WASHINGTON - CIA (Central Intelligence Agency)
Amerika Serikat (AS) dilaporkan dilanda kepanikan pada Juli lalu ketika
Presiden Donald Trump bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di
Helsinki.
Dalam pertemuan itu, Trump menolak menyalahkan Putin atas dugaan Rusia ikut campur dalam pemilu AS tahun 2016. Pejabat intelijen Amerika yang berbicara dengan Washington Post mengatakan CIA masuk ke "panic mode" ketika pemimpin Amerika justru membela pemimpin Kremlin.
Dalam pertemuan itu, Trump menolak menyalahkan Putin atas dugaan Rusia ikut campur dalam pemilu AS tahun 2016. Pejabat intelijen Amerika yang berbicara dengan Washington Post mengatakan CIA masuk ke "panic mode" ketika pemimpin Amerika justru membela pemimpin Kremlin.
"Ada
embusan nafas di antara mereka yang menonton di CIA," kata pejabat itu
yang berbicara dalam kondisi anonim. "Anda benar-benar memiliki
orang-orang dalam 'panic mode' saat menontonnya di Langley. Di semua lantai. Hanya shock saja," ujarnya, yang dilansir Kamis (13/12/2018) malam.
CIA dan Gedung Putih belum mengomentari laporan tersebut.
Dalam pertemuannya dengan Putin di Helsinki, Trump mengatakan bahwa dia memiliki kepercayaan diri yang besar pada komunitas intelijen AS. Trump melanjutkan bahwa dia tidak melihat alasan mengapa Rusia akan ikut campur dalam proses pemilu Amerika Serikat.
“Dia (Putin) baru saja mengatakan itu bukan Rusia. Saya tidak melihat alasan apa pun untuk itu, tetapi saya benar-benar ingin melihat server. Saya memiliki kepercayaan besar pada orang-orang intelijen saya, tetapi saya akan memberitahu Anda bahwa Presiden Putin sangat kuat dan kuat dalam penyangkalannya hari ini," katanya.
Tetapi pada hari berikutnya, Trump membuat menarik ucapannya. Dia mengaku menolak Putin atas campur tangan Rusia dalam pemilu AS.
Pemimpin Gedung Putih itu lantas mengklaim bahwa dia sudah menerima kesimpulan intelijen AS yang menyatakan Moskow diduga kuat berusaha untuk memengaruhi hasil pemilu AS tahun 2016.
Trump mengaku salah ucap saat membuat pernyataan bersama Putin di Helsinki. “Kalimat itu seharusnya: 'Saya tidak melihat alasan mengapa saya tidak akan--atau mengapa itu bukan Rusia'," ujar Trump.
CIA dan Gedung Putih belum mengomentari laporan tersebut.
Dalam pertemuannya dengan Putin di Helsinki, Trump mengatakan bahwa dia memiliki kepercayaan diri yang besar pada komunitas intelijen AS. Trump melanjutkan bahwa dia tidak melihat alasan mengapa Rusia akan ikut campur dalam proses pemilu Amerika Serikat.
“Dia (Putin) baru saja mengatakan itu bukan Rusia. Saya tidak melihat alasan apa pun untuk itu, tetapi saya benar-benar ingin melihat server. Saya memiliki kepercayaan besar pada orang-orang intelijen saya, tetapi saya akan memberitahu Anda bahwa Presiden Putin sangat kuat dan kuat dalam penyangkalannya hari ini," katanya.
Tetapi pada hari berikutnya, Trump membuat menarik ucapannya. Dia mengaku menolak Putin atas campur tangan Rusia dalam pemilu AS.
Pemimpin Gedung Putih itu lantas mengklaim bahwa dia sudah menerima kesimpulan intelijen AS yang menyatakan Moskow diduga kuat berusaha untuk memengaruhi hasil pemilu AS tahun 2016.
Trump mengaku salah ucap saat membuat pernyataan bersama Putin di Helsinki. “Kalimat itu seharusnya: 'Saya tidak melihat alasan mengapa saya tidak akan--atau mengapa itu bukan Rusia'," ujar Trump.
Administrasi Trump telah secara konsisten membantah adanya kolusi dengan Kremlin selama kampanye pemilu.
Moskow juga mengecam tuduhan ikut campur dalam pemungutan suara pemilu AS tahun 2016. Menurut Moskow tuduhan itu tidak berdasar dan tidak ada bukti yang membenarkan tuduhan tersebut.
Selama pers bersama di Helsinki, Presiden Putin menegaskan bahwa Rusia tidak pernah mengganggu dan tidak akan ikut campur dalam urusan internal AS, termasuk dalam proses pemilu.
Moskow juga mengecam tuduhan ikut campur dalam pemungutan suara pemilu AS tahun 2016. Menurut Moskow tuduhan itu tidak berdasar dan tidak ada bukti yang membenarkan tuduhan tersebut.
Selama pers bersama di Helsinki, Presiden Putin menegaskan bahwa Rusia tidak pernah mengganggu dan tidak akan ikut campur dalam urusan internal AS, termasuk dalam proses pemilu.
Credit sindonews.com