Menhan AS Jim Mattis menyebut Pentagon siap
memberikan opsi militer penyerangan ke Suriah sesuai dengan keinginan
Presiden Donald Trump. (Reuters/Mary F. Calvert)
Meski siap memberikan opsi militer, Mattis mengatakan AS dengan negara sekutunya masih mengumpulkan informasi yang dibutuhkan terkait bukti penyerangan gas di Douma dilakukan rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
"Kami masih mengkaji intelijen, kami dan sekutu kami, kami masih bekerja dengan itu," kata Jim Mattis kepada media terkait bukti dugaan Al-Assad menjadi otak di balik serangan gas di Douma.
"Kami siap menyediakan opsi militer, bila mereka sesuai, seperti yang ditentukan oleh Presiden," lanjutnya.
Presiden Donald Trump sebelumnya bersumpah melalui unggahannya di Twitter bahwa akan mengirimkan rudal ke Suriah terkait serangan gas di Douma.
Namun serangan tersebut ditujukan untuk menentang rezim Presiden Bashar al-Assad yang menguasai Suriah.
Di sisi lain, militer Rusia telah menuduh kelompok pembela sipil White Helmet yang ada di Suriah atas pencitraan serangan gas di Douma yang menyebabkan intervensi negara Barat ke daerah tersebut.
Trump dan sejumlah pemimpin negara Barat lainnya telah berjanji akan merespons dengan cepat atas insiden itu.
Moskow dan Washington juga berdebat panas di Perserikatan Bangsa-Bangsa soal penggunaan senjata kimia di Suriah.
Setidaknya 60 orang tewas akibat serangan senjata kimia yang terjadi di Douma, kata para petugas bantuan kemanusiaan Suriah. Sekitar 500 orang yang dirawat di rumah sakit pun menunjukkan gejala-gejala terpapar zat kimia beracun, kata WHO.
Pemerintah Suriah dan Rusia, yang dikenal selama ini saling mendukung, menyatakan laporan itu palsu. Kremlin berharap semua pihak yang terlibat di Suriah bisa menghindari tidakan mengganggu stabilitas kawasan.
Credit cnnindonesia.com