CB, Pyongyang – Menjelang latihan gabungan militer Amerika Serikat dan Korea Selatan pada Senin, 16 Oktober 2017, rezim Korea Utara meningkatkan serangan psikologis kepada musuhnya.
Rezim Korea Utara menyebut Presiden AS, Donald Trump, sebagai “pedagang perang dan pencekik perdamaian.”
“Kami sudah peringatkan beberapa kali bahwa kami akan melakukan serangan balik untuk bertahan termasuk melakukan tembakan salvo menggunakan rudal ke perairan dekat Pulau Guam milik AS,” kata Kim Kwang Hak, seorang peneliti di Institut Studi Amerika milik Kementerian Luar Negeri Korea Utara.
Kim menambahkan,”Tindakan militer AS mengeraskan determinasi kami
bahwa AS harus dijinakkan dengan api dan biarkan tangan kami semakin
dekat ke pemicu untuk melakukan serangan balasan paling keras.”
image: https://images.tempo.co/?id=655276&width=720
“Kami sudah peringatkan beberapa kali bahwa kami akan melakukan serangan balik untuk bertahan termasuk melakukan tembakan salvo menggunakan rudal ke perairan dekat Pulau Guam milik AS,” kata Kim Kwang Hak, seorang peneliti di Institut Studi Amerika milik Kementerian Luar Negeri Korea Utara.
image: https://images.tempo.co/?id=655276&width=720
Kapal selam rudal kelas menengah Ohio USS Michigan. US Navy
Lewat media resmi Rodong Sinmun, seperti dipublikasikan Korean Central News Agency, pemerintah AS disebut menjual berbagai senjata canggih kepada Korea Selatan dan Jepang.
Ini dilakukan untuk meningkatkan laba perusahaan senjata canggih AS sambil menciptakan suasana sangat tegang (a hair trigger situation) di Semenanjung Korea.
Pada 5 September lalu, sepekan setelah Pyongyang melakukan uji coba rudal balistik melewati Jepang, Trump mencuit di akun pribadinya @realdonaldtrump. Dia mengatakan,”Saya izinkan Jepang dan Korea Selatan untuk membeli lebih banyak senjata canggih dan peralatan militer dari Amerika Serikat.”
Menurut catatan Stockholm International Peace Research Institute, Korea Selatan merupakan pembeli senjata terbesar nomor empat dari AS sejak 2011 – 2015.
Jepang dan Korea Selatan juga peserta dalam program F-35 Joint Strike Fighter, yang merupkan program pengembangan senjata termahal dalam sejarah dunia.
Korea Selatan bakal menggelar latihan perang dengan AS selama sepuluh hari mulai Senin besok. Sejumlah kapal induk dan kapal penghancur AS telah tiba di pelabuhan Busan, Korea Selatan.
Dalam sebuah wawancara dengan media, Trump mengatakan,”Kita punya banyak rudal yang bisa menjatuhkan rudal lawan di udara dengan akurasi 97 persen,” kata dia saat ditanya cara menaklukkan rudal Korea Utara.
Lewat media resmi Rodong Sinmun, seperti dipublikasikan Korean Central News Agency, pemerintah AS disebut menjual berbagai senjata canggih kepada Korea Selatan dan Jepang.
Ini dilakukan untuk meningkatkan laba perusahaan senjata canggih AS sambil menciptakan suasana sangat tegang (a hair trigger situation) di Semenanjung Korea.
Pada 5 September lalu, sepekan setelah Pyongyang melakukan uji coba rudal balistik melewati Jepang, Trump mencuit di akun pribadinya @realdonaldtrump. Dia mengatakan,”Saya izinkan Jepang dan Korea Selatan untuk membeli lebih banyak senjata canggih dan peralatan militer dari Amerika Serikat.”
Menurut catatan Stockholm International Peace Research Institute, Korea Selatan merupakan pembeli senjata terbesar nomor empat dari AS sejak 2011 – 2015.
Jepang dan Korea Selatan juga peserta dalam program F-35 Joint Strike Fighter, yang merupkan program pengembangan senjata termahal dalam sejarah dunia.
Korea Selatan bakal menggelar latihan perang dengan AS selama sepuluh hari mulai Senin besok. Sejumlah kapal induk dan kapal penghancur AS telah tiba di pelabuhan Busan, Korea Selatan.
Dalam sebuah wawancara dengan media, Trump mengatakan,”Kita punya banyak rudal yang bisa menjatuhkan rudal lawan di udara dengan akurasi 97 persen,” kata dia saat ditanya cara menaklukkan rudal Korea Utara.
Credit tempo.co