Kamis, 12 April 2018

Sama saja bunuh diri jika Trump berani pecat Mueller




Sama saja bunuh diri jika Trump berani pecat Mueller

Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (REUTERS/Carlos Barria)



Washington (CB) - Ketua Komisi Kehakiman Senat Charles Grassley menyatakan Presiden Donald Trump sama saja melakukan bunuh diri politik jika berani memecat pengacara khusus Robert Mueller.

Bukan itu saja Grassley yang berasal dari Partai Republik menginginkan segera dilakukan pemungutan suara untuk rancangan undang-undang yang melindungi Mueller dari dipecat Trump.

Hari ini, Ketua DPR yang juga dari Partai Republik, Paul Ryan, menjamin Presiden Trump tidak akan memecat Mueller yang tengah menyelidiki dugaan intervensi Rusia dalam Pemilu 2016 itu.

Trump murka kembali terhadap Mueller setelah FBI menggeledah rumah dan kantor penasihat hukum sang presiden, Michael Cohen.

Para anggota parlemen, termasuk tokoh-tokoh senior Republik dari mana Trump berasal, khawatir presiden akan memecat Mueller setelah FBI melakukan penggeledahan dengan referensi dari Mueller.


"Saya tak punya alasan untuk mempercayai hal itu akan terjadi," kata Ryan dalam konferensi pers. "Saya punya jaminan bahwa itu tak terjadi, karena saya sudah berbicara dengan orang-orang Gedung Putih mengenai hal itu."

Rabu waktu AS, empat senator mengajukan RUU yang akan melindungi Mueller.

Muncul rumor bahwa Trump juga akan memecat Jaksa Agung Jeff Sessions dan Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein yang mengawasi penyelidikan dugaan intervensi Rusia yang sedang ditangani Mueller.

"Saya kria mereka (Rosenstein and Mueller) mesti dibiarkan merampungkan tugas mereka. Kita memiliki aturan hukum di negara ini dan itulah prinsip yang kita junjung," kata Ryan kepada wartawan.

Kalimat lebih keras dicetuskan oleh Senator Republik Bob Corker, jika Trump memecat Mueller. "Saya kira akan ada pemberontak besar di Senat," kata dia kepada Reuters.




Credit  antaranews.com



FBI geledah rumah penasihat hukum Donald Trump



Washington (CB) - Biro Penyelidik Federal FBI, Senin waktu AS, menggeledah kantor dan rumah penasihat hukum Presiden Donald Trump, Michael Cohen, kata sumber penegakan hukum setempat seperti dikutip Reuters.  Ini adalah perkembangan dramatis terbaru berkaitan dengan penyelidikan yang melibatkan orang-orang dekat Trump.

Pengacara Cohen, Stephen M. Ryan, mengungkapkan para jaksa AS melancarkan penggeledahan yang sebagian berdasarkan referensi dari Kantor Pengacara Khusus Robert Mueller yang tengah menyelidiki apakah para anggota tim kampanye Trump pada Pemilu 2016 berkolusi dengan Rusia semasa Pemilihan Presiden AS dua tahun lalu. Trump sendiri menuduh penyelidikan ini sebagai upaya mencari-cari kesalahan dan membantah melakukan kolusi apa pun.

Penggeledahan ini mengencangkan tekanan hukum kepada Trump karena penggeledahan ini melibatkan catatan penasihat hukumnya yang sudah lama bekerja untuknya dan mengindikasikan pusat penyelidikan kedua di Manhattan, selain di Washington di mana penyelidikan Mueller berpusat.

Cohen telah menjadi pusat kontroversi setelah menggelontorkan 130 ribu dolar AS yang diakuinya beberapa saat sebelum Pemilu 2016 usai, kepada bintang film porno Stormy Daniels yang mengaku pernah satu kali berhubungan badan dengan Trump pada 2006 dan telah dibayar agar supaya tutup mulut mengenai hubungan seks itu.

Trump langsung mencela penggeledahan oleh FBI itu, namun tidak menjawab ekplisit apakah dia akan memecat Mueller.  "Saya kira apa yang sedang terjadi ini tercela. Kita lihat apa yang terjadi nanti," kata Trump.

Trump tidak bisa memecat langsung Mueller, tetapi dia bisa memerintahkan Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein yang mengawasi penyelidikan si pengacara khusus, untuk menutup penyelidikan Mueller, atau Trump memecat Rosenstein jika si wakil jaksa agung menolak perintahnya.

FBI menyelidiki Cohen untuk dugaan penggelapan bank dan pajak, selain dugaan pelanggaran hukum dalam kaitannya dengan pemberian uang tutup mulut kepada Stormy Daniels. Juga diselidiki atas dugaan peran dia terkait dengan dukungan asing kepada Trump pada Pemilu 2016, demikian Reuters.





Credit  antaranews.com