CB, Washington – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump,
kembali menyuarakan dukungannya untuk menarik pasukan AS dari Suriah.
Ini merupakan pernyataan publiknya yang kedua setelah pernyataan sama
diucapkan Trump pada pidato di Ohio pada pekan lalu.
“Saya ingin keluar. Saya ingin membawa pasukan kami pulang,” kata Trump pada saat jumpa pers bersama para pemimpin Latvia, Lithuania, dan Estonia seperti dilansir media Politico, Selasa, 3 April 2018.
Pada pernyataan serupa pada pekan lalu di Ohio, seperti dilansir Russia Today, Trump mengatakan operasi militer di Timur Tengah menghabiskan banyak biaya. Dia menghitung totalnya mencapai sekitar US$7 triliun atau sekitar Rp96 ribu triliun selama beberapa tahun terakhir.
Setelah tujuh tahun perang sipil Suriah, ibukota Damaskus, dari sisi politik dan keamanan relatif aman. Sumber: Muhammad Ramdhan/PWNI Kemenlu
Lewat cuitannya di akun @realdonaldtrump, Trump juga mengutip rencananya untuk menggunakan uang ini pada proyek perbaikan infrastruktur AS, yang menurutnya mengalami banyak kerusakan di berbagai daerah.
“Terkadang, sudah saatnya untuk pulang. Dan kami memikirkan ini dengan sangat serius,” kata dia masih dalam jumpa pers tadi.
Trump mengatakan tujuan utama pasukan AS di Suriah adalah untuk mengalahkan ISIS. Karena tujuan in nyaris selesai, maka status pasukan di wilayah ini bakal segera di putuskan.
Sikap Trump ini berbeda dengan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson, yang baru saja diberhentikan, dan Menteri Pertahanan, James Mattis, yang menyuarakan penempatan pasukan permanen di wilayah itu. Mereka ingin AS terlibat dalam pergantian rezim di Suriah, yang menurut keduanya adalah rezim tiran dan melanggar hukum.
Setelah tujuh tahun perang sipil Suriah, ibukota Damaskus, dari sisi politik dan keamanan relatif aman. Sumber: Muhammad Ramdhan/PWNI Kemenlu
Pejabat Kementerian Luar Negeri, Brett McGurck, mengatakan,”Kita berada di Suriah untuk mengalahkan ISIS. Itu misi kita. Misi kita belum kelar. Kita harus menyelesaikan misi ini.”
Menurut Trump, jika pasukan masih ada di Suriah, seperti juga diminta Arab Saudi, maka biaya besar harus ditanggung negar itu. “Mungkin kamu juga harus membayar biayanya,” kata Trump.
“Saya ingin keluar. Saya ingin membawa pasukan kami pulang,” kata Trump pada saat jumpa pers bersama para pemimpin Latvia, Lithuania, dan Estonia seperti dilansir media Politico, Selasa, 3 April 2018.
Pada pernyataan serupa pada pekan lalu di Ohio, seperti dilansir Russia Today, Trump mengatakan operasi militer di Timur Tengah menghabiskan banyak biaya. Dia menghitung totalnya mencapai sekitar US$7 triliun atau sekitar Rp96 ribu triliun selama beberapa tahun terakhir.
Setelah tujuh tahun perang sipil Suriah, ibukota Damaskus, dari sisi politik dan keamanan relatif aman. Sumber: Muhammad Ramdhan/PWNI Kemenlu
Lewat cuitannya di akun @realdonaldtrump, Trump juga mengutip rencananya untuk menggunakan uang ini pada proyek perbaikan infrastruktur AS, yang menurutnya mengalami banyak kerusakan di berbagai daerah.
“Terkadang, sudah saatnya untuk pulang. Dan kami memikirkan ini dengan sangat serius,” kata dia masih dalam jumpa pers tadi.
Trump mengatakan tujuan utama pasukan AS di Suriah adalah untuk mengalahkan ISIS. Karena tujuan in nyaris selesai, maka status pasukan di wilayah ini bakal segera di putuskan.
Sikap Trump ini berbeda dengan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson, yang baru saja diberhentikan, dan Menteri Pertahanan, James Mattis, yang menyuarakan penempatan pasukan permanen di wilayah itu. Mereka ingin AS terlibat dalam pergantian rezim di Suriah, yang menurut keduanya adalah rezim tiran dan melanggar hukum.
Setelah tujuh tahun perang sipil Suriah, ibukota Damaskus, dari sisi politik dan keamanan relatif aman. Sumber: Muhammad Ramdhan/PWNI Kemenlu
Pejabat Kementerian Luar Negeri, Brett McGurck, mengatakan,”Kita berada di Suriah untuk mengalahkan ISIS. Itu misi kita. Misi kita belum kelar. Kita harus menyelesaikan misi ini.”
Menurut Trump, jika pasukan masih ada di Suriah, seperti juga diminta Arab Saudi, maka biaya besar harus ditanggung negar itu. “Mungkin kamu juga harus membayar biayanya,” kata Trump.
Credit TEMPO.CO