Sambutan
militer: Presiden Indonesia Joko Widodo memberi hormat kepada pasukan
sementara Presiden Filipina Benigno Aquino III memperhatikan pada saat
upacara penyambutan resmi di Istana Presiden di Manila pada 9 Februari.
[AFP]
Indonesia dan Filipina sepakat untuk meningkatkan kerja sama dalam upaya maritim, termasuk memerangi penangkapan ikan ilegal, tidak terlaporkan dan tidak memenuhi peraturan di sepanjang perbatasan laut mereka.
Kedua belah pihak juga sepakat untuk meningkatkan pendekatan mereka terhadap batas maritim dan kerja sama perbatasan.
Perjanjian ini telah dicapai selama kunjungan kenegaraan dua hari Presiden Indonesia yang baru Joko Widodo di Manila, yang dimulai 8 Februari. Widodo mengunjungi tiga negara, termasuk Malaysia dan Brunei.
Dalam konferensi pers setelah pertemuan bilateral mereka di istana
presiden, Widodo menyambut dimulainya kembali perundingan mengenai batas
landas benua dan ulasan atas perjanjian perbatasan dan perjanjian
patroli perbatasan antara kedua negara.
Tahun lalu, Jakarta dan Manila secara damai menyelesaikan
perselisihan perbatasan maritim setelah 20 tahun perundingan. Dialog
ini, yang didasarkan pada Konvensi PBB tentang Hukum Laut [UNCLOS], mendefinisikan batas-batas zona ekonomi eksklusif negara-negara di Laut Mindanao dan Laut Sulawesi.
Penyelesaian damai ini dipuji sebagai panutan untuk menyelesaikan
sengketa perbatasan dan meredakan ketegangan perbatasan maritim.
Presiden Filipina Benigno Aquino III menyatakan bahwa Indonesia dan Filipina adalah dua negara kepulauan terbesar di dunia dan di antara lima negara dengan garis pantai terpanjang.
"Kedua negara kami termasuk ke dalam UNCLOS, dan Coral Triangle
Initiative. Oleh karena itu, kerja sama dan koordinasi yang lebih erat
antara kedua negara kita dalam urusan kelautan sangatlah penting," kata
Aquino.
Coral Triangle Initiative adalah perjanjian antara Indonesia,
Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor-Leste
untuk memerangi penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, pertumbuhan
penduduk yang cepat dan dampak perubahan iklim di kawasan tersebut.
Sementara itu, Widodo mengatakan kedua pihak juga membahas potensi perdagangan alutsista.
Perusahaan Indonesia PT PAL Indonesia [Persero] memenangkan kontrak
untuk memasok dua kapal sealift strategis baru, salah satu proyek
terbesar dalam program modernisasi militer Filipina.
Upacara pemotongan baja untuk menandai dimulainya pembangunan kapal di Surabaya, Indonesia, diadakan pada tanggal 22 Januari.
Tiga kesepakatan ditandatangani selama kunjungan
Widodo dan Aquino juga menyaksikan penandatanganan tiga kesepakatan.
Sebuah Nota Kesepahaman [MoU] terkait perang terhadap perdagangan
gelap dan penyalahgunaan narkotika, zat-zat psikotropika dan
pendahulunya akan membentuk dan mempertahankan saluran komunikasi antara
lembaga penegak hukum kedua negara untuk memfasilitasi pertukaran
informasi yang relevan secara tepat waktu.
MoU juga ditandatangani antara National Defense College di Filipina
dan Lembaga Ketahanan Nasional [Lemhannas] di Indonesia, dimana kerja
sama di bidang pendidikan, penelitian dan pelatihan akan dilakukan dalam
bidang studi pertahanan dan keamanan.
Sementara itu, MoU tentang kerja sama di bidang pendidikan kejuruan
teknis dan pelatihan juga akan dilakukan antara kedua negara.
Kedua belah pihak menandatangani deklarasi bersama tentang
perlindungan migran dan pekerja migran, yang akan mempromosikan dan
melindungi hak-hak pekerja Indonesia dan Filipina di luar negeri melalui
misi diplomatik negara-negara tersebut di luar negeri.
"Merupakan kepentingan kita bersama untuk bekerja sama dengan satu
sama lain untuk melindungi pekerja migran kita di mana pun mereka berada
di dunia," kata Aquino.
Kedua belah pihak juga membahas kerja sama ekonomi, termasuk cara memperluas perdagangan dan investasi.
Diskusi juga menyentuh pada kerja sama pertahanan, pertukaran antar
manusia dan kemungkinan pengaturan feri pengangkut antara
pelabuhan-pelabuhan Filipina dan Indonesia, serta peran Indonesia secara
berkesinambungan dalam proses perdamaian di Filipina Selatan.
Widodo mengatakan ia ingin Filipina untuk berinvestasi di sektor
kelautan dan perikanan dengan harapan menggandakan perdagangan bilateral
pada tahun 2016.
Indonesia dan Filipina adalah mitra yang kuat
Aquino mengatakan Indonesia telah lama menjadi teman baik, mitra yang kuat dan sekutu yang dapat diandalkan dari Filipina.
Dengan cara yang sama ketika Filipina ikut berbelarasa dengan
Indonesia setelah gempa bumi dan tsunami tahun 2010, Jakarta juga dengan
cepat mengulurkan bantuan ke Manila setelah Topan Haiyan pada tahun 2013, kata Aquino.
"Untuk teman-teman kami di Indonesia: atas nama rakyat Filipina, saya
mengucapkan terima kasih dari bangsa kami atas bantuan Anda, dan saya
meyakinkan Anda bahwa bangsa kami akan selalu siap untuk membalas
kebaikan Anda," kata Aquino.
Aquino menyatakan optimisme bahwa hubungan bilateral akan lebih diperkuat di bawah pemerintahan Widodo.
"Dalam beberapa bulan jabatannya, Presiden Widodo telah menunjukkan
komitmen yang kuat untuk pertumbuhan yang inklusif, sebuah ide yang
selalu menjadi pemandu pemerintahan saya," katanya.
Selama pertemuan mereka, Widodo mengundang Aquino untuk menghadiri
peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika di Jakarta dan Bandung pada
22 April. Ia juga mengundang Presiden Filipina menghadiri Forum Ekonomi
Dunia [WEF] di Bali tahun ini.
Konferensi Asia-Afrika, juga dikenal sebagai Konferensi Bandung,
adalah kelompok 29 pemerintah dari dua benua yang membahas perdamaian,
pembangunan ekonomi, kerja sama kebudayaan dan peran negara-negara dunia
ketiga.
Credit
APDForum