CB.CO, Jakarta - Unjuk rasa
terburuk dalam satu dekade pecah di sejumlah kota di Prancis yang
dilakukan oleh kelompok rompi kuning. Siapa saja anggota kelompok rompi
kuning dan mengapa mereka melakukan kekerasan saat berunjuk rasa?
Menurut NPR, 3 Desember 2018, kelompok rompi kuning beranggotakan orang-orang yang tinggal di pinggiran kota. Dalam unjuk rasa mereka melebur bersama kelompok kelas menengah dan kelas pekerja Prancis yang menyampaikan frustasi mereka mengenai standar hidup mereka yang menurun.
Mereka mengatakan pendapatan mereka tak mampu menjangkau kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Tidak ada pemimpin resmi dalam gerakan ini dan unjuk rasa ini diorganisasi mealui grup media sosial.
Para pengunjuk rasa fokus pada presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap sebagai sumber masalah mereka. Penyebabnya, Macron baru-baru ini melakukan reformasi untuk memperlemah peraturan-peraturan perburuhan dan memangkas pajak barang mewah, dan memberlakukan pajak pada BBM sehingga menaikkan harga BBM. Mereka menyebut Macron sebagai presiden kaum kaya raya Prancis.
Unjuk rasa di ibu kota Paris, Prancis, memprotes kenaikan pajak bahan bakar minyak berakhir rusuh pada Sabtu, 1 Desember 2018, waktu setempat. Press Tv
Para pengunjuk rasa kemudian menuntut pencabutan pajak hijau pada BBM jenis diesel. Yang lain menuntut peningkatan upah minimum kerja yang saat ini sekitar US$ 1,350 setelah potong pajak.
Mereka juga menuntut pembubaran parlemen dan mengadakan pemilu. Para pengunjuk rasa bahkan menuntut Macron mundur.
Awalnya, para pengunjuk rasa ini naik sepeda motor dari rumah mereka menuju lokasi protes. Sesuai peraturan berlalu lintas di Prancis, setiap pengendara sepeda motor wajib mengenakan rompi keselamatan yang berwarna kuning.
Mereka dengan mengenakan rompi kuning melakukan unjuk rasa memenuhi jalan-jalan di sejumlah kota di Prancis. Sekarnag, siapa saja yang ikut berunjuk rasa memilih untuk mengenakan rompi kuning tanpa peduli apakah mereka pengendara sepeda motor atau tidak.
Aksi unjuk rasa kelompok rompi hijau dirusak oleh tindakan merusak bahkan membakar gedung sekolah, dan melukai hingga menewaskan sedikitnya 3 orang. Prancis menyebut unjuk rasa ini terburuk dalam satu dekade terakhir.
Emmanuel Macron dan istrinya disambut "rompi kuning".[Screenshot Youtube / G20 ORG via RT.com]
Dari hasil survei Harrris Interactive untuk media Prancis pada hari Minggu lalu, unjuk rasa kelompok rompi kuning mendapat dukungan 72 persen dari warga Prancis. Namun, 85 persen peserta survei menolak tindak kekerasan dalam aksi rompi kuning.
Presiden Macron sepulang dari KTT G20 di Argentina mengecam aksi kekerasan dalam unjuk rasa di sejumlah kota di Prancis. Dia menuntut pertanggungjawaban hukum akibat kerusuhan oleh kelompok rompi kuning.
Unjuk rasa kelompok rompi kuning ini berakhir setelah pemerintah Prancis menunda kenaikan harga BBM. Pemerintah juga menempatkan jaminan keamanan warga Prancis dalam prioritas utama mereka. Unjuk rasa ini merupakan krisis politik terbesar yang dihadapi Macron dan menentukan akhir dari pemerintahannya yang sudah berusia 18 bulan.
Menurut NPR, 3 Desember 2018, kelompok rompi kuning beranggotakan orang-orang yang tinggal di pinggiran kota. Dalam unjuk rasa mereka melebur bersama kelompok kelas menengah dan kelas pekerja Prancis yang menyampaikan frustasi mereka mengenai standar hidup mereka yang menurun.
Mereka mengatakan pendapatan mereka tak mampu menjangkau kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Para pengunjuk rasa fokus pada presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap sebagai sumber masalah mereka. Penyebabnya, Macron baru-baru ini melakukan reformasi untuk memperlemah peraturan-peraturan perburuhan dan memangkas pajak barang mewah, dan memberlakukan pajak pada BBM sehingga menaikkan harga BBM. Mereka menyebut Macron sebagai presiden kaum kaya raya Prancis.
Unjuk rasa di ibu kota Paris, Prancis, memprotes kenaikan pajak bahan bakar minyak berakhir rusuh pada Sabtu, 1 Desember 2018, waktu setempat. Press Tv
Para pengunjuk rasa kemudian menuntut pencabutan pajak hijau pada BBM jenis diesel. Yang lain menuntut peningkatan upah minimum kerja yang saat ini sekitar US$ 1,350 setelah potong pajak.
Mereka juga menuntut pembubaran parlemen dan mengadakan pemilu. Para pengunjuk rasa bahkan menuntut Macron mundur.
Awalnya, para pengunjuk rasa ini naik sepeda motor dari rumah mereka menuju lokasi protes. Sesuai peraturan berlalu lintas di Prancis, setiap pengendara sepeda motor wajib mengenakan rompi keselamatan yang berwarna kuning.
Mereka dengan mengenakan rompi kuning melakukan unjuk rasa memenuhi jalan-jalan di sejumlah kota di Prancis. Sekarnag, siapa saja yang ikut berunjuk rasa memilih untuk mengenakan rompi kuning tanpa peduli apakah mereka pengendara sepeda motor atau tidak.
Aksi unjuk rasa kelompok rompi hijau dirusak oleh tindakan merusak bahkan membakar gedung sekolah, dan melukai hingga menewaskan sedikitnya 3 orang. Prancis menyebut unjuk rasa ini terburuk dalam satu dekade terakhir.
Emmanuel Macron dan istrinya disambut "rompi kuning".[Screenshot Youtube / G20 ORG via RT.com]
Dari hasil survei Harrris Interactive untuk media Prancis pada hari Minggu lalu, unjuk rasa kelompok rompi kuning mendapat dukungan 72 persen dari warga Prancis. Namun, 85 persen peserta survei menolak tindak kekerasan dalam aksi rompi kuning.
Presiden Macron sepulang dari KTT G20 di Argentina mengecam aksi kekerasan dalam unjuk rasa di sejumlah kota di Prancis. Dia menuntut pertanggungjawaban hukum akibat kerusuhan oleh kelompok rompi kuning.
Unjuk rasa kelompok rompi kuning ini berakhir setelah pemerintah Prancis menunda kenaikan harga BBM. Pemerintah juga menempatkan jaminan keamanan warga Prancis dalam prioritas utama mereka. Unjuk rasa ini merupakan krisis politik terbesar yang dihadapi Macron dan menentukan akhir dari pemerintahannya yang sudah berusia 18 bulan.
Credit tempo.co