Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal. (CNNIndonesia/Natalia Santi)
Jakarta, CB -- Kementerian Luar Negeri Indonesia mengeluhkan sikap pemerintah Malaysia. Sebab selama ini Negeri Jiran tak memberikan kontribusi dalam proses pembebasan warga Indonesia yang diculik kelompok Abu Sayyaf di wilayah mereka.
Indonesia
bersama Malaysia dan Filipina telah sepakat membentuk kerja sama
trilateral untuk memperketat pengamanan di perairan Sulu, Sabah, dan
sekitarnya. Hal itu dilakukan setelah marak penculikan dan perompakan di
wilayah itu oleh Abu Sayyaf pada 2016-2017 lalu.
"Para sandera
diculik di wilayah Malaysia, tapi dalam proses pembebasannya tidak ada
kontribusi pemerintah malaysia sama sekali," ucap Direktur Perlindungan
WNI dan Badan Hukum Kemlu RI, Lalu Muhammad Iqbal, melalui pernyataan
yang diterima CNNIndonesia.com, pada Rabu (16/1).
Pernyataan itu diutarakan Iqbal menyusul pembebasan Samsul Saguni, salah
satu WNI yang disandera Abu Sayyaf saat melaut di perairan Sabah pada
11 September lalu. Saat itu, Samsul tak sendiri.
Salah satu
rekannya yang berada di kapal ikan yang sama, Usman Yunus, juga ikut
diculik Abu Sayyaf. Namun, Usman berhasil dibebaskan lebih dulu pada 7
Desember lalu.
Sementara itu, Samsul berhasil dibebaskan di Jolo
pada Selasa (15/1) sekitar pukul 16.30 waktu lokal, setelah empat bulan
disandera Abu Sayyaf. Iqbal menyatakan pemerintah Filipina selalu
membantu dalam upaya pembebasan sandera.
Menurut Iqbal, pembebasan Samsul dilakukan tanpa tebusan.
"Tidak
ada tebusan. (Pembebasan) lebih karena memanfaatkan aset-aset kita di
sana. Gubernur Syakur Tan misalnya, dia merupakan kontak lama kita,"
kata Iqbal.
Iqbal mengatakan saat ini Samsul masih berada di Pangkalan Militer
Westmincon, Jolo, untuk diperiksa kesehatannya sebelum diterbangkan ke
Zamboanga City.
Proses pemulangan, kata Iqbal akan segera dilakukan setelah Samsul diserahterimakan secara resmi kepada KBRI di Manila.
Sebelum bebas, video Samsul yang merintih meminta pertolongan sempat tersebar di media sosial Malaysia beberapa waktu lalu.
Samsul
terlihat menangis dan memohon bantuan dari bawah lubang tanah. Dalam
video, dia terlihat mengenakan celana pendek berwarna merah muda tanpa
pakaian, didampingi dua orang yang terlihat sebagai penyandera sambil
menodongkan senjata ke arahnya.
Berdasarkan sumber dari Filipina,
video itu dikirim oleh Abu Sayyaf kepada pemilik kapal berbendera
Malaysia demi meminta tebusan. Pemilik kapal lantas mengirim rekaman itu
kepada aparat, dan kemudian tersebar.
Lebih lanjut, Iqbal memaparkan sejak 2016, dari sebanyak 36 WNI
disandera Abu Sayyaf di Filipina Selatan, 34 di antaranya sudah bebas.
"Dan dua WNI lainnya hingga kini masih dalam upaya pembebasan," kata Iqbal.
Hingga
berita ini dibuat, CNNIndonesia.com sudah mengontak pemerintah Malaysia
melalui kedutaan besar untuk meminta tanggapan, tetapi mereka belum
memberikan klarifikasi.
Credit
cnnindonesia.com