Terdapat total 4.159 orang WNI di Yaman yang akan dievakuasi jika situasi memungkinkan. (Ilustrasi/Antara Foto/Widodo S)
Jakarta, CB
--
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan,
pemerintah berencana mengirimkan pesawat-pesawat TNI Angkatan Udara (AU)
untuk mengevakuasi WNI yang berada di Yaman, menyusul ditetapkannya
situasi yang semakin tidak kondusif di negara itu.
Retno
menuturkan, sejauh ini sudah ada 148 WNI yang dievakuasi. Namun, karena
perubahan situasi yang drastis, maka pihaknya memutuskan untuk
mengaktifkan kembali proses evakuasi secara cepat.
"Dalam waktu
satu dan dua hari ada deployment dari Jakarta untuk membantu persiapan
evakuasi," ujar Retno di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta
Pusat, Senin (30/3).
Selain itu, Retno juga meminta para diplomat
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang berkedudukan di Muscat,
Oman, untuk menyebar ke Salalah, yang merupakan kota perbatasan antara
Oman dan Yaman. Adapun diplomat yang berada di Jeddah, Arab Saudi,
diminta untuk merapat ke Jizan, kota perbatasan antara Yaman dan Arab
Saudi.
"Jadi rencana beberapa evakuasi sudah kita mempersiapkan semuanya. Kita
rencana akan memakai pesawat TNI AU untuk menjemput para WNI kita yang
akan dievakuasi, tapi utamanya pesawat itu yang akan mengeluarkan WNI
keluar Yaman, setelah itu baru kita pulangkan ke Indonesia," kata dia.
Rencana
evakuasi ini, tutur Retno, telah dipikirkan secara matang karena harus
melibatkan banyak kementerian dan lembaga, termasuk dengan Panglima TNI
Jenderal Moeldoko untuk mengurus pendistribusian pesawat.
Hal ini
pun dibenarkan oleh Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan
Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno. "TNI AU sudah menyiapkan untuk membantu
WNI yang akan keluar dari Yaman, yang mau keluar lho, karena ada
beberapa juga yang masih nyaman dan ada yang melindungi mereka. Yang
penting keluar dulu dari Yaman ke negara sebelah. Dari sana baru
dikembalikan ke Indonesia," kata dia.
Permintaan Flight ClearanceMenteri Retno mengaku telah berkomunikasi dengan ketiga negara, Yaman, Oman, dan Arab Saudi untuk meminta
flight clearance. Hal ini, menurut dia, agar dapat menjamin keamanan bagi WNI.
"Khusus
untuk Saudi, kita juga sudah memberikan koordinat-koordinat di mana
properti Indonesia ada, sehingga bisa terhindar dari serangan udara.
Kita juga memberikan informasi mengenai konsentrasi warga negara kita,"
ujar dia.
Menurut Retno, WNI di Yaman terkonsentrasi di wilayah
timur. "80 persen warga negara kita ada di Hadramaut, sementara di
sebelah barat situasi lebih dinamis," kata dia.
Retno tidak
menyangkal bahwa memang belum seluruh WNI dapat dievakuasi, karena dari
komunikasi yang dilakukannya dengan ketiga negara tersebut diperoleh
informasi bahwa ada beberapa tempat yang belum perlu dievakuasi
mengingat situasi di sana yang masih tenang, terutama di sebelah timur.
"Tapi
kita buka terus, karena KBRI kita tidak terlalu besar. Semua personel
kita ada enam diplomat dan sembilan staf lokal. Kita sudah bikin tim
deployment dari Indonesia untuk membantu, terutama kita mengerahkan
diplomat-diplomat muda yang pernah penempatan di sana dan berbahasa
Arab," ujar dia.
Retno menyimpulkan, "jadi semua personel yang
akan kita deploy sudah kita persiapkan, sehingga pada saat deployment
sudah tidak tanya kanan kiri, sudah tahu medan, sudah biasa dengan
kondisi yang sangat dinamis dan juga bisa menguasai bahasa."
Sejauh ini Retno mengatakan bahwa sudah 148 WNI yang dievakuasi dari Yaman.
Terdapat
total 4.159 orang WNI yang berada di Yaman. Jumlah itu terdiri dari
2.626 orang mahasiswa, 1.488 orang tenaga kerja profesional di
perusahaan minyak dan gas, dan 45 orang staf KBRI beserta keluarganya.
Credit
CNN Indonesia
Delapan WNI Sudah Dibebaskan di Yaman
Diperkirakan ada sekitar 21 WNI yang
ditahan, diduga oleh kelompok pemberontak Houthi, di Yaman.
(Ilustrasi/Reuters/Anees Manousr)
Jakarta, CB
--
Delapan dari puluhan warga negara Indonesia yang
dikabarkan ditahan oleh pemberontak Houthi di Yaman dibebaskan dan akan
ditampung di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Sanaa.
"Dari 21
WNI yang ditangkap, lima yang berada di penjara di Shumayla sudah
dibebaskan," ujar Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, dalam
konferensi pers di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin
(30/3).
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan
Hukum Indonesia Kemlu, Lalu Muhamad Iqbal, lantas menjabarkan ihwal
jumlah WNI yang ditangkap.
"Awalnya 23, lalu 2 sudah dibebaskan.
