Kashmir, yakni pada Perang India-Pakistan pada
1947 dan pada 1999 dalam Perang Kargil. Masing-masing juga menyimpan
lebnih dari seratus hulu ledak nuklir.
Pemerintah Pakistan
memenuhi janji dengan memulangkan pilot jet tempur India, Abhinandan
Varthaman, yang pesawatnya ditembak dan jatuh di Kashmir bagian
Pakistan. Dia dikembalikan dengan pengawalan ketat melalui pos
perbatasan di Kota Lahore, Pakistan, pada Jumat kemarin, pukul 20.50
waktu setempat
NEW DELHI
- Duta Besar India untuk Rusia, Venkatesh Varma menuturkan, tidak ada
negara yang menawarkan untuk menyelesaikan krisis antara India dan
Pakistan, dan India tidak akan menerima tawaran mediasi.
Rusia
dan Turki adalah sejumlah negara yang telah menawarkan diri untuk
menjadi mediator pembicaraan antara India dan Pakistan. Baik Rusia
ataupun Turki akan melakukan itu jika diminta oleh salah satu pihak.
"Saya
ingin menekankan bahwa kami tidak menerima tawaran mediasi formal.
Bahkan, jika kami melakukannya, kami tidak akan menerimanya. Sejauh ini,
tidak ada negara yang menawarkan untuk menengahi dalam menyelesaikan
konflik," ucap Varma, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (3/3).
Varma di kesempatan yang sama menegaskan bahwa India tidak tertarik untuk meningkatkan ketegangan dengan Pakistan.
"India
telah dengan jelas menyatakan bahwa mereka tidak tertarik pada eskalasi
situasi. Dan cara terbaik untuk mencapai keadaan normal di kawasan itu
terletak pada tindakan Pakistan dalam perang melawan kelompok-kelompok
teroris," ungkapnya.
Ketegangan antara India dan
Pakistan meningkat setelah serangan 14 Februari di Pulwama oleh kelompok
teror yang berbasis di Pakistan, Jaish-e-Mohammed. Serangan bom bunuh
diri dengan mobil yang sarat bahan peledak itu menewaskan lebih dari 40
polisi paramiliter India.
Sebagai respons,
militer India membombardir fasilitas pelatihan Jaish-e-Mohammed di
Balakot, Pakistan, sekitar 80 km dari Garis Kontrol (LoC) Kashmir.
Pakistan menganggap serangan itu sebagai pelanggaran kedaulatan dan
membalas dengan menyerang posisi militer India di dekat perbatasan.
Aksi
saling serang itu mencapai puncaknya ketika jet-jet tempur kedua pihak
terlibat pertarungan udara atau dogfight pada hari Rabu. Militer
Pakistan mengklaim menembak jatuh dua jet tempur MiG-21 Bison yang salah
satunya diterbangkan pilot Abhinandan Varthaman. Namun, India hanya
mengaku kehilangan satu jet tempur.
Sebaliknya,
militer India mengklaim menembak jatuh jet tempur F-16 Pakistan dengan
pesawat tempur MiG-21 Bison. Sayangnya, Pakistan membantah telah
kehilangan jet tempur. Islamabad juga tidak mengakui maupun membantah
telah menggunakan jet tempur F-16 buatan Amerika Serikat dalam dogfight
dengan jet tempur New Delhi.
BEIJING
- Pemerintah China menegaskan sikapnya yang tidak akan pernah mengakui
India dan Pakistan sebagai negara bersenjata nuklir. Sikap yang sama
juga berlaku untuk sekutunya, Korea Utara.
"Saya ingin mengatakan
bahwa China tidak pernah mengakui India dan Pakistan sebagai
negara-negara yang memiliki senjata nuklir," kata juru bicara
Kementerian Luar Negeri Lu Kang dalam sebuah media briefing di Beijing, pada hari Jumat.
"Posisi
China dalam perjanjian tentang non-proliferasi senjata nuklir tetap
kokoh dan tidak berubah," katanya lagi, seperti dikutip India Today, Sabtu (2/3/2019).
