WASHINGTON
- Kelompok Yahudi dan para politisi Amerika Serikat (AS) tersinggung
dengan komentar Presiden Rusia Vladimir Putin yang mencurigai warga
Yahudi sebagai dalang intervensi pemilu presiden 2016 di Amerika.
Dalam sebuah wawancara dengan NBC News, Putin mengatakan, orang-orang Yahudi berbagai negara termasuk yang berkewarganegeraan Rusia mungkin menjadi dalang intervensi pemilu AS. Tapi, dia tak peduli bahkan jika terbukti pelakunya warga negara Rusia, karena bertindak bukan atas nama pemerintah.
Menurut Putin orang-orang Yahudi yang diduga mengganggu pemilu AS hanya “mendompleng” statusnya sebagai warga Rusia. ”Mungkin mereka bahkan bukan orang Rusia,” kata Putin kepada kepada Megyn Kelly dari NBC News dalam wawancara tersebut.
”Mungkin mereka orang Ukraina, Tatar, Yahudi, yang hanya dengan kewarganegaraan Rusia,” lanjut Putin, yang menambahkan bahwa orang Yahudi Jerman, Prancis, Asia, Rusia juga mungkin terlibat dengan didanai oleh pemerintah AS sendiri.
Pemimpin Anti-Defamation League, Jonathan Greenblatt mengecam komentar Putin yang dia anggap bernuanasa anti-Semit.
”Presiden Putin dengan aneh telah memilih untuk menyalahkan permainan dengan menunjuk pada orang Yahudi dan minoritas lainnya di negaranya,” ujar Greenblatt dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip The Washington Post, Senin (12/3/2018).
”Sangat meresahkan untuk melihat presiden Rusia memberikan kehidupan baru pada stereotip anti-Semit klasik yang telah melanda negaranya selama ratusan tahun, dengan sebuah komentar yang terdengar seolah-olah dirubuhkan dari halaman ke halaman ‘Protocols of the Elders of Zion’,” katanya.
The American Jewish Committee (Komite Yahudi Amerika) juga membandingkan komentar Putin dengan “Elders of Zion”, sebuah dokumen palsu yang diterbitkan di Rusia pada tahun 1903 yang mengklaim bahwa orang-orang Yahudi merencanakan untuk mengambil alih dunia. Dokumen itulah yang dianggap memicu kekerasan terhadap orang-orang Yahudi di seluruh Eropa, yang akhirnya mempengaruhi rencana Adolf Hitler untuk menjalankan Holocaust.
Peneliti di komite tersebut, Masha Gessen, kepada NPR mengatakan bahwa anti-Semitisme di Rusia kembali ke ratusan tahun lalu. Menurutnya, orang-orang Yahudi memiliki sedikit hak di bawah etnis Rusia.
Menurut Gessen, setelah revolusi komunis, Uni Soviet—nama Rusia sebelumnya—secara singkat bereksperimen dengan menciptakan sebuah wilayah Yahudi otonom di sepanjang perbatasan timur. Namun zona tersebut menjadi tempat kengerian baru ketika Joseph Stalin meluncurkan pembersihan Yahudi dan minoritas lainnya—termasuk Tatar Crimea, yang menurut Putin mungkin berada di balik campur tangan pemilu AS.
Menurut data Jewish Virtual Library, orang-orang Yahudi Rusia terus dianiaya bahkan setelah kematian Stalin. Komunis menutup rumah-rumah ibadat, menerbitkan buku-buku anti-Semit dan mengeksekusi puluhan orang Yahudi pada tahun 1960-an dan 1070-an.
Senator AS dari Partai Demokrat, Richard Blumenthal juga mengecam komentar Putin. ”Komentar Putin yang menjijikkan patut dikecam, tepat dan segera oleh para pemimpin dunia,” kata Blumenthal di Twitter.
