BAGHDAD
- Pengadilan tertinggi Irak dilaporkan telah mengeluarkan perintah
untuk pemerintah Kurdi agar membatalkan referendum kemerdekaan.
Referendum itu sendiri dijadwalkan digelar pada 25 September mendatang.
"Pengadilan
mengeluarkan sebuah keputusan tentang penghentian referendum yang
dijadwalkan akan digelar pada tanggal 25 September, sesuai dengan
keputusan Presiden Kurdistan, sampai sebuah keputusan mengenai
inkonstitusionalitas keputusan ini diambil," kata juru bicara pengadilan
tinggi Irak, seperti dilansir Sputnik pada Senin (18/9).
Sejauh
ini belum ada respon dari Presiden Kurdi Irak, Mahoud Barzani mengenai
keputusan pengadilan tinggi Irak tersebut. Barzani sebelumnya tak peduli
dengan banyaknya tentangan akan referendum itu dan bertekad akan
menjalankan referendum itu.
Referendum itu memang telah banyak
dikritik oleh sejumlah negara, termasuk Rusia, Turki, Iran dan Amerika
Serikat. Sementara Moskow menyuarakan dukungan untuk kesatuan dan
integritas teritorial Irak, Washington dilaporkan meminta Barzani untuk
menunda mengadakan referendum kemerdekaan wilayah tersebut.
Semua
negara yang menolak referendum itu memiliki alasan yang sama, yakni hal
itu akan mengancam stabilitas kawasan, dan menegaskan kesatuan Irak dan
pemeliharaan integritas teritorialnya adalah salah satu syarat
terjaganya stabilitas di kawasan.
BAGHDAD
- Wakil Presiden Irak Nouri al-Maliki menyebut kemerdekaan Kurdi di
negaranya berarti membiarkan kemunculan Israel kedua. Maliki menegaskan,
Baghdad tidak akan membiarkan referendum kemerdekaan Kurdistan
berjalan.
”Kami tidak akan mengizinkan pembentukan Israel lain di
Irak utara,” kata Maliki, menyusul sebuah pertemuan dengan diplomat
Amerika Serikat (AS) di Irak, seperti dikutip Sputnik, Senin (18/9/2017).
Perdana
Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menegaskan bahwa Tel Aviv
mendukung upaya Kurdi untuk menciptakan negara mereka sendiri atau
merdeka dari Irak. “Orang-orang Kurdi adalah orang-orang pemberani dan
pro-Barat yang memiliki nilai-nilai (Israel),” puji Netanyahu.
Sebaliknya,
Maliki menekankan bahwa referendum kemerdekaan Kurdi tidak
konstitusional. Mantan Perdana Menteri Irak ini kembali mendesak
pembatalan referendum tersebut.
Pemimpin Kurdistan Irak Masoud
Barzani tak peduli dengan banyaknya negara yang menentang referendum
kemerdekaan Kurdi. Dia bertekad akan menjalankan referendum pada 25
September 2017 nanti.
Selain Irak penentang referendum
kemerdekaan Kurdi adalah Iran, Suriah dan Turki. Alasannya, gerakan
seperti itu bisa memicu disintegrasi di banyak negara di Timur Tengah
yang akan dilakukan etnis Kurdi.
Beberapa negara Barat, terutama
AS mengusulkan penundaan referendum kemerdekaan tersebut karena waktunya
tidak tepat. Gedung Putih menyatakan, referendum kemerdekaan Kurdi akan
mengganggu perang melawan kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Sekretaris
Jenderal PBB Antonio Guterres juga menyatakan bahwa referendum tentang
kemerdekaan Kurdistan Irak merupakan waktu yang buruk, karena akan
mengurangi kebutuhan kekuatan untuk melawan ISIS atau Daesh. Gutteres
menyarankan agar referendum ditunda sampai wilayah yang pernah diduduki
ISIS direksontruksi.
Guterres mendesak pemerintah Irak dan pemerintah semi-otonom Kurdi mengadakan dialog yang konstruktif.
WINA
- Perwakilan Amerika Serikat (AS) dan Iran terlibat dalam perang
kata-kata mengenai bagaimana aktivitas nuklir Teheran harus diawasi.
Keduanya perwakilan itu berdebat sengit dalam pertemuan pengawas nuklir
PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina, Austria.
Dalam
pertemuan itu, AS kembali mendesak IAEA untuk melakukan verifikasi,
dengan melakukan pemantauan langsung di situs nuklir Iran, termasuk
milik militer Teheran. Sementara itu Iran menyatakan program nuklir
mereka akan terus berlanjut dan tidak perlu adanya pemantauan langsung.
"Kami
tidak akan menerima kesepakatan yang dipaksakan dengan lemah atau tidak
dipantau secara ketat. AS sangat mendorong IAEA untuk menggunakan
otoritas penuhnya untuk memverifikasi kepatuhan Iran terhadap setiap
komitmen terkait nuklir di bawah JCPOA," kata Menteri Energi AS, Rick
Perry merujuk pada kesepakatan nuklir Iran.
Sementara itu, Kepala
nuklir Iran, Ali Akbar Salehi, dalam pertemuan itu menyebut Washington
telah membuat sejumlah tuntutan aneh yang tidak dapat dibenarkan
sehubungan dengan verifikasi program nuklir Iran.
"Kami tetap
yakin bahwa IAEA akan menolak permintaan yang tidak dapat diterima
tersebut dan terus melaksanakan tugasnya dengan objektivitas, keadilan
dan ketidakberpihakan yang ketat," ucapnya, seperti dilansir Reuters
pada Senin (18/9).
IAEA memiliki wewenang untuk meminta akses ke
fasilitas di Iran, termasuk fasilitas militer, jika ada indikasi baru
dan kredibel mengenai aktivitas nuklir terlarang di sana. Namun, para
diplomat mengatakan Washington belum memberikan indikasi tersebut.
Sementara
itu, Kepala IAEA yang baru, Yukiya Amano mengatakan, sejauh ini
pihaknya tidak melihat adanya pelanggaran yang dilakukan Iran terkait
dengan kesepakatan tersebut. "Komitmen terkait nuklir yang dilakukan
oleh Iran di bawah JCPOA sedang dilaksanakan. Iran sekarang tunduk pada
rezim verifikasi nuklir paling kuat di dunia," ucap Amano.