Sikap
China itu, kata Lu Kang, mengacu pada Perjanjian Non-Proliferasi yang
tidak ditandatangani oleh India maupun Pakistan. China telah memblokir
masuknya India ke dalam Kelompok Pemasok Nuklir (NSG) yang beranggotakan
48 negara dengan alasan bahwa mereka belum menandatangani Perjanjian
Non-Proliferasi Nuklir. India telah secara resmi mengajukan keanggotaan
NSG pada Mei 2016.
Dalam reaksi pertamanya terhadap serangan
udara Angkatan Udara India (IAF) terhadap kamp teror Jaish-e-Mohammed di
Garis Kontrol (LoC) Kashmir, China mendesak India dan Pakistan untuk
menahan diri. China telah meminta New Delhi untuk memerangi terorisme
melalui kerja sama internasional.
Sementara itu, Prancis pada
hari Jumat memberikan dukungan penuh kepada India dalam perang melawan
terorisme dalam segala bentuknya. Paris juga menyambut baik pembebasan
pilot jet tempur India, Komandan Angkatan Udara Abhinandan Varthaman,
yang ditangkap militer Pakistan pada hari Rabu setelah jet tempur
MiG-21-nya ditembak jatuh.
"Saya menyambut pelonggaran ketegangan
antara India dan Pakistan serta pembebasan pilot Angkatan Udara India
yang ditahan di Pakistan," kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le
Drian. "Saya memuji pilihan kedua pemerintah untuk menahan diri dan
bertanggung jawab dan mendesak mereka untuk melanjutkan dialog
bilateral."
Le Drian mengatakan Prancis akan melakukan yang
terbaik untuk memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas
serangan 14 Februari di Pulwama dikenai sanksi. Jaish-e-Mohammed yang
berbasis di Pakistan telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan
yang menewaskan lebih dari 40 polisi paramiliter India itu.
Bersama
dengan Amerika Serikat dan Inggris, Prancis telah mengajukan proposal
baru di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memasukkan
pemimpin Jaish-e-Mohammed; Masood Azhar, ke dalam daftar hitam pelaku
terorisme. Tiga anggota tetap Dewan Keamanan PBB telah meminta komite
sanksi Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara untuk membuat
Azhar terkena embargo senjata, larangan perjalanan global, dan pembekuan
aset.
Prancis sendiri telah mengambil alih kepresidenan Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat.
NEW DELHI
- Perdana Menteri (PM) Narendra Modi memuji keberanian pilot Angkatan
Udara India (IAF) yang ditangkap militer Pakistan dan telah dibebaskan
lagi pada hari Jumat. PM Modi menyambut kepulangan pilot bernama
Abhinandan Varthaman tersebut.
Komandan Sayap Abhinandan
Varthaman, 35, ditangkap militer Islamabad setelah pesawat jet tempur
MiG-21 Bison yang dia terbangkan ke wilayah Kasmir Pakistan ditembak
jatuh. Pilot tersebut sempat dipukuli warga Pakistan di Kashmir hingga
wajahnya berlumuran darah sebelum akhirnya diamankan militer Islamabad.
Jet tempurnya ditembak jatuh pada hari Rabu lalu.
"Dunia
memperhatikan apa yang dilakukan India. India memiliki kekuatan untuk
mengubah arti kata-kata dalam kamus, Abhinandan dulu berarti selamat
datang. Dan sekarang makna bahasa Abhinandan akan berubah," kata PM Modi
di Delhi, Sabtu (2/3/2019), dikutip NDTV.
Kata-kata
pertamanya ketika dia berjalan menyeberang dari wilayah Pakistan
melalui perbatasan Attari-Wagah adalah; "Senang bisa kembali ke negara
saya."
Sebelumnya, PM Modi melalui Twitter pada Jumat malam
menyambut Komandan Sayap itu kembali ke India. "Selamat datang di rumah,
Komandan Sayap Abhinandan! Bangsa ini bangga dengan keberanianmu yang
patut dicontoh. Angkatan bersenjata kita adalah inspirasi bagi 130 crore India. Vande Mataram!," tulis PM Modi.
