Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Jumat, 14 Oktober 2016
Bahaya Mengintai Manusia yang 'Nekat' Pergi ke Mars?
Planet Mars (NASA).
CB, Washington DC - Mungkin Anda perlu berpikir dua kali jika ingin mendaftarkan diri ke sebuah paket wisata yang menawarkan liburan ke Mars. Sebuah penelitian baru menunjukkan, perjalanan sejauh 225 juta kilometer ke Planet Merah itu tak hanya menyebabkan jet lag kronis, namun bahaya besar mengintai di baliknya.
Studi yang dipublikasi di Scientific Reports menemukan bahwa
tingkat radiasi kosmik yang terpapar ke para wisatawan dapat
menyebabkan kerusakan otak, kecemasan, dan demensia kronis.
Padahal Amerika Serikat sedang berencana melakukan perjalanan ke Mars
dalam dua dekade mendatang. Tahun lalu, NASA merilis rencana tiga tahap Journey to Mars, di mana pengiriman manusia ke Planet Merah akan diperkirakan dilakukan pada 2030-an.
Meski menjejakkan kaki di Mars terdengar menyenangkan, namun terdapat
sejumlah dampak negatif dari misi tersebut. Sejumlah ilmuwan juga
mengkhawatirkan adanya masalah serius karbon hitam.
Penampakan Bumi dilihat dari angkasa luar (apod.nasa.gov)
Penelitian pada 2010 menemukan, emisi karbon hitam dari perjalanan angkasa luar akan menyebabkan peningkatan suhu di kutub Bumi, yang diprediksi akan mengancam Arktik, Antartika, atau bahkan dunia.
Namun, studi tersebut belum dapat disimpulkan, bahkan sejumlah
perusahaan berulang kali menekankan bahwa perjalanan angkasa luar hanya
memberikan sedikit ancaman terhadap lingkungan.
Virgin Galactic bahkan mengatakan, perjalanan sub-orbital lebih ramah lingkungan dibandingkan penerbangan New York ke London.
Hingga saat ini, belum ada satu orang yang tahu betul bagaimana
perjalanan angkasa luar akan berdampak pada Bumi. Jika lemari es dapat
menimbulkan ancaman bagi lingkungan, tampaknya bukan hal berlebihan
ketika kita menganggap perjalanan angkasa luar dapat berdampak buruk
bagi Bumi.
Hingga saat ini belum ada pesawat angkasa luar yang mampu membawa
manusia menempuh perjalanan 7 bulan atau lebih lama. Belum termasuk soal
rencana mengembalikan mereka ke Bumi, yang belum diketahui bagaimana.
Para ahli medis juga belum yakin apa konsekuensi fisik yang dialami
orang-orang yang mencoba untuk melakukan perjalanan dalam lingkungan
radiasi tinggi, dalam waktu lama.
Lebih jauh lagi, belum diketahui bagaimana manusia bisa selamat,
makan, bernafas, minum, di planet yang kering kerontang, tanpa air dan
oksigen.
Pantaskah Kita Pergi ke Mars?
Sudah Pantaskah Kita Pergi ke Mars?
Dalam kolom opini di CNN, Obama menulis, "Kita pernah menjelajahi di setiap planet di tata surya--sesuatu yang belum bisa dilakukan bangsa lain."
Yang dimaksud Obama bukan manusia yang dikirim ke planet-planet di luar Bumi, melainkan pesawat.
Penjelajahan ke dunia lain memang terdengar wah, meski
sebetulnya masih banyak permasalahan nyata yang harus diselesaikan di
Bumi. Misalnya saja, orang-orang di Flint, Michigan, belum seluruhnya
memiliki akses air bersih untuk minum, belum lagi penderitaan dan
kemiskinan di negara yang terbelakang.
Tak hanya negara yang berambisi untuk pergi ke Mars. Pendiri sejumlah
perusahaan teknologi juga saling bersaing untuk mencapai Planet Merah
terlebih dahulu.
Belum lama ini CEO Boeing mengatakan
bahwa ia yakin roket buatan perusahannya menjadi yang pertama mendarat
di Mars. Sementara itu Elon Musk, CEO SpaceX, mengklaim roket buatan
perusahaannya merupakan yang terbaik.
CEO
SpaceX, Elon Musk terlihat turun dari kapsul ruang angkasa SpaceX's
Dragon V2 saat peresmian di Hawthorne, California, (29/5/2014). (AFP
PHOTO/Robyn Beck)
Justin Bieber, Ashton Kutcher, Leonardo DiCaprio, dan Katy Perry
merupakan sejumlah selebritas yang telah membayar US$ 250.000 (sekitar
Rp 3,2 miliar dan mendaftar untuk melakukan perjalanan suborbital
angkasa luar di Virgin Galactic.
Saat ini dunia sedang menghadapi krisis nyata, mulai dari perubahan
iklim, pendidikan, kesehatan, perang, ketidaksetaraan gender, dan
sejumlah isu krusial lainnya.
Namun di sisi lain segelintir orang menghabiskan banyak biaya dan
berfokus untuk mewujudkan ambisinya mencapai Mars, yang dinilai banyak
orang bukan merupakan hal krusial. Bagaimana menurut Anda?