Kapal korvet Sovershenny Rusia yang ikut dilibatkan dalam latihan tempur gabungan dengan China mulai Senin (18/9/2017). Foto/Sputnik/Alexander Vilf
MOSKOW
- Pasukan Angkatan Laut gabungan Rusia-China mengerahkan belasan kapal
militer, termasuk beberapa kapal selam, dalam latihan tempur gabungan di
kawasan Pasifik yang dimulai hari Senin (18/9/2017). Latihan akan
berlangsung di Laut Jepang dan Okhotsk.
Juru bicara Armada
Pasifik Rusia, Vladimir Matveev, mengatakan, latihan ini merupakan tahap
kedua dan akan berlangsung selama seminggu.
”Tahap kedua dari latihan Angkatan Laut Rusia-China ‘Joint Sea-2017’
akan melibatkan 11 kapal permukaan, dua kapal selam, empat kendaraan
penyelamatan selam, empat pesawat anti-kapal selam dan empat helikopter
dek,” kata Matveev kepada wartawan, seperti dilansir Russia Today.
Armada
Pasifik Rusia diwakili oleh kapal anti-kapal selam andalannya Admiral
Tributs, korvet modern termutakhir Sovershenny, kapal penyelamatan Igor
Belousov, dua kapal selam diesel dan sejumlah kapal perang pendukung.
Sedangkan
China mengerahkan kapal perang jenis perusak Shijiazhuang, kapal selam
Daqing, kapal pendukung kapal selam Changdao dan kapal penyelamatan
selam Elar-7.
Latihan akan terdiri dari dua bagian, di darat dan
laut. Marinir Rusia dan China akan berlatih bersama di lapangan
Gornostay di dekat Kota Vladivostok. Bagian kedua berlangsung di
perairan Laut Jepang dan Okhotsk.
Tahap pertama dari latihan
tersebut bertujuan untuk melanjutkan kerja sama antara dua armada dalam
melawan ancaman keamanan di laut, yang sebelumnya terjadi pada bulan
Juli di Baltik.
MOSKOW
- Stanislav Petrov, perwira Uni Soviet yang mencegah perang nuklir
antara negaranya dengan Amerika Serikat (AS) pada tahun 1980-an, telah
meninggal dunia di usia 77 tahun, 19 Mei lalu.. Semasa hidupnya dia
menolak disebut sebagai pahlawan meski jasanya telah mencegah Perang
Dunia III dan menyelamatkan dunia.
Peran Petrov yang menghentikan
Perang Dingin beralih ke armageddon nuklir, sebagian besar juga dibantu
Karl Schumacher, seorang aktivis politik dari Jerman yang membantu
berita kepahlawanannya dilihat khalayak Barat. Setelah Soviet runtuh
tahun 1990-an dan menjadi Rusia kini berseteru lagi dengan AS.
Pada tanggal 7 September, Schumacher, yang terus berhubungan dengan Petrov, meneleponnya untuk mengucapkan selamat ulang tahun.
Pada
tanggal 26 September 1983, Petrov bertugas untuk sistem radar
peringatan dini di sebuah bunker dekat Moskow. Pada satu kesempatan di
tengah malam, dia melihat layar radar menunjukkan satu rudal dari AS
menuju ke Uni Soviet.
”Saat pertama kali melihat pesan waspada,
saya bangkit dari kursi saya. Semua bawahan saya bingung, jadi saya
mulai meneriakkkan perintah agar tidak panik. Saya tahu keputusan saya
akan memiliki banyak konsekuensi,” kata Petrov mengingat peristiwa
menegangkan itu dalam wawancaranya tahun 2010 yang dirilis ulang Russia Today, semalam (17/9/2017).
”Sirene
meledak untuk kedua kalinya. Huruf merah darah raksasa muncul di layar
utama kami, dengan mengatakan START. Dikatakan bahwa empat lagi rudal
telah diluncurkan,” lanjut Petrov.
Dari saat hulu ledak telah
lepas landas, hanya ada waktu setengah jam bagi Kremlin untuk memutuskan
apakah akan menekan tombol merah sebagai pembalasan dan hanya ada waktu
15 menit bagi Petrov untuk menentukan apakah ancaman itu nyata dan
melapor kepada komandannya.
”Kursi nyaman saya terasa seperti
wajan panas dan kaki saya lemas. Saya merasa tidak bisa berdiri.
Begitulah rasa gugup saat saya mengambil keputusan ini,” ujarnya. Semua
ancaman itu rudal AS kala itu bisa diatasi, tapi dia merahasiakannya.
Petrov
telah didoktrin bahwa jika terjadi serangan nyata dari AS, maka
negaranya akan melakukan serangan habis-habisan. Tapi, kala itu dia
mengatakan pada atasannya bahwa alarm tersebut pasti disebabkan oleh
kerusakan sistem. ”Saya akui itu, saya takut. Saya tahu tingkat tanggung
jawab di ujung jari saya,” katanya.
Dia kala itu berkelit bahwa
peluncuran rudal dari AS adalah sinar matahari yang dipantulkan dari
awan. Tindakan Petrov tidak mendapat pujian. Dia dimarahi karena tidak
menjalankan pelayanan. Atasannya juga disalahkan atas masalah sistem.
”Atasan saya mendapatkan kesalahan dan mereka tidak ingin mengakui bahwa
ada orang yang berbuat baik, tapi malah memilih untuk menyebarkannya,”
ujarnya.
Selama lebih dari 10 tahun, kejadian itu dirahasiakan.
Bahkan istri Petrov, Raisa, yang meninggal pada 1997, tidak tahu apa-apa
tentang peran yang dimainkan suaminya dalam mencegah perang nuklir AS
dan Uni Soviet.
Rahasia itu bertahan sampai tahun 1998, ketika inspektur Petrov, Kolonel
Jenderal Yury Votintsev, berbicara tentang tindakan tenang petugasnya
tersebut di tabloid Jerman, Bild.
”Setelah membaca laporan ini, saya seolah tersambar petir,” tulis Karl Schumacher di blog-nya.
”Saya
tidak bisa menyingkirkan gagasan bahwa saya harus melakukan sesuatu
untuk orang yang mencegah perang atom dan dengan demikian menyelamatkan
dunia,” ujar Schumacher. ”Ancaman nuklir begitu nyata selama beberapa
dekade.”
