Jakarta - Sebanyak 6 prototipe alias purwarupa pesawat R80 akan
dimulai pembuatannya tahun depan. Dari 6 purwarupa yang akan dibuat, 4
di antaranya akan digunakan untuk uji terbang dan 2 sisanya untuk uji
kekuatan struktur.
"Prototipe dilakukan dalam fase 2018 sampai
2022. Di situ ada detail desain ada pembuatan purwarupa sebanyak 6 buah,
4 di antaranya diterbangkan dan akan menjalani sertifikasi dan
pengujian terbang, 2 di antaranya akan digunakan untuk melakukan uji
kekuatan struktur," kata Direktur Utama PT Regio Aviasi Industri Agung
Nugroho di Kantor RAI, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu
(20/12/2017).
Saat ini, pengembangan purwarupa pesawat R80
memasuki fase kedua, yaitu pembuatan detail dari desain pesawat R80
hingga 2019. Di 2019-2020 dilakukan pembangunan fasilitas pabrik yang
rencananya dibangun di Kertajati, Jawa Barat.
Di 2020, uji terbang perdana prototipe dilakukan pada 2020 mendatang
hingga 2022. Sehingga diperkirakan di 2025 bisa mendapatkan
type certificate dan bisa diproduksi massal.
"Akhir
dari fase ini di 2025 kita akan mendapatkan Insya Allah sertifikasi
nasional yang diberikan Kementerian Perhubungan," ujar Agung.
Saat
ini, RAI Juga melakukan penggalangan dana melalui kitabisa.com. Dengan
dilakukannya penggalangan dana diharapkan masyarakat Indonesia bisa
berperan langsung dalam mewujudkan pesawat R80.
Sampai saat ini,
crowdfunding di kitabisa.com sudah mencapai Rp 7,2 miliar dengan lebih dari 18.575 donatur.
Dilakukan
crowdfunding
untuk R80 karena total biaya pembuatan prototipe pesawat mencapai lebih
dari Rp 200 miliar. Sedangkan keseluruhan biaya pengembangan usaha
mencapai US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp 20 triliun.
"Perlu US$
1,6 miliar, jumlah fantastis untuk cari investor yang mau investasi ke
program ini sekaligus. Yang kita lakukan mencari beberapa investor
karena tipe pengembangan pesawat enggak semuanya
aplicable," kata Chief Investment Officer RAI Destra Firza Ghazfan.
Destra
menambahkan, ada beberapa jenis investor yang akan terlibat dalam
pengembangan purwarupa pesawat R80. Pertama, mereka yang benar-benar
berminat menanamkan modalnya ke proyek ini, dan kedua menjalin kerja
sama dengan industri pendukung pesawat terbang.
Sampai saat ini, kata Destra, sudah ada 5 investor yang berminat bekerjasama dalam pengembangan prototipe pesawat R80.
"Sampai saat ini sudah ada 5 calon partner. Sudah bicara nego tinggal ujungnya aja, ada juga sudah tanda tangan," kata Destra.
Credit
finance.detik.com
Pesawat R80 Sudah Dipesan Hingga 155 Unit
Jakarta - Pesawat R80 sudah banyak dipesan hingga 155 unit
meskipun belum bisa diproduksi massal. Pesawat besutan Presiden ke-3
Republik Indonesia (RI) B. J. Habibie yang rencananya diproduksi 2025
mendatang sudah mendapatkan komitmen pembelian dari maskapai dalam
negeri.
"Sudah dipesan ada 155," kata Chief Investment Officer
RAI Destra Firza Ghazfan di Kantor RAI, Mega Kuningan, Jakarta Selatan,
Rabu (20/12/2017).
Destra merinci, pesanan terbanyak datang dari
NAM Air sebanyak 100 unit, kemudian disusul oleh Kalstar 25 unit,
Trigana Air 20 unit, dan Aviastar 10 unit. Keempat maskapai dalam negeri
tersebut sudah menandatangani Letter of Intent (LoI) dengan RAI.
"Ini yang sudah LoI," tutur Destra.
Harga jual pesawat dengan kapasitas 80 penumpang sebesar US$ 23 juta. "Harga jual US$ 23 juta," tutur Destra.
Pesawat
R80 memiliki kapasitas hingga 80 penumpang. Pesawat ini juga memiliki
desain kokpit yang modern dan menjamin kenyamanan penumpang selama
mengudara.
Pesawat R80 dibuat dengan tujuan mempermudah
konektivitas dari satu tempat ke tempat lain di negara dengan bentuk
kepulauan. Pesawat ini juga dilengkapi dengan teknologi fly by wire,
yaitu sebuah sistem kendali yang menggunakan sinyal elektronik dalam
memberikan perintah.