Dalam sebuah wawancara dengan NBC News, Putin mengatakan, orang-orang Yahudi berbagai negara termasuk yang berkewarganegeraan Rusia mungkin menjadi dalang intervensi pemilu AS. Tapi, dia tak peduli bahkan jika terbukti pelakunya warga negara Rusia, karena bertindak bukan atas nama pemerintah.
Menurut Putin orang-orang Yahudi yang diduga mengganggu pemilu AS hanya “mendompleng” statusnya sebagai warga Rusia. ”Mungkin mereka bahkan bukan orang Rusia,” kata Putin kepada kepada Megyn Kelly dari NBC News dalam wawancara tersebut.
”Mungkin mereka orang Ukraina, Tatar, Yahudi, yang hanya dengan kewarganegaraan Rusia,” lanjut Putin, yang menambahkan bahwa orang Yahudi Jerman, Prancis, Asia, Rusia juga mungkin terlibat dengan didanai oleh pemerintah AS sendiri.
Pemimpin Anti-Defamation League, Jonathan Greenblatt mengecam komentar Putin yang dia anggap bernuanasa anti-Semit.
”Presiden Putin dengan aneh telah memilih untuk menyalahkan permainan dengan menunjuk pada orang Yahudi dan minoritas lainnya di negaranya,” ujar Greenblatt dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip The Washington Post, Senin (12/3/2018).
”Sangat meresahkan untuk melihat presiden Rusia memberikan kehidupan baru pada stereotip anti-Semit klasik yang telah melanda negaranya selama ratusan tahun, dengan sebuah komentar yang terdengar seolah-olah dirubuhkan dari halaman ke halaman ‘Protocols of the Elders of Zion’,” katanya.
The American Jewish Committee (Komite Yahudi Amerika) juga membandingkan komentar Putin dengan “Elders of Zion”, sebuah dokumen palsu yang diterbitkan di Rusia pada tahun 1903 yang mengklaim bahwa orang-orang Yahudi merencanakan untuk mengambil alih dunia. Dokumen itulah yang dianggap memicu kekerasan terhadap orang-orang Yahudi di seluruh Eropa, yang akhirnya mempengaruhi rencana Adolf Hitler untuk menjalankan Holocaust.
Peneliti di komite tersebut, Masha Gessen, kepada NPR mengatakan bahwa anti-Semitisme di Rusia kembali ke ratusan tahun lalu. Menurutnya, orang-orang Yahudi memiliki sedikit hak di bawah etnis Rusia.
Menurut Gessen, setelah revolusi komunis, Uni Soviet—nama Rusia sebelumnya—secara singkat bereksperimen dengan menciptakan sebuah wilayah Yahudi otonom di sepanjang perbatasan timur. Namun zona tersebut menjadi tempat kengerian baru ketika Joseph Stalin meluncurkan pembersihan Yahudi dan minoritas lainnya—termasuk Tatar Crimea, yang menurut Putin mungkin berada di balik campur tangan pemilu AS.
Menurut data Jewish Virtual Library, orang-orang Yahudi Rusia terus dianiaya bahkan setelah kematian Stalin. Komunis menutup rumah-rumah ibadat, menerbitkan buku-buku anti-Semit dan mengeksekusi puluhan orang Yahudi pada tahun 1960-an dan 1070-an.
Senator AS dari Partai Demokrat, Richard Blumenthal juga mengecam komentar Putin. ”Komentar Putin yang menjijikkan patut dikecam, tepat dan segera oleh para pemimpin dunia,” kata Blumenthal di Twitter.
”Mengapa (Donald) Trump diam?,” imbuh Don Beyer, politikus Partai Demokrat dari Virginia, yang menuntut tanggapan dari Trump.
Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar. Presiden Trump sebelumnya enggan mengkritik Putin atau menerima kesimpulan dari komunitas intelijen AS bahwa Rusia memainkan peran dalam intervensi pemilu AS.
Credit sindonews.com