Schumacher terbang ke Rusia untuk menemukan orang yang
menyelamatkan dunia tersebut. Dia menemukan Petrov di sebuah flat di
Fryazino, timur laut Moskow. Schumacher mengundang Petrov ke Kota
Oberhausen di Jerman, sehingga penduduk setempat akan tahu tentang
jasanya saat dunia tertatih-tatih di ujung bencana nuklir.
Selama
berada di Jerman, Petrov muncul di stasiun televisi dan melayani
wawancara ke beberapa surat kabar. Pengakuan Petrov membuat dirinya
diberi penghargaan utama dari Asosiasi Warga Dunia pada tahun 2006.
Menurut asosiasi itu, penghargaan di berikan di markas besar PBB di New
York kepada orang yang mencegah perang nuklir.
Pada tahun 2012,
Petrov dihormati dengan German Media Prize, sebuah penghargaan bergengsi
yang juga diberikan kepada Nelson Mandela, Dalai Lama dan Kofi Annan.
Tahun depan dia menerima penghargaan lain, Dresden Peace Prize,
penghargaan yang diberikan oleh seorang penduduk Dresden, yang termasuk
generasi yang tidak akan bertahan hidup jika Petrov tak mencegah perang
nuklir.
MOSKOW
- Rusia menyatakan tidak akan membiarkan adanya perang antara Amerika
Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut). Salah satu alasanya adalah karena
Rusia berbatasan langsung dengan Korut.
Ketua hubungan
internasional di Majelis Rendah Rusia, Konstantin Kosachev menyatakan,
AS bisa terus menantang Korut karena mereka tidak berbatasan langsung
dengan Korut, sehingga perang tidak akan berdampak langsung pada mereka.
Sedangkan pada Rusia, lanjut Kosachev, perang itu akan berdampak
langsung karena berbatasan langsung dengan Korut.
"AS berada
dalam posisi yang lebih nyaman, karena wilayahnya berada pada jarak yang
jauh dari Korut dan mereka mampu, permisi karena menggunakan ungkapan
ini, kemewahan eksperimen. Dan kita, sebagai negara yang memiliki
perbatasan yang sama dengan Korut, tidak ingin menjadi lelucon," kata
Kosachev.
"Kami tidak dapat membiarkan AS atau negara lain
mengadakan eksperimen semacam ini dengan Korut," sambungnya saat
melakukan wawancara dengan media setempat, seperti dilansir Russia Today
pada Senin (18/9).
Dia juga mencatat bahwa Korut akan melakukan
apapun untuk melindungi diri dari ancaman eksternal dan karena itu,
Pyongyang tidak akan menghentikan program nuklirnya dan AS serta
sekutunya memungkinkan adanya skenario intervensi asing dan pemindahan
paksa rezim Pyongyang.
"Perkembangan skenario ini dapat
menyebabkan konsekuensi yang sangat mengerikan karena pihak berwenang
Korut akan menyadari semua kemungkinan yang mereka miliki," tukasnya.
Menteri Luar Negeri RI Retno LP
Marsudi bersama Menteri Luar Negeri Norwegia memimpin pertemuan Kerja
Sama Selatan-Selatan dan Triangular mengenai perdamaian. (CNN
Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CB --
Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi bersama Menteri Luar
Negeri Norwegia memimpin pertemuan Kerja Sama Selatan-Selatan dan
Triangular mengenai perdamaian. Pertemuan yang merupakan inisiatif
Indonesia dan Norwegia itu mengawali rangakain kegiatan Menlu RI di
Sidang Majelis Umum PBB ke-72.
"Mencapai perdamaian itu sulit,
memelihara perdamaian jauh lebih sulit," kata Retno dalam sambutan
pembukaan pertemuan Tingkat Menteri mengenai Bina Perdamaian di
Perutusan Tetap Republik Indonesia di New York, Amerika Serikat, seperti
dikutip dari Antara, Senin (18/9).
Indonesia dan Norwegia adalah
titik fokus untuk isu pendanaan di bawah Komisi Bina Perdamaian PBB,
yang selama ini sangat aktif dalam upaya mendukung pembangunan di negara
berkembang pasca konflik.
Lebih lanjut, Retno menekankan bahwa
tantangan terbesar saat ini dalam upaya mendukung pembangunan di
negara-negara pasca konflik adalah memastikan adanya pendanaan yang
cepat dan memadai. Oleh karena itu, menurut Retno, dibutuhkan adanya
kerja sama global yang kreatif dan inovatif untuk meningkatkan pendaan
guna mendukung pembangunan negara-negara pasca konflik.
"Guna
memastikan pendanaan yang memadai, kita semua harus berkontribusi.
Negara maju harus memehuni komitmennya dan kita juga harus dapat menarik
sektor swasta untuk membantu pendanaan dan pembangunan di negara-negara
pascakonflik," ujar dia.
Dengan mengangkat tema Peran Kerja Sama Selatan-Selatan dan
Triangular untuk Meningkatkan Kapasitas dalam Mendukung pembangunan
pasca Perdamaian, Indonesia telah memberi contoh sumber pendanaan
inovatif dalam bantuan bagi negara-negara pascakonflik.
"Indonesia
senantiasa siap untuk memberikan bantuan melalui kerja sama
selatan-selatan dan triangular, khususnya untuk program-program unggulan
yang selama ini telah berhasil mendukung pembangunan di negara-negara
pascakonflik," ucap Menlu Retno.
Selama 2016, Indonesia telah
memberikan bantuan pembangunan kapasitas kepada lebih dari 40 orang dari
sejumlah negara. Sementara dalam kerangka kerja sama Triangular,
Indonesia telah melaksanakan program pembangunan kapasitas untuk lebih
dari 30 negara sejak 2011.
Selain itu, Pemerintah RI pada 2018 telah merencanakan sejumlah
program bantuan untuk lebih dari 20 negara dan penguatan kemitraan
dengan Afrika melalui Forum Indonesia-Afrika pada April 2018.
Ilustrasi sidang Majelis Umum PBB. (Reuters/Mike Segar)
Jakarta, CB --
Human Rights Watch (HRW) mendesak negara anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk menjatuhkan sanksi kepada militer Myanmar atas
kampanye "pembersihan etnis" Rohingya yang digencarkan.
