Baku
tembak Filipina: Para penyelamat bersiap-siap untuk mengangkut seorang
polisi khusus Filipina yang terluka dengan helikopter AS yang sedang
menunggu menyusul bentrokan dengan pemberontak Muslim di kota Mamasapano
pada tanggal 26 Januari. [AFP]
Para legislator utama menyerukan penangguhan pembahasan
Undang-undang Dasar Bangsamoro setelah sedikitnya 43 polisi khusus
tewas dalam baku tembak di Mindanao Tengah yang melibatkan pasukan
Front Pembebasan Islam Moro [MILF], kata pihak berwenang.
Para anggota Pasukan Polisi Aksi Khusus [SAF] berada di Provinsi
Maguindanao untuk melaksanakan surat perintah penahanan terhadap dua
perakit bom Jemaah Islamiyah ketika pertempuran terjadi.
Komandan Polisi Nasional Filipina yang bertugas Wakil Direktur
Jenderal Leonardo Espina mengatakan para anggota SAF kemungkinan
membunuh warga negara Malaysia Zulkifli bin Hir, alias Marwan, pemimpin
kelompok teror regional yang beroperasi di Filipina sejak Bom Bali 2002.
“Kemungkinan besar Marwan tewas terbunuh dalam operasi tersebut,” kata Espina.
Tetapi kematiannya harus dibayar dengan pengorbanan besar –
sedikitnya 43 polisi khusus tewas dan berakibat pada seruan penangguhan
tanpa batas waktu terhadap pembahasan tentang perjanjian perdamaian dengan MILF di Mindanao.
Angka kematian itu bisa jadi lebih tinggi, karena juru bicara
polisi daerah Judith Ambong mengatakan kepada Agence France-Presse [AFP]
bahwa telah ditemukan 49 jasad polisi.
MILF menandatangani perjanjian perdamaian dengan Pemerintah
Filipina pada tahun 2013 yang menuntut pembentukan sebuah kawasan
Yuridis Bangsamoro yang diusulkan MILF untuk menjalankan tugas
pemerintahan di Mindanao melalui Undang-undang Dasar Bangsamoro [BBL].
“Suara hati saya mengatakan saya tidak bisa menangani BBL, itu
harus ditangguhkan tanpa batas waktu,” kata Senator Ferdinand “Bongbong”
Marcos Jr., yang bereaksi atas kematian para polisi khusus ketika
bertempur melawan MILF dan Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro [BIFF].
Operasi melawan Marwan
Personel SAF pergi ke Desa Tukalanipao di kota kecil Mamasapano,
yang dikenal sebagai kubu pemberontak di Provinsi Maguindanao, pada
tanggal 25 Januari guna menjalankan surat penahanan atas Marwan dan ahli
bom lainnya, Bassit Usman.
Mereka sedang meninggalkan daerah itu ketika terlibat baku
tembak dengan BIFF, dan kemudian dengan para anggota MILF, kata Espina.
Dia dan pejabat lainnya, termasuk Menteri Dalam Negeri &
Pemerintahan Daerah Mar Roxas, terbang ke Maguindanao pada tanggal 26
Januari untuk mengawasi pembeberan kejadian itu.
Pemerintah Amerika Serikat, melalui program Hadiah untuk Keadilan, menawarkan hadiah sebesar USD 5 juta untuk penangkapan hidu atau mati Marwan. Program yang sama juga menawarkan hadiah sebesar $1 juta untuk Usman.
Marwan kabur ke Filipina untuk menghindari perburuan
internasional setelah peristiwa Bom Bali 2002. Di sana, dia melatih
kelompok teroris setempat Abu Sayyaf dan lainnya dalam merakit bom dan melatih kegiatan teror mereka, menurut purnawirawan Letjen Marinir Juancho Sabban.
Pada bulan Februari 2012,
pihak militer Filipina mengklaim telah membunuh Marwan dalam serangan
bom ke provinsi kepulauan Sulu, juga di Mindanao, bersama dengan para
pemimpin teras Abu Sayyaf lainnya. Beberapa bulan kemudian, pihak
berwenang menyadari bahwa pemimpin JI itu selamat dari serangan.
