![Kendaraan serang amfibi: Seorang marinir Korea Selatan duduk si sebuah kendaraan amfibi serang pada latihan gabungan Maret 2014 dengan Marinir Amerika Serikat di Pohang. [AFP]](http://apdforum.com/shared/images/2014/12/18/asia-arms-race1AP.jpg)
Kendaraan
serang amfibi: Seorang marinir Korea Selatan duduk si sebuah kendaraan
amfibi serang pada latihan gabungan Maret 2014 dengan Marinir Amerika
Serikat di Pohang. [AFP]
CB - Selamat Datang di perlombaan senjata Asia abad 21. Ini akan menelan
biaya lebih dari $200 miliar selama 20 tahun mendatang, analis
memprediksi.
Lebih dari 400 kapal perang besar akan dibangun bersamaan dengan
hampir 1.000 kapal patroli dan penjaga pantai serta 100 kapal selam -
kapal perang pilihan di kalangan negara-negara Asia untuk melawan
kekuatan angkatan laut Tiongkok yang semakin bertumbuh.
Setiap negara di kawasan ini mengeluarkan biaya untuk kapal dan pesawat angkatan laut baru.
"Pembelanja terbesar dalam perlombaan senjata ini adalah Tiongkok
[jelas, karena merekalah yang memulainya], Korea Selatan, Jepang dan
Australia. Setiap negara di kawasan ini dengan berbagai jenis kondisi
perekonomiannya mengeluarkan biaya untuk kapal dan pesawat angkatan laut
baru," strategypage.com melaporkan.
Analis keuangan Martin Hutchinson, seorang ahli di bidang
perekonomian negara berkembang, mengatakan kepada Forum Pertahanan Asia
Pasifik [APDF] bahwa Tiongkok dan Jepang, diikuti oleh Korea Selatan,
adalah negara-negara Asia yang paling mungkin berhasil menanggung beban
keuangan dan ekonomi dalam perlombaan senjata baru ini.
![Hanoi diluncurkan: Kapal selam kelas Kilo 636 pertama milik Angkatan Laut Vietnam, bernama Hanoi, dilepaskan dari sebuah kapal transportasi Belanda di Teluk Cam Ranh di Laut Tiongkok Selatan pada bulan Januari 2014. [AFP/Kantor Berita Vietnam]](http://apdforum.com/shared/images/2014/12/18/asia-arms-race2AP.jpg)
Hanoi
diluncurkan: Kapal selam kelas Kilo 636 pertama milik Angkatan Laut
Vietnam, bernama Hanoi, dilepaskan dari sebuah kapal transportasi
Belanda di Teluk Cam Ranh di Laut Tiongkok Selatan pada bulan Januari
2014. [AFP/Kantor Berita Vietnam]
"Perekonomian negara berkembang seperti Filipina, Indonesia dan
Vietnam
adalah negara-negara yang paling mungkin langsung menderita akibat
perlombaan itu, dan jauh ketinggalan, jika mereka tidak dibantu oleh
negara-negara industri yang lebih sejahtera," katanya.
"Negara-negara tetangga bisa menghitung dan melihat Tiongkok menjadi
kekuatan angkatan laut utama di kawasan itu dalam dua dekade. Walaupun,
Armada Pasifik AS dan sekutu-sekutu Amerika [yang sekarang termasuk
musuh lama seperti Vietnam] masih akan lebih kuat. Namun demikian,
negara-negara Asia mengkhawatirkan peprtumbuhan kekuatan China dan
semakin meningkatnya klaim atas wilayah tetangga," kata
strategypage.com.
Perlombaan senjata adalah anugerah bagi negara-negara industri.
Perlombaan senjata di Asia adalah anugerah bagi negara-negara industri besar di kawasan ini, tulis the
Financial Times London.
Asia menghabiskan $322 juta untuk anggaran militer pada tahun 2013,
naik dari $262 juta untuk tahun 2010, dengan Tiongkok tumbuh semakin
dominan. Anggaran biaya militer di Tiongkok tumbuh 43,2 persen
2008-2013, menurut Institut Internasional untuk Kajian Strategis [IISS],
the
Financial Times mengatakan.