"Dewan
Keamanan PBB dan negara lainnya harus menjatuhkan sanksi dan embargo
senjata atas militer Myanmar agar kampanye pembersihan etnis Muslim
Rohingya yang mereka lakukan dihentikan," demikian pernyataan HRW, Senin
(18/9).
Sebagaimana dilansir AFP, militer Myanmar
sempat dijatuhi sanksi dari negara-negara barat karena kesewenangan
mereka selama 50 tahun memimpin negara tersebut.
Namun, perlahan
Myanmar mulai membuka diri menuju demokrasi. Sejumlah negara barat pun
mencabut sebagian sanksi mereka terhadap militer Myanmar.
"Komandan
militer senior Myanmar sekarang ini seharusnya mendengarkan seruan dari
masyarakat internasional jika mereka tidak mau menderita konsekuensi
ekonomi lagi," ujar direktur advokasi HRW Asia, John Sifton.
Seruan ini disampaikan HRW menjelang sidang Majelis Umum PBB di New York
pada pekan ini. Rohingya memang merupakan salah satu isu yang
diperkirakan bakal menjadi sorotan utama dalam rapat itu.
Menteri
Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, meminta diadakan pertemuan untuk
membahas masalah Rohingya di sela sidang umum PBB itu. Ia mendesak
pemimpin defacto Myanmar, Aung San Suu Kyi, untuk bersuara membela
Rohingya.
"Seperti yang saya katakan berulang kali, tidak ada
yang ingin pengembalian kekuasaan militer, jadi sangat penting bagi Aung
San Suu Kyi dan pemerintah sipil untuk menegaskan penganiayaan ini
harus dihentikan," ujar Johnson.
Belakangan ini, masyarakat
internasional menyiratkan kekecewaan mereka atas Suu Kyi. Penerima Nobel
Perdamaian ini awalnya menjadi harapan pembawa keadilan bagi berbagai
etnis minoritas yang menjadi korban diskriminasi di Myanmar, termasuk
Rohingya.
Awalnya, Suu Kyi menunjukkan iktikad baik dengan
membentuk komisi hak asasi manusia untuk masalah Rakhine, tempat di mana
kekerasa terhadap Rohingya terus terjadi. Komisi itu dipimpin oleh
mantan Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan.
Namun
ternyata, kekerasan terhadap Rohingya masih terus terjadi. Gelombang
kekerasan terakhir pecah sejak 25 Agustus lalu, ketika kelompok
bersenjata Pasukan Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) menyerbu sejumlah
pos polisi dan satu pangkalan militer di Rakhine.
Hingga kini, konflik itu sudah merenggut sekitar 1.000 nyawa dan membuat ratusan ribu Rohingya kabur ke Bangladesh.
Suu
Kyi awalnya bungkam, tapi akhirnya bersuara. Namun dalam kesempatan
itu, ia malah menyebut ARSA sebagai teroris, padahal kelompok itu
mengklaim hanya ingin memperjuangkan hak Rohingya.
Setelah
ditekan oleh masyarakat internasional, Suu Kyi akhirnya dijadwalkan
untuk berbicara mengenai Rohingya pada Selasa (19/9).
Sekjen PBB,
Antonio Guterres, mengatakan bahwa ini merupakan "kesempatan terakhir"
Suu Kyi untuk menghentikan bencana kemanusiaan ini.
Presiden Rodrigo Duterte mengundang
PBB untuk mendirikan kantor dan mengikuti semua operasi anti-narkoba di
Filipina, di tengah kritik dunia atas kampanye berdarah itu.
(Reuters/Erik De Castro)
Jakarta, CB --
Presiden Rodrigo Duterte mengundang komisi hak asasi manusia
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mendirikan kantor dan mengikuti semua
operasi anti-narkoba di Filipina, di tengah kritik dunia atas kampanye
"berdarah" tersebut.
"Saya akan mengatakan kepada komandan
kepolisian untuk tidak beroperasi tanpa perwakilan dari komisi HAM PBB
dan harus memakai kamera sehingga semuanya transparan," ujar Duterte,
Senin (19/9).
Duterte melontarkan pernyataan ini untuk menanggapi
tuduhan pembunuhan di luar hukum yang dilakukan oleh kepolisian
Filipina terhadap para pengedar narkoba.
Sejak kampanye ini digalakkan Duterte tahun lalu, lebih dari 3.800
terduga pengedar narkoba tewas tanpa proses hukum yang jelas. Sementara
itu, muncul sekitar 2.100 kasus pembunuhan lain yang diduga terkait
dengan narkoba.
Komisi Tinggi PBB untuk HAM (OHCHR) beberapa kali menyampaikan kekhawatiran mereka atas kampanye ini.
Biasanya,
Duterte menanggapi sikap PBB dengan nada negatif dan mengatakan bahwa
publik internasional tidak paham masalah di negaranya.
Namun kini, Duterte berkata kepada Straits Times, "Saya secara pribadi melalui jalur resmi akan mengundang komisi HAM untuk mendirikan kantor satelit di sini."
Presiden Iran Hassan Rouhani
menyatakan, Amerika Serikat akan membayar mahal jika membatalkan
kesepakatan nuklir Iran pada 2015 lalu. (Reuters/farsnews.com/Handout)
Jakarta, CB --
Presiden Iran Hassan Rouhani menyataka, Amerika Serikat akan
membayar mahal jika Presiden AS Donald Trump melaksanakan ancamannya
untuk membatalkan kesepakatan nuklir Iran pada 2015 lalu.
"Keluar
dari kesepakatan semacam itu akan membawa biaya tinggi untuk Amerika
Serikat, dan saya tidak yakin orang Amerika bersedia membayar biaya
tinggi untuk sesuatu semacam itu. itu tidak berguna bagi mereka," ujar
Rouhani seperti dikutip dari CNN.com, Senin (18/9).
Rouhani
menjelaskan, pembatalan kesepakatan tersebut, tak akan menghasilkan
apa-apa bagi Amerika Serikat. Sebaliknya, hal tersebut menurut dia, akan
menurunkan dan memangkas kepercayaan internasional terhadap Amerika
Serikat.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebelumnya memperpanjang
keringanan sanksi Iran yang diserukan pada perjanjian nuklir
internasional 2015. Namun, Trump menyebut, kesepakatan tersebut sebagai
kesepakatan terburuk yang pernah ada.