Usman berlatih di bawah JI dalam merakit bom, terutama dari
Marwan, dan pihak militer mengklaim bahwa dia memimpin Kelompok Operasi
Khusus [SOG], unit teror MILF.
Kepemimpinan MILF telah menyangkal klaim tersebut, dan bahkan
keberadaan SOG, meski kemudian mengakui bahwa Usman dulu anggota MILF
tetapi dikeluarkan karena kegiatan ilegalnya. Usman kemudian bergabung
dengan Abu Sayyaf.
Espina tidak mengatakan apakah Usman tewas dalam baku tembak itu.
Personel militer AS membantu dalam evakuasi jasad dan personel yang terluka.
Polisi klaim disergap
Polisi mengklaim baku tembak terjadi ketika mereka disergap oleh sedikitnya 300 anggota MILF.
Unit parukan khusus polisi yang mendekati satu kompi datang dari
luar Maguindanao untuk melaksanakan surat perintah penahanan. Karena
tidak ada koordinasi sebelumnya dengan MILF, kepala perunding Mohagher
Iqbal menyalahkan kepolisian atas pelanggaran perjanjian gencatan
senjata itu.
Komando Markas 105 MILF berbasis di kota kecil Mamasapano.
Komando Markas 105 dipimpin oleh salah satu komandan paling senior MILF,
Ameril Umbra Kato, yang melepaskan diri dari kelompok itu dan
mendirikan BIFF setelah MILF merundingkan perdamaian dengan pemerintah.
Marcos mengatakan pembunuhan itu adalah hal yang tidak dapat
diterima. Dia mengatakan pemerintah tidak perlu berkoordinasi dengan
MILF, terutama jika sedang mengejar teroris. Dia menunjukkan bahwa
upaya serupa juga gagal ketika pemerintah berkoordinasi dengan MILF.
Sebagai ketua dari Komite Senat untuk Pemerintahan Daerah,
Marcos mengatakan suara hati memerintahkan sidang komitenya tentang BBL
harus ditangguhkan tanpa batas waktu, karena kematian para anggota
polisi itu dan pelanggaran gencatan senjata.
Komite Marcos adalah salah satu dari tiga komite yang membahas
BBL. Komite lainnya adalah Amendemen Konstitusi dan Revisi Kitab Hukum
& Undang-Undang yang dikepalai oleh Senator Miriam Defensor-Santiago
dan Komite Perdamaian & Pemersatuan yang dikepalai oleh Senator
Teofisto Guingona III.
Purnawirawan jenderal polisi minta dukungan untuk supremasi hukum
Leopoldo Bataoil, seorang purnawirawan jenderal polisi yang
pernah bertempur di Mindanao dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat [DPR],
merekomendasikan agar Senat dan DPR menangguhkan pembahasan BBL.
“Bersama-sama kolega saya di Kongres yang merupakan mantan
perwira polisi dan militer, kami mendesak agar para wakil rakyat yang
lain memberikan dukungan terhadap supremasi hukum dan bergabung bersama
kami mengutuk sekeras-kerasnya,” katanya. “Kami mendesak agar
pembahasan BBL ditangguhkan segera demi menghormati korban-korban dari
pembantaian ini.”
Miriam Coronel-Ferrer, kepala panel perdamaian pemerintah dengan MILF, mengeluarkan pernyataan tentang kematian tersebut.
“Kami sangat sedih atas nyawa-nyawa yang hilang dalam pertemuan
tragis di Mamasapano, Maguindanao, kemarin, tanggal 25 Januari, yang
melibatkan Pasukan Aksi Khusus dari Polisi Nasional Filipina dengan
berbagai kelompok bersenjata,” kata Coronel-Ferrer.
Menteri Pertahanan Voltaire Gazmin mengatakan pihak militer akan mengejar mereka yang terlibat dalam penyerangan itu.
“Kami akan mengejar mereka. BIFF juga terlibat, maka kami harus memburu mereka,” katanya.
Credit
APDForum