Pembebasan
pilot tempur India itu atas perintah PM Pakistan Imran Khan sebagai
langkah nyata Islamabad untuk perdamaian. PM Khan berupaya meredam
ketegangan Pakistan dan India yang sudah di ambang perang.
Konfrontasi
kedua negara pecah setelah serangan 14 Februari di Pulwama oleh
kelompok teror yang berbasis di Pakistan, Jaish-e-Mohammed. Serangan bom
bunuh diri dengan mobil yang sarat bahan peledak itu menewaskan lebih
dari 40 polisi paramiliter India.
Sebagai respons, militer India
membombardir fasilitas pelatihan Jaish-e-Mohammed di Balakot, Pakistan,
sekitar 80 km dari Garis Kontrol (LoC) Kashmir. Pakistan menganggap
serangan itu sebagai pelanggaran kedaulatan dan membalas dengan
menyerang posisi militer India di dekat perbatasan.
Aksi
saling serang itu mencapai puncaknya ketika jet-jet tempur kedua pihak
terlibat pertarungan udara atau dogfight pada hari Rabu. Militer
Pakistan mengklaim menembak jatuh dua jet tempur MiG-21 Bison yang salah
satunya diterbangkan pilot Abhinandan Varthaman. Namun, India hanya
mengaku kehilangan satu jet tempur.
Sebaliknya, militer India
mengklaim menembak jatuh jet tempur F-16 Pakistan dengan pesawat tempur
MiG-21 Bison. Sayangnya, Pakistan membantah telah kehilangan jet tempur.
Islamabad juga tidak mengakui maupun membantah telah menggunakan jet
tempur F-16 buatan Amerika Serikat dalam dogfight dengan jet tempur New
Delhi.
NEW DELHI
- Militer India telah membuktikan bahwa jet tempur MiG-21 miliknya
menembak jatuh jet tempur F-16 Pakistan. Insiden ini mengejutkan,
pesawat tempur buatan Amerika Serikat (AS) yang jauh lebih modern bisa
dijatuhkan jet tempur buatan Rusia yang sudah tua.
Sejauh ini,
militer Pakistan tetap menyangkal bahwa F-16 miliknya ditembak jatuh.
Namun, bukti yang disodorkan militer India cukup kuat termasuk puing
rudal AIM-120 Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile atau AIM-120
AMRAAM buatan Amerika Serikat yang memang menjadi senjata F-16.
Pakar militer Mikhail Khodarenok kepada Russia Today,
Jumat (1/3/2019), mengatakan jatuhnya F-16 oleh MiG-21—jika
dikonfirmasi militer Islamabad—maka sepenuhnya kesalahan pilot Pakistan,
bukan faktor pesawat tempurnya.
IAF
(Angkatan Udara India) mengonfirmasi bahwa salah satu dari pesawat
tempur MiG-21 miliknya menjatuhkan F-16 PAF (Angkatan Udara Pakistan)
pada hari Kamis, dua hari setelah Pakistan mengklaim menembak jatuh dua
jet tempur India ketika ketegangan terus meningkat antara dua kekuatan
nuklir tersebut di wilayah Kashmir yang disengketakan.
"Laporan
berita dari zona pertempuran sering mengandung ketidakakuratan atau
disinformasi yang disengaja, tetapi itu tidak berarti bahwa MiG-21 tidak
dapat mencapai F-16, meskipun kedua pesawat itu sepenuhnya dari
generasi yang berbeda," kata Khodarenok, yang merupakan pensiunan
kolonel yang pernah bertugas di pasukan pertahanan rudal Rusia.
MiG-21
adalah pesawat jet tempur dan pencegat supersonik generasi ketiga, yang
diperkenalkan ke militer Soviet pada tahun 1959. Sedangkan F-16 adalah
pesawat tempur multirole supersonik generasi keempat, yang memasuki
layanan Angkatan Udara AS hampir dua dekade kemudian .
Jelas,
F-16 memiliki karakteristik yang jauh lebih maju, termasuk radius tempur
547 km, dibandingkan dengan MiG-21 yang memiliki radius tempur 370 km.