Keputusan sesungguhnya
baru akan dikeluarkan pada Oktober mendatang, ketika Trump memutuskan
apakah Iran mematuhi kesepakatan tersebut atau dikenal sebagai Joint
Comprehensif Plan of Action (JCPOA). Jika tidak, Kongres memiliki waktu
60 hari untuk memutuskan apakah akan menjatuhkan sanksi yang dibebaskan
berdasarkan kesepakatan tersebut.
Rouhani yang baru saja dipilih
kembali untuk masa jabatan kedua di awal tahun ini merupakan arsitek
kunci dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Amerika Serikat, Uni Eropa,
dan mitra lainnya.
Kesepakatan tersebut menyebabkan pencabutan sebagian besar sanksi
internasional terhadap Iran sebagai imbalan atas pembatasan program
nuklirknya. Kesepakatan tersebut diperkirakan akan menjadi salah satu
topik yang akan menjadi pembahasan penting pada sidang umum PBB minggu
ini di New York. Pasalnya, baik Trump maupun Rouhani hadir dalam agenda
tahunan PBB tersebut.
Jakarta, CB --
Amerika Serikat akan mengerahkan kapal induknya ke perairan
Semenanjung Korea bulan depan, di tengah ancaman nuklir Korea Utara yang
semakin mengkhawatirkan.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan
menyatakan, pengerahan kapal perang AS ini dilakukan dalam rangka
latihan militer gabungan bersama Angkatan Laut negaranya.
"Sekutu
[AS] akan melakukan latihan militer besama pada Oktober mendatang yang
melibatkan batalion kapal induk AS," demikian pernyataan kementerian
tersebut dalam laporannya kepada Majelis Nasional, Senin (18/9).
Kemlu
Korsel tak merinci armada yang akan dikerahkan AS. Namun, AS
diperkirakan bakal mengirimkan pesawat pengebom strategisnya, B 1B, dari
pangkalan militernya di Guam.
Pemerintah Korsel juga mengatakan, Seoul dan Washington akan menggelar
latihan rudal gabungan bersama Jepang antara akhir September dan awal
Oktober mendatang.
Sebelumnya, Presiden Korsel, Moon Jae-in,
mengatakan pemerintahnya akan terus memperkuat tekanan kepada Korut
dengan menerapkan "hukuman yang sangat kuat" hingga negara itu tak
memiliki pilihan selain menghentikan program nuklirnya.
Pernyataan
ini sejalan dengan resolusi terbaru PBB yang meminta negara anggota
menghentikan kerja sama dan membatasi hubungan dengan Korut, serta
mendorong penjatuhan sanksi untuk sejumlah entitas dari pemerintahan
Pyongyang lainnya.
Secara
garis besar, sanksi tersebut menyasar sektor ekonomi Korut yang
mencakup pembatasan impor minyak Korut, larangan ekspor tekstil, dan
pengakhiran kontrak pekerjanya di luar negeri.
Resolusi ini
dikeluarkan pada 12 September, setelah Korut mengklaim berhasil menguji
coba bom hidrogen, menyusul sejumlah uji coba rudal lainnya selama
setahun belakangan yang membuat komunitas internasional geram.
Korut
bahkan menguji coba rudal terbarunya pada Jumat pekan lalu hingga
melewati wilayah udara Jepang untuk kedua kalinya dalam sebulan.
AS Hendak Kerahkan Armada Kapal Induk ke Dekat Korut
SEOUL
- Amerika Serikat (AS) akan mengerahkan armada penyerang angkatan laut
yang dipimpin kapal induk ke dekat wilayah Korea Utara (Korut) untuk
latihan militer dengan Korea Selatan. Rencana Washington ini diumumkan
Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Senin (18/9/2017).
Armada
kapal induk AS diperkirakan akan tiba pada bulan Oktober. Langkah
Washington ini berpotensi membuat rezim Kim Jong-un yang berkuasa di
Korut akan marah.
Ketegangan di semenanjung Korea terus meningkat
dalam beberapa bulan terakhir setelah rentetan uji coba peluru kendali
(rudal) dan senjata nuklir Pyongyang. AS telah berulang kali
memperingatkan bahwa tindakan militer akan diambil terhadap rezim Kim
Jong-un, namun peringatan itu diabaikan Pyongyang.
“Angkatan Laut
Seoul akan ambil bagian dalam latihan gabungan dengan armada kapal
induk AS,” kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan dalam sebuah
laporan kepada Majelis Nasional.
Laporan tersebut tidak merinci
nama kapal induk AS. Angkatan Laut Washington juga belum merilis
informasi mengenai rencana pengerahan armada kapal induknya.
Jepang—sekutu
penting AS yang beberapa kali menghadapi ancaman yang meningkat dari
Korut—diperkirakan juga akan ambil bagian dalam latihan gabungan dengan
armada kapal induk AS.
Pada hari ini, pesawat pembom supersonik
B-1B Pentagon yang berbasis di Guam bersama pesawat jet tempur siluman
F-35B Pentagon yang berbasis di Jepang dilaporkan telah melakukan
latihan pengeboman pura-pura dengan Angkatan Udara Korea Selatan di
wilayah udara Semenanjung Korea.
Seperti
diketahui, Korut telah menembakkan rudal balistik jarak menengah pada
hari Jumat, 15 September 2017, yang melewati wilayah udara Hokkaido,
Jepang. Hanya berselang beberapa menit, Korea Selatan juga menembakkan
dua rudal balistik.
Sementara itu, AS kembali memperingatkan
Korut untuk menyerahkan program rudal dan senjata nuklirnya serta
berhenti mengancam Washington atau akan menghadapi kehancuran.
Peringatan AS disampaikan Penasihat Keamanan Nasional Presiden Donald
Trump, HR McMaster.
”Kim harus menyerahkan senjata nuklirnya
karena presiden telah mengatakan bahwa dia tidak akan mentoleransi rezim
ini, yang mengancam Amerika Serikat dan warga negara kita dengan
senjata nuklir,” kata McMaster.
Ditanya apakah itu berarti Trump
akan meluncurkan serangan militer, McMaster mengatakan; ”Dia sudah
sangat jelas tentang itu, bahwa semua opsi ada di meja.”
