Princeton, New Jersey (CB) - Seorang pakar kimia Rusia yang
turut mengembangkan gas saraf era Uni Soviet yang digunakan untuk
meracun mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal di Inggris selatan belum
lama ini menyatakan, hanya pemerintah Rusia yang bisa melancarkan
serangan dengan racun mematikan dan canggih semacam itu.
Vil Mirzayanov (83) sama sekali tak ragu bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin bertanggung jawab meracun eks agen ganda itu karena Rusia mengendalikan secara ketat timbunan gas beracun Novichok seraya menyebut gas saraf ini terlalu rumit untuk dijadikan senjata oleh aktor non negara.
"Kremlin sepanjang masa, seperti semua penjahat, membantah," kata Mirzayanov dalam wawancara di rumahnya di Princeton, New Jersey, yang selama 20 tahun menjadi tempat pengasingannya.
Sergei Skripal, mantan agen dinas intelijen militer Rusia yang membocorkan belasan agen Rusia di Inggris, dan putrinya, saat ini berjuang melawan maut setelah ditemukan ambruk pada 4 Maret usai diracun Novichok, kata pihak berwenang Inggris seperti dikutip Reuters.
Mirzayanov mengaku menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menguji dan mengembangkan Novichok, yang merupakan nama senjata kimia yang diam-diam diciptakan Rusia pada akhir Perang Dingin.
Senjata kimia ini 10 kali lebih mematikan dari gas saraf VX yang umum diketahui orang.
Menurut Mirzayanov, Rusia memiliki timbunan berton-ton gas saraf ini, namun Rusia membantah memilikinya.
"Novichok ditemukan, diteliti, diujicoba dan diproduksi berton-ton hanya oleh Rusia. Tak ada di dunia ini yang tahu soal ini (selain Rusia)," kata Mirzayanov.
Tak punya penawar
Pada awal 1990-an, ketika negara-negara di seluruh dunia menandatangani Konvensi Senjata Kimia yang merupakan pakta senjata multinasional demi mencegah pengembangan dan pengembangan senjata kimia, Mirzayanov marah karena mengetahui Rusia menyembunyikan keberadaan Novichok.
Dia lalu dipecat dan dipenjarakan setelah membeberkan generasi baru senjata kimia itu dalam sebuah artikel berita. Para pejabat Barat kemudian menekan Rusia untuk membebaskan Mirzayanov.
Dia pindah ke AS yang di sana dia menerbitkan sebuah buku yang mengungkapkan apa yang dia ketahui soal program senjata kimia rahasia Rusia peninggalan Perang Dingin itu.
Program senjata kimia itu melibatkan 30.000 sampai 40.000 orang, termasuk 1.000 orang yang membuat Novichok. Menurut dia banyak dari orang-orang ini yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya mereka produksi.
Gas saraf ini dapat disentisis dengan mencampurkan senyawa-senyawa mematikan.
Menjadi kian mudah bagi Rusia untuk memproduksi material-material Novichok karena berada di bawah selubung pabrik pembuat bahan kimia untuk pertanian, kata Mirzayanov.
"Ini penyiksaan. Racun ini sama sekali tak bisa diobati," kata Mirzayanov seperti dikutip Reuters.
Mirzayanov menyatakan Presiden Rusia Vladimir Putin kemungkinan menggunakan gas saraf mematikan ini untuk menakutnakuti para pembangkang lainnya untuk bungkam.
"Saya kaget. Saya tak bisa membayangkan senjata kimia ini sekalipun dalam mimpi buruk saya, digunakan teroris sebagai senjata," tutup dia seperti dikutip Reuters.
Vil Mirzayanov (83) sama sekali tak ragu bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin bertanggung jawab meracun eks agen ganda itu karena Rusia mengendalikan secara ketat timbunan gas beracun Novichok seraya menyebut gas saraf ini terlalu rumit untuk dijadikan senjata oleh aktor non negara.
"Kremlin sepanjang masa, seperti semua penjahat, membantah," kata Mirzayanov dalam wawancara di rumahnya di Princeton, New Jersey, yang selama 20 tahun menjadi tempat pengasingannya.
Sergei Skripal, mantan agen dinas intelijen militer Rusia yang membocorkan belasan agen Rusia di Inggris, dan putrinya, saat ini berjuang melawan maut setelah ditemukan ambruk pada 4 Maret usai diracun Novichok, kata pihak berwenang Inggris seperti dikutip Reuters.
Mirzayanov mengaku menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menguji dan mengembangkan Novichok, yang merupakan nama senjata kimia yang diam-diam diciptakan Rusia pada akhir Perang Dingin.
Senjata kimia ini 10 kali lebih mematikan dari gas saraf VX yang umum diketahui orang.
Menurut Mirzayanov, Rusia memiliki timbunan berton-ton gas saraf ini, namun Rusia membantah memilikinya.
"Novichok ditemukan, diteliti, diujicoba dan diproduksi berton-ton hanya oleh Rusia. Tak ada di dunia ini yang tahu soal ini (selain Rusia)," kata Mirzayanov.
Tak punya penawar
Pada awal 1990-an, ketika negara-negara di seluruh dunia menandatangani Konvensi Senjata Kimia yang merupakan pakta senjata multinasional demi mencegah pengembangan dan pengembangan senjata kimia, Mirzayanov marah karena mengetahui Rusia menyembunyikan keberadaan Novichok.
Dia lalu dipecat dan dipenjarakan setelah membeberkan generasi baru senjata kimia itu dalam sebuah artikel berita. Para pejabat Barat kemudian menekan Rusia untuk membebaskan Mirzayanov.
Dia pindah ke AS yang di sana dia menerbitkan sebuah buku yang mengungkapkan apa yang dia ketahui soal program senjata kimia rahasia Rusia peninggalan Perang Dingin itu.
Program senjata kimia itu melibatkan 30.000 sampai 40.000 orang, termasuk 1.000 orang yang membuat Novichok. Menurut dia banyak dari orang-orang ini yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya mereka produksi.
Gas saraf ini dapat disentisis dengan mencampurkan senyawa-senyawa mematikan.
Menjadi kian mudah bagi Rusia untuk memproduksi material-material Novichok karena berada di bawah selubung pabrik pembuat bahan kimia untuk pertanian, kata Mirzayanov.
"Ini penyiksaan. Racun ini sama sekali tak bisa diobati," kata Mirzayanov seperti dikutip Reuters.
Mirzayanov menyatakan Presiden Rusia Vladimir Putin kemungkinan menggunakan gas saraf mematikan ini untuk menakutnakuti para pembangkang lainnya untuk bungkam.
"Saya kaget. Saya tak bisa membayangkan senjata kimia ini sekalipun dalam mimpi buruk saya, digunakan teroris sebagai senjata," tutup dia seperti dikutip Reuters.
Credit antaranews.com