Namun,
Khodarenok menjelaskan bahwa MiG-21 Bison yang digunakan oleh Angkatan
Udara India adalah versi pesawat yang sebagian besar dimodernisasi.
"Sistem
radar 'Spears' memungkinkan pelacakan pesawat musuh yang masuk pada
jarak hingga 57 kilometer di depan dan hingga 30 kilometer di belakang.
Ia dapat melacak delapan target pada saat bersamaan, dengan pencarian
cepat dan penangkapan otomatis terhadap target yang diamati secara
visual dalam mode pertempuran jarak dekat, yang diakhiri dengan
penggunaan peluru kendali atau pun meriam," katanya.
MiG-21
Bison memiliki rudal jarak jauh R-77 sebagai bagian dari arsenalnya.
"Jadi MiG-21 bisa menembak jatuh F-16 dengan baik. Dan bisa melakukannya
dengan mudah," kata Khodarenok. “Selain itu, pesawat terbaik adalah
yang memiliki pilot terbaik di dalam," imbuh dia.
Kemarin,
komandan Angkatan Darat, Angkatan Udara dan Angkatan Laut bersama-sama
berbicara di konferensi pers dan mengungkapkan kebohongan Pakistan bahwa
militer Islamabad tidak melibatkan F-16 dalam serangan balasan mereka
yang menargetkan instalasi militer India pada hari Rabu. "Ada cukup
bukti untuk menunjukkan F-16 digunakan dalam misi ini dan Pakistan
berusaha menyembunyikan fakta ini," kata wakil komandan IAF, Marsekal
Udara RGK Kapoor.
NEW DELHI - Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan tentara India menyatakan mereka dalam siaga tinggi dan siap untuk mengalahkan ancaman lebih lanjut dari Pakistan.
Pernyataan itu meluncur setelah mereka mengumumkan bahwa sebuah pesawat
tempur Pakistan yang jatuh pada Rabu lalu telah menargetkan
lokasi-lokasi militer.
Militer India memberikan tanggapan mereka tentang jatuhnya pesawat perang Pakistan di wilayah udara pada hari Kamis.
Mayor
Jenderal Surinder Singh Mahal mengatakan, jet itu menjatuhkan bom yang
menghantam situs militer India, tetapi tidak menyebabkan kerusakan
signifikan.
“Faktanya
adalah bahwa Pakistan menargetkan instalasi militer tetapi kami
menggagalkan rencana mereka. Bom tidak dapat menyebabkan kerusakan yang
signifikan karena tindakan IAF cepat," kata Mahal seperi dilansir dari Russia Today, Jumat (1/3/2019).
Sebagai tanggapan, sistem persenjataan negara telah disiapkan dan pasukan mekanis ditempatkan dalam kondisi siaga.
"Kami sepenuhnya siap untuk menanggapi provokasi apa pun," tegasnya.
Dalam
pernyataan lebih lanjut, Laksamana Muda DS Gujral meyakinkan tanggapan
tegas, cepat dan kuat oleh Angkatan Laut India, yang telah "dikerahkan
dalam kondisi kesiapan yang tinggi dan tetap siap dalam tiga dimensi, di
darat, laut dan di udara.
Sementara terkait pernyataan bahwa
Pakistan telah setuju untuk membebaskan seorang pilot India yang
ditangkap setelah ditembak jatuh di wilayah udara Pakistan hari Rabu
lalu, Wakil Udara Marsekal R.G.K. Kapoor menolak klaim Islamabad bahwa
itu adalah isyarat perdamaian.
"Kami melihatnya sebagai isyarat yang sejalan dengan Konvensi Jenewa," ujarnya.
Menyusul
serangan bom mobil yang mematikan yang menewaskan puluhan tentara India
pada awal bulan, New Delhi melancarkan serangan udara terhadap wilayah
yang diduga sebagai kamp teroris di Pakistan meskipun ada tentangan dari
Islamabad.
Keesokan harinya, kedua negara bersenjata nuklir itu
bertukar serangan dalam pertempuran udara sementara baku tembak mulai
terjadi di sepanjang perbatasan Kashmir yang disengketakan.
