DAMASKUS
- Rezim Suriah menolak laporan badan pengawasn senjata kimia dunia yang
mengkonfirmasi digunakannya klorin dalam serangan di kota Douma pada
April 2018 lalu.
Organisasi Pelarangan Senjata Kimia, OPCW, Jumat lalu mengatakan Jumat ada alasan masuk akal untuk mempercayai bahan kimia beracun yang mengandung "klor reaktif" telah digunakan dalam serangan itu. Menurut saksi mata serangan itu menewaskan 43 orang.
Organisasi Pelarangan Senjata Kimia, OPCW, Jumat lalu mengatakan Jumat ada alasan masuk akal untuk mempercayai bahan kimia beracun yang mengandung "klor reaktif" telah digunakan dalam serangan itu. Menurut saksi mata serangan itu menewaskan 43 orang.
Dikatakan
dua silinder yang kemungkinan berisi bahan kimia itu telah menghantam
blok perumahan di Douma, yang saat itu dikuasai oleh kelompok
pemberontak.
Meski begitu, OPCW tidak memiliki mandat untuk menyebutkan pihak yang bertanggung jawab atas serangan itu. Namun sejumlah negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) menyalahkan pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad. Sebagai tanggapan trio AS, Inggris dan Prancis melancarkan serangan udara pada instalasi militer rezim Damaskua.
Seorang juru bicara kementerian luar negeri Suriah mengatakan bahwa pemerintah menolak temuan OPCW secara keseluruhan. Pejabat itu meminta negara-negara anggota OPCW untuk mengecam laporan palsu semacam itu, yang kurang kredibilitas, menuduh OPCW bias dan tidak obyektif, seperti dilaporkan kantor berita negara SANA.
Meski begitu, OPCW tidak memiliki mandat untuk menyebutkan pihak yang bertanggung jawab atas serangan itu. Namun sejumlah negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) menyalahkan pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad. Sebagai tanggapan trio AS, Inggris dan Prancis melancarkan serangan udara pada instalasi militer rezim Damaskua.
Seorang juru bicara kementerian luar negeri Suriah mengatakan bahwa pemerintah menolak temuan OPCW secara keseluruhan. Pejabat itu meminta negara-negara anggota OPCW untuk mengecam laporan palsu semacam itu, yang kurang kredibilitas, menuduh OPCW bias dan tidak obyektif, seperti dilaporkan kantor berita negara SANA.
Ini adalah tanggapan resmi pertama terhadap laporan OPCW.
Laporan tersebut didasarkan pada kunjungan inspektur OPCW ke Douma. Tim mengambil lebih dari 100 sampel dari tujuh lokasi di kota itu, yang telah ditolak oleh rezim selama beberapa minggu.
OPCW mengatakan pihaknya mencapai kesimpulan berdasarkan pada kesaksian saksi, hasil analisis sampel lingkungan dan biomedis, analisis toksikologis dan balistik dari para ahli.
Laporan tersebut didasarkan pada kunjungan inspektur OPCW ke Douma. Tim mengambil lebih dari 100 sampel dari tujuh lokasi di kota itu, yang telah ditolak oleh rezim selama beberapa minggu.
OPCW mengatakan pihaknya mencapai kesimpulan berdasarkan pada kesaksian saksi, hasil analisis sampel lingkungan dan biomedis, analisis toksikologis dan balistik dari para ahli.
Laporan itu juga membantah klaim pemerintah Suriah bahwa gas itu berasal dari fasilitas dan gudang senjata kimia milik pemberontak di daerah itu.
"Dari analisis informasi yang dikumpulkan selama kunjungan di lokasi ke gudang dan fasilitas yang diduga memproduksi senjata kimia, tidak ada indikasi salah satu fasilitas yang terlibat dalam pembuatan zat kimia," bunyi laporan itu.
Juru bicara kementerian luar negeri yang dikutip oleh SANA mengatakan para penyelidik memalsukan informasi.
"Ini dibuktikan dengan penolakan mereka bahwa kelompok-kelompok teroris bersenjata memiliki bahan kimia beracun meskipun mereka menemukan bahan kimia semacam itu di gudang-gudang milik pemberontak," ujarnya yang disitir Frace24, Jumat (8/3/2019).
OPCW telah menyelidiki beberapa serangan kimia selama perang saudara Suriah selama delapan tahun, dan sebelumnya telah mengkonfirmasi penggunaan klorin, mustard belerang, dan sarin sebagai senjata kimia dalam sejumlah insiden lain.
Organisasi itu sebelumnya tidak memiliki mandat untuk menetapkan tanggung jawab atas serangan, tetapi sejak itu telah diberikan wewenang untuk menyelidiki tanggung jawab atas semua serangan kimia di Suriah kembali ke 2014.
Perang multi-front Suriah telah menewaskan lebih dari 360 ribu orang sejak dimulai pada tahun 2011 dengan rezim Presiden Bashar al-Assad menumpas protes.
Credit sindonews.com