Seorang warga Suriah melintas di sebuah mobil yang
hancur usai pertempuran antara oposisi dan militer Suriah di kawasan
kamp pengungsian Palestina di Yarmuk, Suriah.
Foto: Abbas Kecam Serangan Suriah ke Kamp Pengungsi Palestina, Yarmouk
Pengungsi Palestina melarikan diri setelah operasi militer meningkat di Suriah.
CB, DAMASKUS -- Sebanyak 3.500 warga Palestina diperkirakan telah melarikan diri dari
camp
pengungsian Yarmouk di Suriah. Menurut UNRWA, mereka melarikan diri
setelah Pemerintah Suriah meningkatkan operasi militernya di wilayah
Damaskus selatan.
Yarmouk telah dikepung oleh
Pemerintah Suriah dan kelompok oposisi sejak 2013. Kamp itu pernah
menjadi rumah bagi hampir 200 ribu orang pengungsi, di antaranya
pengungsi dari Palestina, Suriah, dan negara lain.
"Tokoh-tokoh kejam itu menceritakan kisah tragis mereka
sendiri, tentang penghancuran pengungsi yang dulu berkembang, sekarang
menderita," kata Chris Gunness, juru bicara UNRWA, badan PBB yang
bertanggung jawab atas pengungsi Palestina, kepada Aljazirah.
"Banyak
yang tidur di jalanan dan memohon untuk mendapatkan obat. Hampir tidak
ada air atau listrik. Penderitaan mereka tidak terbayangkan," kata
Gunness.
Pada 19 April lalu, Pemerintah Suriah dan
kelompok-kelompok bersenjata yang menjadi sekutunya, termasuk beberapa
faksi Palestina, meluncurkan serangan militer yang menargetkan Yarmouk
dan daerah-daerah sekitarnya untuk menghancurkan militan. Para militan
yang ada di Yarmouk adalah ISIS dan Hay'et Tahrir al-Sham (HTS), yang
sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra.
Pemerintah
Suriah dituduh melakukan serangan udara yang intens dengan menggunakan
bom barel, rudal, dan granat. Hingga Jumat (27/4), sedikitnya 31 orang
telah tewas selama satu pekan, menurut Action Group for Palestinians of
Syria yang berbasis di Inggris.
Di dalam kamp Yarmouk saat
ini tidak ada rumah sakit atau fasilitas medis yang beroperasi.
Dilaporkan 60 persen dari Yarmouk telah dihancurkan. "Kami menyerukan
pada semua pihak dalam konflik ini untuk mengambil langkah-langkah guna
menyelamatkan warga sipil dan infrastruktur sipil," kata Gunness.
"Dan
kami meminta warga sipil yang terluka dan sakit untuk pergi ke tempat
yang aman. Kami juga sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk
didistribusikan," ujarnya.
Gunness mengatakan,
kelompok-kelompok bersenjata dan pasukan pemerintah harus menghormati
hukum internasional setiap saat. Sebelum perang di Suriah pecah pada
Maret 2011, sekitar 560 ribu pengungsi Palestina telah tinggal di
kamp-kamp di seluruh Suriah. "Dengan adanya pertempuran babak terbaru,
jumlah pengungsi Palestina yang tersisa di kamp Yarmouk bisa jadi hanya
tinggal beberapa ratus," ujar Gunness.
Dalam laporan
bersama yang diterbitkan pekan lalu, Action Group for Palestinians of
Syria mengatakan kamp Yarmouk telah ditargetkan dengan dua serangan
udara setiap 90 detik selama pertempuran berlangsung. Pada Jumat (27/4),
media pemerintah Suriah
SANA mengatakan operasi itu bertujuan
untuk menghancurkan teroris di Yarmouk dan daerah sekitarnya, termasuk
al-Hajar al-Aswad dan Yelda.
Yarmouk bukan satu-satunya
kamp pengungsi Palestina yang menderita kekerasan selama perang. Awal
bulan ini, bentrokan antara pasukan Pemerintah Suriah dan
kelompok-kelompok oposisi bersenjata juga menyebabkan banyak korban
jatuh di kamp Deraa.
Penduduk kamp tersebut selain menjadi
korban bentrokan, juga menderita kekurangan layanan kemanusiaan dasar
dan mendapatkan pemotongan pasokan air secara berkala hingga 1.475 hari.
Credit
republika.co.id