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan bahwa Korut mulai
merasakan keadaan darurat. Menurutnya, Dewan Keamanan PBB benar-benar
kelelahan dengan semua pilihan untuk mengatasi rezim Kim Jong-un.
Haley
mengaku akan dengan senang hati menyerahkan masalah ini kepada Menteri
Pertahanan James Norman Mattis. ”Karena dia memiliki banyak opsi
militer,” ujarnya.
Haley melanjutkan, Presiden Trump bukan
mengumbar ancaman kosong. ”Jika Korut terus melakukan perilaku sembrono
ini, jika AS harus membela diri atau mempertahankan sekutunya dengan
cara apa pun, Korut akan hancur dan kita semua tahu itu dan tidak ada
yang menginginkan hal itu,” imbuh Haley.
”Kita tidak ada yang
menginginkan perang, tapi kita juga harus melihat kenyataan bahwa Anda
berurusan dengan seseorang yang ceroboh, tidak bertanggung jawab dan
terus memberi ancaman tidak hanya kepada Amerika Serikat, tapi juga
untuk semua sekutunya, jadi ada sesuatu yang berbeda yang harus
dilakukan,” papar Haley, seperti dikutip Reuters, Senin (18/9/2017).
Jakarta, CB --
Kementerian Pertahanan Korea Selatan melaporkan bahwa pengembangan
rudal antarbenua (ICBM) milik Korea Utara telah mencapai tahap akhir.
"[Korut]
telah mendekati tahap akhir untuk mengamankan kemampuan teknologi
ICBM-nya," kata perwakilan Kemhan Korsel dalam rapat dengar pendapat
dengan Majelis Nasional pada Senin (18/9).
Perwakilan Kemhan itu pun memperingatkan kemungkinan provokasi baru dari Pyongyang terkait program senjatanya tersebut.
"[Korut]
akan melanjutkan provokasinya seperti uji coba rudal dan nuklir untuk
mengamankan kapabilitas program senjatanya. Situs nuklir Punggye-ri juga
terlihat telah siap untuk melakukan uji coba baru," katanya.
Pertemuan Majelis Nasional dengan Kemhan Korsel ini dilakukan berselang
tiga hari setelah Korut kembali menguji coba ICBM-nya, Hwasong-12,
hingga melewati wilayah Jepang untuk kedua kalinya dalam sebulan, pada
Jumat pekan lalu.
Diberitakan kantor berita Yonhap, Hwasong-12 meluncur sekitar 3.700 kilometer dengan ketinggian maksimal 770 kilometer.
Kemhan
Korsel menduga, peluncuran ICBM itu dilakukan Korut sebagai bentuk
protes atas penjatuhan sanksi baru PBB pada 12 September lalu yang
semakin mengisolasi ekonomi negaranya.
Selain itu, Kemhan Korsel
juga menganggap uji coba rudal itu bertujuan untuk memamerkan kemampuan
program senjata Korut yang diklaim sudah mampu menyerang pangkalan
militer AS.
Sejak Kim Jong-un menggantikan posisi sang ayah, Kim
Jong-il, sebagai pemimpin tertinggi Korut pada 2011 silam, negara di
Asia Timur itu memang terus menggencarkan pembangunan program senjata
nuklir dan rudalnya.
Korsel mencatat, Korut telah menembakkan 19 rudal dalam 14 uji coba yang dilakukan rezim itu selama 2017.
Pyongyang
bahkan mengklaim berhasil meledakkan bom hidrogen berkekuatan
destruktif besar dalam uji coba nuklir keenamnya pada 3 September lalu.
Sejumlah
pengamat meyakini, satu-satunya cara untuk membungkam ambisi senjata
nuklir Korut adalah dengan menggulingkan Kim Jong-un dari
kepemimpinannya.
Jakarta, CB --
Pemerintah Kuwait dilaporkan memerintahkan duta besar Korea Utara,
So Chang Sik, untuk meninggalkan negara itu dalam 30 hari ke depan.
Langkah
ini dilakukan Kuwait sesuai resolusi Dewan Keamanan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang meminta seluruh negara menghentikan kerja sama
dengan Korut sebagai bentuk sanksi atas uji coba nuklir keenam yang
dilakukan negara paling terisolasi itu pada awal September lalu.
Seorang
diplomat Korut yang enggan disebutkan identitasnya mengatakan Dubes
Chang Sik akan meninggalkan Kuwait seiring dengan keputusan pemerintahan
Emir Sabah Ahmad al-Sabah untuk meminimalkan hubungan negaranya dengan
rezim Kim Jong-un.
Namun, di sisi lain, masa jabatan Chang Sik pun memang dilaporkan berakhir pada September ini.
Sementara itu, otoritas Kuwait belum menanggapi kabar mengenai pengusiran kepala perwakilan diplomatik Korut tersebut.
Sebelumnya,
Kuwait juga telah menghentikan pinjaman dana bagi negara paling
terisolasi itu. Saat itu, Kemlu Kuwait menyatakan bahwa tindakan itu
diambil sebagai bentuk komitmen dalam menerapkan resolusi DK PBB
terhadap Korut.
Sedikitnya 3.000 warga Korut tinggal di salah
satu Negara Teluk itu dan Kuwait pun selama ini menjadi satu-satunya
negara di kawasan yang menjalin hubungan diplomatik dengan Pyongyang.
Agustus
lalu, Negara Teluk lainnya menangguhkan penerbangan langsung menuju dan
dari Pyongyang. Negara-negara itu pun telah menghentikan pemberian visa
masuk bagi warga Korut.
Diberitakan Reuters, pada awal bulan
ini, Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga telah bertemu dengan
sejumlah pemimpin negara di kawasan Teluk Arab di Washington.
Trump
meminta negara-negara tersebut mengurangi kerja sama dengan Korut
sebagai bentuk tekanan agar Pyongyang mau menghentikan ambisi nuklir dan
rudalnya yang dianggap semakin mengkhawatirkan.
Di Asia
Tenggara, langkah keras baru-baru ini juga dilakukan Filipina.
Pemerintahan Rodrigo Duterte menangguhkan hubungan dagang dengan Korut
sebagai respons atas uji coba nuklir tersebut.
Ramallah, Palestina (CB) - Presiden Palestina Mahmoud
Abbas pada Ahad (18/9) mengatakan ia puas dengan keputusan gerakan Hamas
untuk melakukan tindakan praktis menuju rekonsiliasi internal.