Angkatan
Udara India mengatakan akan terus menargetkan kamp-kamp teroris di
Pakistan, mempertahankan tudingan New Delhi bahwa Islamabad mensponsori
kelompok-kelompok teroris.
NEW DELHI - Para pejabat militer India mengatakan mereka menyambut baik rencana Pakistan
untuk mengembalikan pilot yang ditangkap. Meski begitu mereka menolak
mengkonfirmasi akan mengurangi konflik antara kedua negara.
Pilot
India, yang diidentifikasi sebagai Komandan Wing Abhinandan, menjadi
wajah manusia dari gejolak di atas wilayah yang diperebutkan Kashmir
setelah videonya dirilis, menunjukkan dia ditangkap dan kemudian
ditahan.
"Kami senang pilot kami dilepaskan," kata Wakil Marsekal
Udara RGK Kapoor, pada konferensi pers bersama tiga angkatan bersenjata
India, Kamis malam waktu setempat.
Namun
dia tidak menjawab saat wartawan bertanya apakah India menganggap
kembalinya Abhinandan akan meredakan eskalasi konflik seperti dilansir
dari Reuters, Jumat (1/3/2019).
Sebelumnya, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan pihaknya akan membebaskan pilot India yang ditahan.
"Sebagai
isyarat damai kami akan membebaskannya besok," kata Khan kepada
parlemen Pakistan, Kamis sore. Anggota parlemen Pakistan pun memukul
meja mereka sebagai tanggapan.
Amerika
Serikat (AS), China, Uni Eropa dan negara-negara lain mendesak kedua
negara menahan diri, karena ketegangan meningkat setelah pemboman mobil
bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 40 polisi paramiliter India di
Kashmir yang dikuasai India pada 14 Februari lalu.
Pada
hari Selasa, India mengatakan pihaknya menghantam sebuah kamp pelatihan
untuk kelompok militan yang berbasis di Pakistan yang mengaku
bertanggung jawab atas serangan bunuh diri di Kashmir, dan sumber senior
pemerintah mengatakan kepada wartawan bahwa 300 gerilyawan telah
terbunuh.
Pakistan
membantahnya, mengatakan serangan itu gagal dan tidak ada yang tewas,
dengan mengatakan bom dijatuhkan di lereng bukit yang sebagian besar
kosong. Pakistan juga membantah ada kamp militan di daerah itu. Penduduk
setempat mengatakan mereka tidak melihat tanda-tanda korban besar atau
kerusakan signifikan, dengan hanya satu orang yang diketahui terluka
oleh serangan itu.
Ditanya
tentang kerusakan yang disebabkan oleh pesawat tempur India dalam
serangan udara Selasa, Kapoor mengatakan masih terlalu dini untuk
memberikan rincian tentang korban. Tetapi mereka mengatakan mereka
memiliki bukti "kredibel" tentang kerusakan yang ditimbulkan oleh
serangan udara di kamp.
"Apa pun yang kami ingin hancurkan, kami lakukan," katanya.
Wilayah
Himalaya yang berpenduduk mayoritas Muslim telah menjadi pusat
permusuhan selama lebih dari 70 tahun, sejak pemisahan koloni Inggris di
India menjadi negara-negara yang terpisah dari Pakistan Muslim dan
mayoritas Hindu India.
Wilayah ini terbagi antara India, yang
memerintah Lembah Kashmir dan wilayah yang didominasi Hindu di sekitar
kota Jammu, dengan Pakistan, yang mengendalikan irisan wilayah di barat,
dan China, yang memiliki daerah dataran tinggi berpenduduk sedikit di
utara.
NEW DELHI
- Militer New Delhi mengatakan pesawat jet tempur F-16 Viper Pakistan
menembak jatuh jet tempur MiG-21 Bison India dengan peluru kendali
(rudal) buatan Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, media-media lokal
melaporkan militer New Delhi menggunakan bom-bom pintar buatan Israel
untuk menyerang wilayah Kahsmir Pakistan.
