Kamis, 17 Januari 2019

China Peringatkan AS Tak Akan Tolerir Intervensi Urusan Taiwan



China Peringatkan AS Tak Akan Tolerir Intervensi Urusan Taiwan
Ilustrasi China dan Amerika Serikat dalam pusaran krisis Taiwan. Foto/SINDOnews/Berlianto

BEIJING - Militer China memperingatkan Amerika Serikat (AS) bahwa Beijing tidak akan montolerir intervensi asing dalam urusan Taiwan. Beijing, yang menganggap Taiwan bagian dari kedaulatannya, tidak akan segan-segan menggunakan kekuatan untuk mempertahankan wilayahnya.

Peringatan itu disampaikan Kepala Departemen Staf Gabungan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Jenderal Li Zuocheng selama pertemuan dengan Kepala Angkatan Laut AS Laksamana John Richardson di Beijing.

Richardson berada di negeri Tirai Bambu itu dalam kunjungan tiga hari, termasuk singgah di kota timur Nanjing, markas Komando Teater Timur PLA.

Kementerian Pertahanan China atau Tiongkok dalam sebuah pernyataan mengatakan kedua pemimpin militer itu terlibat "pertukaran mendalam" terkait pandangan tentang Taiwan dan Laut China Selatan.

Li memperingatkan bahwa Tiongkok akan mempertahankan kedaulatannya dengan segala cara.

"Masalah Taiwan adalah masalah urusan dalam negeri Tiongkok yang menyangkut kepentingan inti Tiongkok dan perasaan orang-orang Tiongkok di Selat Taiwan, dan Tiongkok tidak akan mengizinkan campur tangan dari luar," kata Li, dalam pernyataan kementerian tersebut, yang dikutip dari South China Morning Post, Rabu (16/1/2019).

"Jika ada yang ingin memisahkan Taiwan dari Tiongkok, militer Tiongkok akan melindungi persatuan nasional dengan segala cara untuk melindungi kedaulatan dan integritas teritorial Tiongkok," lanjut Li.

Li mengatakan ikatan militer adalah komponen kunci dari hubungan China-AS, dan meminta kedua belah pihak untuk meningkatkan komunikasi.

"Pasang surut yang dialami selama 40 tahun sejak berdirinya hubungan Tiongkok-AS telah menunjukkan bahwa kepentingan bersama antara Tiongkok dan AS jauh melebihi perbedaan, dan kerja sama adalah pilihan terbaik bagi kedua belah pihak," kata Li, yang juga anggota Komisi Militer Pusat, badan penguasa militer.

"Kedua militer harus saling menghormati, memperkuat rasa saling percaya dan komunikasi, mengelola risiko dengan benar, dan bekerja untuk menjadikan pertukaran militer sebagai penstabil hubungan Tiongkok-AS," katanya.

Di bawah Presiden AS Donald Trump, Washington telah meningkatkan dukungannya bagi Taiwan yang memerintah sendiri wilayahnya dengan penjualan senjata baru dan meningkatkan kontak antara para pejabat. Hal itu menuai protes yang berulang kali dari Beijing.

Presiden China Xi Jinping melihat penyatuan kembali dengan Taiwan sebagai inti dari visinya tentang peremajaan negara dan mengatakan dalam pidato bulan ini bahwa Beijing tidak akan berjanji untuk meninggalkan penggunaan kekuatan guna mencapai hal tersebut.

Hubungan Tiongkok dengan AS juga memburuk karena peningkatan militer China di wilayah Laut China Selatan yang disengketakan. Wilayah itu menjadi tempat kapal perang kedua negara hampir bertabrakan pada bulan September lalu.

Dalam pertemuan itu, Richardson mengatakan Amerika Serikat sangat menghargai hubungan yang konstruktif dan berorientasi pada hasilnya. Richardson juga menyatakan keinginannya untuk meningkatkan pertukaran militer tingkat tinggi, memperkuat saling pengertian dan mengurangi risiko salah paham dan salah perhitungan.

Kunjungan Richardson ke Beijing merupakan yang kekdua kali sejak dia menjadi kepala Angkatan Laut AS pada tahun 2015. Kunjungan sebelumnya dilakukan pada tahun 2016 yang fokus pembicaraan perihal gesekan di Laut China Selatan. 






Credit  sindonews.com