Credit
finance.detik.com
Masuk Proyek Strategis, Pesawat R80 Lebih Mudah Dapat Investor
Jakarta - Pemerintah mendukung pengembangan prototipe pesawat
R80. Pesawat ini juga dimasukkan ke dalam Proyek Strategis Nasional
(PSN).
Direktur Utama Regio Aviasi Industri (RAI) Agung Nugroho
mengungkapkan, dukungan pemerintah dengan dimasukkannya R80 ke dalam PSN
memberikan kemudahan RAI dalam mencari pendanaan. Meski tak dianggarkan
langsung, R80 akan lebih menarik di mata investor yang ingin bergabung.
"Perpres
PSN memberikan kemudahan. Kami secara khusus didampingi Bappenas
melalui PINA (Pembiayaan Investasi Non Anggaran)," ujar Agung di Kantor
RAI, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (20/12/2017).
Disematkannya
status PSN dalam pengembangan prototipe pesawat R80 menjadi semangat
khusus bagi RAI merealisasikan R80. Selain itu, pemerintah juga
berkomitmen dalam mempermudah perizinan pengembangan prototipe pesawat.
"Kredibilitas
kita terbantu ada pemerintah, selain itu kemudahan perizinan dan
dukungan R&D (research and development) sudah banyak," terang Agung.
Pesawat
R80 mampu mengangkut 80 penumpang. Pesawat ini juga memiliki desain
kokpit yang modern dan menjamin kenyamanan penumpang selama mengudara.
Pesawat ini memiliki dimensi panjang 32,3 meter dengan lebar sayap 30,5
meter dan tinggi 8,5 meter.
Pesawat R80 dibuat dengan tujuan
mempermudah konektivitas dari satu tempat ke tempat lain di negara
dengan bentuk kepulauan. Pesawat ini juga dilengkapi dengan teknologi
fly by wire, yaitu sebuah sistem kendali yang menggunakan sinyal
elektronik dalam memberikan perintah.
Credit
finance.detik.comr
Ini Alasan Habibie Semangat Wujudkan Pesawat R80
Jakarta - Presiden ke-3 Republik Indonesia (RI) B. J. Habibie
masih berupaya mewujudkan pesawat buatan dalam negeri melalui R80.
Pesawat R80 yang digarap oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI) terlebih
lagi sudah menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN).
Upaya
Habibie mewujudkan kemandirian industri dirgantara dalam negeri bukan
tanpa sebab. Dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan,
kebutuhan transportasi udara akan selalu dibutuhkan sampai kapanpun.
Angkutan
udara menggunakan pesawat terbang lebih cepat dan mudah menjangkau ke
pulau-pulau atau ke daerah terpencil di Indonesia.
"Ada 17.000 pulau bahwa sampai kiamat, Indonesia perlu pesawat terbang
jarak jauh, menengah, dekat-menengah," kata Chief Investment Officer RAI
Destra Firza Ghazfan menyampaikan kembali gagasan Habibie di Kantor
RAI, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (20/12/2017).
Destra
menambahkan, Indonesia menjadi pasar penjualan pesawat jarak
dekat-menengah terbesar di dunia. Namun, sayangnya potensi yang begitu
besar belum bisa dimanfaatkan industri dirgantara dalam negeri.
"Dekat-menengah
Indonesia pasar terbesar dunia. 50% dari penjualan pesawat dunia adanya
di sini dan akan konyol sekali kalau enggak bisa dapatkan apa-apa dari
sini dan kita mampu," kata Destra.
Destra meyakini, Indonesia
sangat mampu membuat pesawat buatan dalam negeri sendiri. Ia meyakini
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada mampu mewujudkan pesawat
buatan dalam negeri.
Akan tetapi, jika SDM yang sudah ada tidak
dimanfaatkan sebaik mungkin, maka dibutuhkan waktu 30 tahun mendatang
untuk Indonesia merakit pesawat buatannya sendiri.
"Bikin pesawat
bukan uang, tapi SDM. Bikin SDM mampu 30 tahun. Kalau enggak bisa
meneruskan, generasi dirgantara mati selesai dan butuh 30 tahun lagi
bangun," kata Destra.
Direktur Utama RAI menambahkan,
keterlibatan Habibie dalam proyek R80 bisa dibilang sebagai penggerak
roda pembuatan R80. Habibie juga terlibat langsung dalam desain R80
bersama anak dalam negeri lainnya.
"Pak Habibie selalu kita
tanyai hal strategis. Kita mau bikin 20 atau 80 penumpang atau 100
penumpang. Strategis, ini Pak Habibie selalu dan ini berjalan belasan
tahun lalu saya dulu di PTDI teknologi dan kita biasa tiap minggu
diskusi teknik," ujar Agung.
Credit
finance.detik.com