Hari ini sudah lima dibebaskan. Saya baru dapat kabar lagi ada satu yang
dibebaskan ini. Jadi, total hari ini enam. Total keseluruhan delapan,"
ucap Iqbal.
Menurut Retno, pemerintah dapat mendeteksi keberadaan WNI tersebut dengan mendatangi penjara satu demi satu.
"Pihak KBRI memang mengunjungi penjara satu persatu mencari WNI. Semua
yang dibebaskan sekarang sedang dalam perjalanan ke KBRI," tutur Retno.
Dari
informasi yang dihimpun oleh KBRI, kedelapan WNI tersebut ditahan
karena masalah keimigrasian. Namun, menurut salah satu mahasiswa di
Yaman, Muhammad Kholil, ada juga WNI yang sudah memiliki izin tetap
ditahan.
Kholil menyebut bahwa para mahasiswa tersebut ditangkap oleh Kelompok Syiah Houthi karena perbedaan ideologi.
"Alasan
yang paling dekat adalah ini penculikan atas dasar ideologi. Karena
mereka Sunni, maka harus segera ditangkap. Saya tidak menafikan
peperangan di Yaman ada unsur politiknya, tapi unsur ideologi sangatlah
terlihat," kata Kholil.
Menanggapi pernyataan tersebut, pihak
Kemlu belum bisa memastikan apa penyebab ditangkapnya WNI lain. "Yang
jelas yang selama ini sudah dibebaskan itu ditangkap karena masalah
keimigrasian. Mereka
overstayer. Kalau informasi dari mahasiswa
itu kami belum dengar. Kami dapat semua informasi dari pihak otoritas,"
ungkap Juru Bicara Kemlu, Arrmanatha Christiawan Nasir.
Menjelaskan lebih lanjut, Iqbal menekankan bahwa semua WNI ditahan di penjara yang dikuasai oleh pemerintah legal.
"Semua
WNI itu ada di penjara. Sampai saat ini, semua penjara masih di bawah
kekuasaan pemerintah Hadi (Presiden Yaman). Jadi, kita belum bisa
memastikan mereka ditangkap oleh Houthi atau bukan," ujar Iqbal.
Hingga
saat ini, Kemlu akan terus melakukan upaya pembebasan WNI yang ditahan.
Kendati demikian, masih banyak kendala dalam melakukan upaya tersebut.
"Harus
dibayangkan, suasana di sana itu mencekam. Ada banyak kelompok yang
berseteru. Untuk bergerak dari satu penjara ke penjara lain itu juga
sulit. Kami akan terus berusaha," tutur Iqbal.
Yaman semakin
berkobar saat koalisi serangan udara di bawah komando Arab Saudi
melancarkan serangan guna memukul mundur pemberontak Syiah Houthi yang
mulai menguasai Aden, benteng terakhir Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour
Hadi.
Saudi memulai serangan para Rabu (25/3) malam dan Hadi telah angkat kaki dari negaranya pada Kamis. Ia kini berada di Riyadh.
Credit
CNN Indonesia
Sudah 148 WNI Dievakuasi dari Yaman
Terdapat total 4.159 orang WNI di Yaman yang akan dievakuasi jika situasi memungkinkan. (CNNIndonesia/Resty Armenia)
Jakarta, CB
--
Kondisi peperangan di Yaman memaksa pemerintah
melakukan operasi evakuasi warga negara Indonesia di negara tersebut.
Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, sejauh ini sudah 148 WNI yang
dievakuasi dari Yaman.
"Sudah sejak 1 Maret sudah dilakukan
evakuasi secara bertahap. Sampai sejauh ini sudah ada 148 WNI kami yang
dievakuasi," ujar Retno di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta
Pusat, Senin (30/3).
Retno memaparkan, terdapat total 4.159
orang WNI yang berada di Yaman. Jumlah itu terdiri dari 2.626 orang
mahasiswa, 1.488 orang tenaga kerja profesional di perusahaan minyak dan
gas, dan 45 orang staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) beserta
keluarganya.
Evakuasi dilakukan di daerah-daerah yang rawan konflik. Sementara,
lanjut Retno, beberapa wilayah yang tenang belum diperlukan evakuasi,
seperti di daerah timur Yaman.
Kemlu sendiri akan mengirimkan
diplomat-diplomat muda yang pernah ditempatkan di Yaman serta mampu
berbahasa Arab untuk membantu proses evakuasi. Persiapan penurunan staf
tambahan ke Yaman juga sudah dilakukan.
"Jadi semua personel yang akan kita turunkan sudah kita persiapkan semua, jadi saat
deployment
sudah tidak bertanya lagi karena sudah tahu medan dan biasa dengan
kondisi yang sangat dinamis serta menguasai bahasa," ujar Retno.
Retno
melanjutkan, pihak KBRI di Sanaa juga masih terus berupaya untuk
membebaskan 21 WNI yang ditahan pihak pemberontak Houthi. Informasi
awal, kata dia, adalah karena masalah keimigrasian.
"Kami sudah
coba dapat akses masuk untuk menanyakan detail, sampai sekarang belum
dapat informasi. Tapi kita akan terus lakukan komunikasi dengan otoritas
setempat untuk mendapatkan informasi yang jelas, kondisi dan dimana
mereka berada," jelas Retno.
Credit CNN Indonesia