Abbas, yang tiba di New York untuk menghadiri pertemuan tahunan
Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatakan dalam satu
pernyataan resmi bahwa ia puas dengan pernyataan Gerakan Perlawanan
Islam (Hamas) di Kairo, Mesir, untuk rujuk.
Pada Ahad pagi, para pemimpin Hamas, yang telah melakukan
pembicaraan dengan pejabat senior keamanan intelijen Mesir, mengatakan
dalam pernyataan resmi bahwa mereka siap untuk melakukan rekonsiliasi
dengan Partai Fatah pimpinan Abbas.
Hamas sebelumnya mengumumkan telah membubarkan komite administratif
untuk menangani urusan sehari-hari di Jalur Gaza. Pembentukan komite itu
telah membuat marah Abbas, yang berkeras bahwa komite tersebut mesti
dibubarkan guna melanjutkan dialog dengan Hamas.
HAMAS, yang
telah menguasai Jalur Gaza sejak merebut kendalinya pada 2007, telah
menyampaikan kesediaan untuk menerima pemerintah
konsensus Palestina di Jalur Gaza dan mengizinkannya bekerja secara
layak.
Para pemimpin komite administratif yang dijalankan Hamas di Jalur
Gaza juga mengatakan mereka siap untuk sepenuhnya bekerja sama dengan
pemerintah konsensus dan menyerahkan urusan Jalur Gaza.
Juru Bicara Pemerintah Konsensus di Ramallah Yousef Al-Mahmoud
mengatakan pemerintah sepenuhnya siap pergi ke Jalur Gaza secepatnya dan
mengambil-alih daerah kantung pesisir itu.
Menurut pernyataan
resmi Abbas, ia akan mengadakan pertemuan dengan para pemimpin Palestina
di Ramallah segera setelah ia pulang dari Amerika Serikat.
Hamas menyampaikan kesediaan untuk ikut dalam pemilihan umum setelah
pembentukan pemerintah persatuan berkoordinasi dengan semua lembaga
politik dan faksi lain Palestina
Beijing (CB) - Pihak berwenang China, Senin, menahan
seorang warga Jepang, yang dicurigai melakukan kegiatan mata-mata, kata
media pemerintah setempat.
Penangkapan tersebut dilakukan di kota pelabuhan Dalian di provinsi
Liaoning, China timurlaut, yang berbatasan dengan Korea Utara, kata
laporan resmi, Dalian Daily, dalam jaringan.
Laporan itu mengatakan Ken Higuchi diselidiki Biro Keamanan Nasional
Kota Dalian karena dicurigai melakukan kegiatan mata-mata terhadap
China dan bahwa jaksa menyetujui penangkapannya.
Huruf untuk nama depan Higuchi juga bisa dibaca Takeshi atau Takeru.
Masih belum jelas dilaporkan apakah Higuchi menjadi perkara baru
atau apakah ia ditahan sebelumnya, namun perkembangan terakhir adalah
penangkapannya secara resmi.
China menahan enam warga Jepang pada Maret karena dicurigai
melakukan kegiatan ilegal. Empat dari enam orang tersebut dikembalikan
ke Jepang pada Juli, tiga di antaranya melakukan penelitian geologi
mengenai pemandian air panas, menurut atasan mereka.
Kementerian luar negeri China juga pada Juli mengatakan seorang
warga negara Jepang sedang diselidiki karena dicurigai telah
membahayakan keamanan nasional China.
Hingga saat ini, kementerian luar negeri Jepang tidak dapat dihubungi, sebab Senin merupakan hari libur nasional di Jepang.
Hubungan China dengan Jepang telah tegang selama beberapa dekade
karena warisan agresi masa perang Jepang, sementara perselisihan wilayah
laut atas pulau kecil di Laut Cina Timur dalam beberapa tahun
belakangan menambah kecurigaan di antara kedua pihak.
Pada 2010, empat warga Jepang ditahan di China karena dicurigai memasuki zona militer dan mengambil foto tanpa izin.
Dua warga Jepang ditangkap karena dicurigai melakukan kegiatan
mata-mata pada 2015. Pada tahun lalu, China mengatakan menyelidiki
seorang warga negara Jepang karena dicurigai membahayakan keamanan
negara itu.
Doha (CB) - Qatar menandatangani sebuah kesepakatan untuk
membeli 24 jet tempur Typhoon dari Inggris pada Minggu (17/9), di tengah
perselisihan diplomatik panjang dengan beberapa tetangganya.
Menteri
Pertahanan Qatar Khalid bin Mohammed al Attiyah dan Menteri Luar Negeri
Inggris Michael Fallon menandatangani "pernyataan niat" bagi Inggris
untuk menjual pesawat-pesawat itu menurut pernyataan yang dikeluarkan
oleh London.
"Ini akan menjadi kontrak pertahanan utama pertama
dengan Qatar, salah satu mitra strategis Inggris," kata Fallon
sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
"Ini adalah momen penting
dalam hubungan pertahanan kita dan dasar kerja sama pertahanan yang
lebih dekat antara kedua negara kita," katanya.
Duta Besar
Inggris untuk Doha Ajay Sharma mengumumkan kesepakatan itu melalui
Twitter, menyebutnya sebagai "langkah besar" dalam hubungan pertahanan
antara kedua negara.
Namun belum ada pernyataan dari Qatar mengenai kesepakahan itu.
Ankara (CB) - Angkatan bersenjata Turki memulai latihan
militer di perbatasannya dengan Irak pada Senin, sepekan menjelang
referendum kemerdekaan Kurdi di utara Irak yang Turki minta dibatalkan.
Dalam pernyataannya, militer menyatakan operasi menyasar
kelompok-kelompok militan di wilayah perbatasan dengan Irak akan terus
berlanjut pada waktu bersamaan dengan pelatihan tersebut.
Pada Sabtu, Perdana Menteri Binali Yildirim mengatakan rencana
referendum pada 25 September itu mengancam keamanan nasional dan
mengingatkan bahwa Turki akan meresponsnya dengan langkah yang
diperlukan.
Turki, Amerika Serikat dan negara Barat lain menyarankan otoritas di
daerah semi-otonom tersebut membatalkan pemungutan suara, khawatir itu akan memicu ketegangan yang mengalihkan
perhatian dari perang terhadap ISIS di Irak dan Suriah.