![Helikopter Filipina: Seorang pastor kapelan dari Angkatan Bersenjata Filipina memberkati salah satu dari tiga helikopter baru AugustaWestland 109 Power dalam sebuah upacara di Manila pada bulan Desember 2013. [AFP]](http://apdforum.com/shared/images/2014/12/18/asia-arms-race3AP.jpg)
Helikopter
Filipina: Seorang pastor kapelan dari Angkatan Bersenjata Filipina
memberkati salah satu dari tiga helikopter baru AugustaWestland 109
Power dalam sebuah upacara di Manila pada bulan Desember 2013. [AFP]
Pembelanjaan Asia itu memicu meningkatnya pengadaan militer di sebuah
kawasan yang penuh dengan klaim teritorial yang saling bertentangan
serta tempat-tempat yang sudah lama berpotensi rawan konflik, IISS
memperingatkan dalam tinjauan tahunannya perihal keseimbangan militer di
dunia pada Februari 2014.
Bahkan sementara negara-negara Asia secara dramatis meningkatkan
belanja mereka pada pertahanan selama seperempat abad terakhir,
negara-negara yang relatif kurang berkembang sekarang jauh lebih mampu
menanggung beban daripada dulu, karena pertumbuhan ekonomi di seluruh
kawasan itu telah begitu besar, tulis analis David C. Kang di the
National Interest.
"11 negara-negara besar Asia Timur [termasuk Tiongkok] mengalokasikan
rata-rata 3,35 persen dari perekonomian mereka untuk belanja militer
pada tahun 1988, namun pada tahun 2013 rata-rata itu menjadi 1,86 persen
dari PDB," tulis Kang.
Belanja pertahanan Jepang
naik 27 persen selama 25 tahun jika disesuaikan dengan inflasi, dan
kenaikan yang diusulkan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe akan berjumlah
5 persen pada tahun 2018. Selama periode 25 tahun [1988-2012], belanja
yang sudah pasti di Asia Timur meningkat rata-rata 148 persen, menurut
Kang. Sejak tahun 1988, belanja militer Tiongkok telah meningkat 834
persen dalam arti sebenarnya.
Sengketa Laut Tiongkok Selatan adalah katalis
Sengketa antara enam negara yang mengklaimKepulauan Spratly
yang kaya minyak di Laut Tiongkok Selatan telah menjadi katalis,
terutama untuk kapal dan kapal selam, menurut the Financial Times.
Vietnam, salah satu pihak dalam sengketa kepulauan Spratly itu,
menghabiskan biaya dua kali lipat sejak tahun 2005 menjadi US$3,4 miliar
pada 2012, menurut Institut Riset Perdamaian Internasional [SIPRI].
Dalam dua bulan pertama tahun 2014, Vietnam menerima dua dari enam
kapal selam diesel-listrik kelas Kilo yang dipesan dari Rusia. "Rusia
telah mendapatkan manfaat dari hubungan dagang yang erat dengan Vietnam,
dan masih menjual satu dari setiap empat pesawat militer di kawasan
itu," bunyi laporan the
Financial Times.
Namun, Eropa dan Amerika Serikat terus mendominasi kawasan itu dalam
hal penjualan peralatan pertahanan pada umumnya. Mereka tetap dominan
sebagai pemasok peralatan canggih, dengan tiga perempat dari pasar Asia
untuk peralatan berteknologi tinggi termasuk radar, sonar, sistem
komunikasi dan senjata yang kompleks, menurut
IHS Jane’s.
Negara-negara kecil mengambil keuntungan dari pasar
Beberapa negara Asia yang lebih kecil dengan industri maju juga
muncul untuk mengambil keuntungan dari pasar senjata yang berkembang
pesat.
Korea Selatan menjual jet cepatnya KAI T-50 ke Filipina, dan
Singapore Technology memasok sistem komunikasi militer ke Thailand, kata
the
Financial Times .
Peningkatan pesat di pasar senjata Asia ini sudah pasti membuka
interaksi politik dan keamanan baru antara negara-negara yang bersaing
di Asia, IISS memperingatkan.
"Ada bukti substansial dinamika aksi-reaksi yang terjadi dan mempengaruhi program militer negara-negara kawasan," kata IISS.
IISS mengidentifikasi dinamika kawasan lainnya selain dari
kebangkitan Tiongkok yang memberikan kontribusi pada meningkatnya
anggaran pertahanan di seluruh Asia.
"India, yang ketergantungannya pada impor menjadikannya salah satu
pasar terbesar untuk pemasok perlengkapan pertahanan asing, terus
membangun kemampuan yang diarahkan pada Pakistan dan Tiongkok," kata
laporan itu. Sementara itu, Jepang dan Korea Selatan sedang membangun
pertahanan mereka terhadap program nuklir dan rudal Korea Utara. .
Credit
APDForum