Senin, 16 April 2018

Media Israel Ketar-ketir Rusia Pasok S-300 ke Suriah


Media Israel Ketar-ketir Rusia Pasok S-300 ke Suriah
Sistem pertahanan udara S-300 Rusia. Foto/Istimewa


TEL AVIV - Pernyataan Kementrian Pertahanan Rusia bahwa Moskow mungkin mempertimbangkan kembali penjualan sistem S-300 ke Damaskus setelah serangan udara AS dan sekutunya, telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan analis dan wartawan Israel. Mereka prihatin atas kemungkinan ancaman yang mungkin ditimbulkan terhadap negara Yahudi itu.

Jerusalem Post memperingatkan bahwa superioritas udara Israel berada pada risiko di salah satu wilayah yang paling sulit jika Rusia memutuskan untuk menjual sistem pertahanan udara yang lebih canggih ke Suriah.

Surat kabar itu telah menyuarakan kekhawatiran bahwa pilot Israel mungkin akan terbunuh jika Damaskus memiliki senjata yang lebih efektif. Unit yang dimaksud adalah S-300, sistem rudal jarak-jauh Rusia, yang dikembangkan untuk bertahan terhadap pesawat dan rudal jelajah. Sistem pertahanan ini adalah salah satu senjata paling canggih di kelasnya.

Analis dari penyiar berita I24 Ron Ben-Yishai mendukung kekhawatiran ini. Ia mengatakan bahwa negara Yahudi itu harus mengambil tindakan peringatan dan pencegahan yang belum diambil sejauh ini, seperti dikutip dari Sputniknews, Senin (16/4/2018).

Kepala Direktorat Operasional Utama Staf Umum Rusia Sergei Rudskoy mengatakan bahwa Rusia mungkin mempertimbangkan untuk menjual sistem S-300 ke Damaskus tak lama setelah serangan yang dipimpin AS pada 14 April.

Moskow telah memutuskan untuk tidak menjualnya ke Damaskus, Suriah, beberapa waktu lalu karena permintaan mendesak dari beberapa mitra Baratnya. Tapi jika situasi umum menyatakan lain, mengambil peristiwa terbaru, Rusia dapat mempertimbangkan permintaan tidak hanya untuk Suriah, tetapi untuk negara-negara lain.

Menurut media, sistem S-300 yang lebih baru bisa menjadi peningkatan yang diperlukan untuk pertahanan udara Suriah, yang sekarang terdiri dari senjata era Soviet. Menurut Jerusalem Post, sistem pertahanan udara Rusia paling canggih yang dimiliki Damaskus adalah sistem pertahanan udara jarak pendek yang Pantsir S-1, yang mampu menembak jatuh drone dan rudal di wilayah udara Suriah.

Sejak 2013, Israel telah mengkonfirmasi mengenai sekitar 100 target di Suriah, meski banyak lagi serangan yang dilaporkan telah diluncurkan oleh pasukan negara Yahudi, yang kemudian membantahnya.

Beberapa target berada di daerah perbatasan Suriah-Israel di Dataran Tinggi Golan. Dua pertiga wilayah, yang diakui secara internasional sebagai wilayah Suriah, dianeksasi oleh Israel pada tahun 80-an dan tetap diperdebatkan. Dataran Tinggi Golan timur, yang berada di tangan Suriah, telah menjadi target Front al-Nusra yang berafiliasi dengan al-Qaeda, serta militan ISIS dan pasukan oposisi Suriah lainnya.

Namun, Israel telah menargetkan lokasi dan dugaan konvoi senjata Hizbullah di Ibu Kota provinsi dan daerah lain. Pada 2017 Israel mengebom bandara militer dekat Damaskus. Seorang pejabat Suriah kemudian mengatakan kepada Sputnik bahwa hal itu dilakukan untuk mendorong dan mendukung teroris.

Pada tanggal 10 Februari 2018, sebagai pembalasan atas serangan pesawat tak berawak Iran yang diduga masuk wilayah Israel, IDF meluncurkan serangan udara terhadap posisinya di wilayah Suriah, dengan harga salah satu jet mereka. Hilangnya pesawat terbang di atas wilayah Suriah mendorong serangan lain terhadap negara itu, mengklaim menewaskan antara 6 dan 10 tentara, menurut berbagai sumber, dan merusak 12 situs.

Pada tahun 2016, Rusia mengirim S-300 ke kekuatan saingan Israel lainnya di Timur Tengah dan sekutu bagi pemerintah Suriah, Iran. Kesepakatan Moskow-Tehran senilai USD800 juta untuk mengirimkan sistem pertahanan udara S-300 buatan Rusia ke Iran pada awalnya ditandatangani pada 2007. Namun, kesepakatan itu telah ditangguhkan karena adopsi sanksi Dewan Keamanan PBB terhadap Iran pada pertengahan 2010.

Pada April 2015, Rusia melanjutkan kembali pembicaraan tentang pengiriman S-300 menyusul kesepakatan sementara tentang program nuklir Iran. 


Pada 2016, utusan khusus presiden Rusia ke Afghanistan mengatakan Teheran juga menunjukkan minat dalam pengiriman sistem pertahanan udara S-400 Rusia, tetapi kedua negara itu tidak sedang mengadakan perundingan mengenai topik itu.

S-400 adalah sistem pertahanan udara generasi mendatang Rusia. Sistem ini membawa tiga jenis misil yang berbeda yang mampu menghancurkan target udara pada jarak yang sangat pendek.



Credit  sindonews.com