Dengan penduduk Kurdi terbesar di wilayah ini, Turki juga khawatir suara "Ya" akan memicu separatisme di
wilayah tenggaranya, tempat gerilyawan kelompok terlarang Partai Pekerja
Kurdistan (PKK) melakukan pemberontakan dalam tiga dasawarsa
belakangan.
Presiden Tayyip Erdogan mengatakan pada Minggu bahwa
dia akan bertemu dengan Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi pekan ini
untuk membahas kekhawatirannya terkait referendum, demikian menurut
siaran kantor berita Reuters.
Arsip
Foto. Tank tentara Turki mengambil posisi di perbatasan Turki-Suriah
dekat kota Suruc, provinsi Sanliurfa, Senin (29/9). (REUTERS/Murad
Sezer )
Ankara, Turki (CB) - Total 80 kendaraan militer pelacak
dikerahkan ke perbatasan Turki-Suriah di dekat Provinsi Hatay di Turki
Selatan pada Minggu menurut warta surat kabar lokal Daily Sabah.
Kendaraan-kendaraan militer tersebut, termasuk tank, yang berangkat
dari distrik Luleburgaz di Provinsi Kirklareli di bagian barat-laut
Turki, dibawa ke distrik Iskenderum di Provinsi Hatay melalui jalur
kereta.
Setelah dipindahkan dari kereta ke truk oleh personel militer,
perlengkapan militer itu dibawa menuju daerah perbatasan dengan
pengamanan ketat.
Pengerahan kendaraan militer tersebut merupakan bagian dari penambahan baru
bala bantuan bagi tentara yang sudah ditempatkan di sana.
Pada Sabtu larut malam, militer Turki mengirim kendaraan militer dan
truk bantuan pertama ke lokasi yang sama selain perlatan berat menurut siaran kantor berita pemerintah Anadolu.
Konvoi
ketiga kendaraan lapis baja akan bergerak ke Distrik Reyhanli di
Provinsi Hatay menurut laporan-laporan yang dikutip kantor berita
Xinhua.
Gambar
Badai Irma saat menjadi badai kategori 5 yang diambil dari satelit
GOES-16 milik NOAA National Weather Service National Hurricane Center
pada Selasa (5/9/2017).
Hurr (Courtesy NOAA National Weather Service National Hurricane
Center/Handout via REUTERS/djo/17)
Jakarta (CB) - Masyarakat Florida pemegang polis
asuransi telah mengajukan klaim sebesar 2 miliar dollar AS kepada
perusahaan asuransi untuk kerusakan akibat Badai Irma, demikian
disampaikan regulator asuransi wilayah tersebut, Senin.
Perkiraan
kerugian yang diasuransikan itu berdasarkan data awal yang diajukan
perusahaan asuransi kepada Florida Office of Insurance Regulation, di
mana terdapat 335.347 klaim.
Sekitar 88 persen
dari jumlah klaim berasal dari pemilik properti residensial, yang hanya
3,8 persennya telah ditutup, demikian disampaikan bagian pengarsipan.
Dari
klaim tersebut, 3 persennya merupakan properti komersial, sedangkan
asuransi perluasan perlindungan terhadap risiko banjir mencapai 0,2
persen.
Badai Irma digolongkan sebagai salah
satu badai Atlantik paling kuat yang tercatat sebelum menyerang daratan
AS sebagai badai Kategori 4 pada 10 September. Badai tersebut menewaskan
sedikitnya 33 orang di Florida.
Saham Asuransi
Wajib berbasis Florida Heritage Insurance (HRTG.N) dan Universal
Insurance (UVE.N) turun masing-masing 3,4 persen dan 3,8 persen.
Saham
HCI Inc turun 2,2 persen, sementara Federated National (FNHC.O) turun
2,6 persen dan United Insurance (UIHC.O) turun 1,7 persen lebih rendah.
Demikian dilansir Reuters.
SEOUL - Pesawat pembom supersonik B-1B Amerika
Serikat (AS) bersama dengan pesawat jet tempur siluman F-35B, melakukan
latihan militer gabungan dengan Korea Selatan (Korsel) di atas wilayah
Semananjung Korea, pada hari Senin (18/9/2017).
Manuver ini diklaim sebagai peringatan terhadap Korea Utara
(Korut) atas peluncuran rudal yang melewati wilayah udara Jepang pekan
lalu.
“Militer AS melakukan latihan pengeboman pura-pura di atas
langit Korea pada hari Senin,” kata sumber pemerintah Korsel yang
dikutip kantor berita Yonhap, tanpa merinci jumlah pesawat
yang dikerahkan. Setelah latihan gabungan, pesawat jet tempur F-35B dan
pesawat pembom B-1B kembali ke markas mereka masing-masing, yakni di
Jepang dan Guam.
Ketegangan telah meningkat di Semenanjung Korea
sejak Pyongyang melakukan uji coba senjata nuklir keenam kalinya pada 3
September lalu. Korea Utara mengklaim bahwa mereka telah berhasil
menguji sebuah bom hidrogen yang dapat dipasang di rudal balistik
antarbenua (ICBM).
Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan suara bulat menyetujui
sebuah resolusi sanksi baru, yang melarang ekspor tekstil Korea Utara
dan membatasi impor minyak negara itu sebagai respons atas uji coba
senjata nuklir.
Tapi, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un tak
gentar. Dia justru bersumpah bahwa negaranya akan mencapai tujuan
program senjata nuklirnya, yakni menyeimbangkan kekuatan militer
Pyongyang dan Washington.
Rusia dan China bersikeras bahwa situasi di Semenanjung Korea harus diselesaikan hanya melalui dialog, bukan sarana militer.
Kedua
negara itu telah berulang kali mengajukan rencana ”pembekuan ganda”,
di mana Korea Utara akan dilarang menguji uji coba rudal dan senjata
nuklirnya dengan imbalan imbalan penghentian latihan militer gabungan
AS dan Korea Selatan. Tapi, proposal Moskow dan Beijing ini ditolak
Washington.
Tak
hanya menolak, AS justru terus melakukan latihan gabungan dengan Korea
Selatan dan Jepang sambil memperkuat retorika ancaman militernya
terhadap Pyongyang.