Kamis, 17 Januari 2019

Hasil Survei: Sepertiga Karyawati PBB Alami Pelecehan Seksual


Hasil Survei: Sepertiga Karyawati PBB Alami Pelecehan Seksual
Ilustrasi Gedung Perserikatan Bangsa-bangsa. (Istockphoto/Mizoula)


Jakarta, CB -- Setidaknya sepertiga pegawai perempuan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengaku pernah mengalami pelecehan seksual ketika bekerja di sana dalam dua tahun terakhir. Hal tersebut terungkap dalam hasil survei pelanggaran pertama yang dilakukan PBB, pada Selasa (15/1).

Mengutip AFP pada Rabu (16/1), sebanyak satu dari tiga responden atau 33 persen dari hasil survei mengaku setidaknya pernah mengalami satu kasus pelecehan seksual dalam dua tahun terakhir. Di luar tenggat waktu dua tahun, angka responden yang mengaku mengalami bentuk pelecehan seksual selama mereka bekerja di PBB naik menjadi 38,7 persen.


Jenis pelecehan yang paling umum adalah lelucon atau cerita cabul yang menyinggung serta ucapan ofensif tentang penampilan, tubuh atau aktivitas seksual.

Menurut survei, dua dari tiga pelaku pelecehan adalah laki-laki, di mana satu dari empat pelaku pelecehan adalah manajer, dan satu dari 10 pelaku dengan jabatan pemimpin senior.


Kendati demikian survei ini memiliki tingkat responden yang cukup rendah, yakni 17 persen, dengan 30.364 responden menjawab dengan identitas yang dirahasiakan secara daring.


Menanggapi survei ini, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan bukti statistik dalam penelitian ini menjadi acuan tentang apa yang perlu diubah untuk memperbaiki kinerja PBB.

Guterres juga menambahkan hasil survei tentang pelecehan seksual di PBB sebenarnya masih sebanding dengan organisasi lain. Namun, Guterres menyatakan PBB harus menetapkan standar yang tinggi. Ia berjanji akan menegakkan kebijakan tanpa toleransi untuk pelecehan seksual.

Pada Februari 2018 lalu, PBB menyediakan layanan bantuan 24 jam bagi karyawati untuk melaporkan pelecehan seksual. Melalui layanan ini, PBB menugaskan penyidik untuk menuntaskan setiap keluhan.


Bulan lalu, kepala badan UNAIDS, Michael Sidibe, mengundurkan diri setelah dituding tak tegas menyelesaikan sejumlah kasus pelecehan di badan PBB, termasuk pelecehan seksual.




Credit  cnnindonesia.com