Angkatan Udara India
(IAF) menunjukkan puing-puing rudal buatan AS sebagai bukti meyakinkan
bahwa jet tempur Pakistan menyerang pangkalan militer India. Pakistan
sebelumnya membantah mengirim pesawat tempurnya.
Wakil Komandan
IAF Marsekal Udara R.G.K. Kapoor mempresentasikan potongan rudal buatan
AS yang digunakan Pakistan pada konferensi pers bersama, Kamis
(28/2/2019). Rudal yang dimaksud adalah AIM-120 Advanced Medium-Range
Air-to-Air Missile atau AIM-120 AMRAAM.
Misil
AMRAAM itulah yang menjatuhkan sebuah jet tempur MiG-21 Bison India dan
menyebabkan seorang pilotnya tertangkap setelah menyelamatkan diri dari
pesawat yang jatuh. Militer Islamabad sebelumnya mengklaim menjatuhkan
dua jet tempur militer New Delhi.
Pakistan mengatakan pihaknya
berencana untuk melepaskan pilot India yang ditangkap, Komandan Sayap
Abhinandan Varthaman sebagai isyarat niat baik pada Jumat (1/3/2019).
Pakistan tetap menyangkal F-16 terlibat dalam serangan rudal yang
menjatuhkan MiG-21 Bison India. Laporan lain mengutip sumber keamanan
Islamabad, JF-17 Thunder sebenarnya yang bertanggung jawab atas
penembakan jet tempur India.
“Pakistan mengklaim mereka tidak
menggunakan F-16. Ada cukup bukti melalui tanda tangan elektronik bahwa
F-16 digunakan," kata Kapoor pada konferensi pers, dikutip The Drive.
"Sebagian dari rudal udara-ke-udara AMRAAM, yang hanya dibawa oleh F-16
PAF (Angkatan Udara Pakistan) ditemukan timur Rajouri, wilayah India
(di Jammu dan Kashmir)."
Sekadar diketahui, militer Islamabad
memiliki armada sekitar 76 unit F-16, yang merupakan campuran dari A/B
Air Defense Fighter (ADF), AM/BM Mid-Life Update (MLU), dan Block 52
model C/D. Ini termasuk jet yang diperoleh langsung dari Amerika Serikat
dan dari sumber barang bekas.
Nomor kontrak pada fragmen rudal
yang ditunjukkan militer India juga menunjukkan bukti yang kuat. Kontrak
itu sebenarnya merupakan kesepakatan Penjualan Militer Luar Negeri AS
yang lebih besar yang melibatkan pengiriman ke Pakistan.
Kapoor
mengatakan bahwa radar India telah mengidentifikasi paket serangan besar
yang terdiri dari Pakistan F-16 dan JF-17 Thunders menuju Garis Kontrol
(LoC), yang memisahkan pasukan India dan Pakistan di Jammu dan Kashmir,
pada 27 Februari 2019.
Pasukan
Pakistan kemungkinan juga menggunakan pesawat Mirage 3 atau Mirage 5
yang lebih tua. Kapoor tidak mengatakan apakah radar India yang telah
mengidentifikasi tanda tangan para F-16 Viper atau apakah ada sistem
intelijen elektronik lain yang terlibat.
Jet tempur India
Su-30MKI, MiG-21, dan Mirage 2000 kemudian dikerahkan untuk intersepsi.
Laporan terpisah, yang belum dikonfirmasi dari sumber anonim, mengatakan
bahwa Komandan Sayap Varthaman mengejar sebuah F-16 Pakistan dengan
MiG-21 Bison-nya dan menembak jatuh dengan rudal udara-ke-udara R-73
buatan Rusia.
"Faktanya adalah bahwa unit-unit Angkatan Darat
India melaporkan melihat dua parasut jatuh di PoK (Kashmir yang diduduki
Pakistan) yang terdiri dari dua pilot F-16 yang ditembak jatuh oleh
MiG-21 Bison IAF," ujar Kapoor. Jika benar, lanjut dia, itu akan
menunjukkan bahwa pesawat yang dimaksud adalah salah satu dari model
F-16B atau D dua kursi Pakistan. India secara konsisten mengklaim hanya
menembak satu pesawat tempur Pakistan.